San Juu Nii

24.5K 2.5K 110
                                    

Haechan termenung menatap catatan kosong di waktu mata kuliah favoritnya.

"Chan, hei" Herin memanggil sahabatnya itu.

"Iya, ada apa?" Respon Haechan saat lengannya di goncang Herin.

Herin menatap aneh Haechan, "Mam Boa sudah keluar dari tadi loh"

"Hah?"

Herin merotasikan bola matanya kesal, "Kau ingin tinggal disini sendirian atau ikut pulang bersamaku?"

"Sudah selesai? Cepat sekali."

"Kau melamun terus. You, okay?"

Haechan hanya mengangguk sambil membereskan barangnya.

Mereka pun keluar dari kelas yang sudah sepi.

"Lunch with me?"

"Okay."

"Mau makan apa?"

"Terserah, aku ikut kau saja"

Saat akan masuk ke mobil, Haechan terhenti saat seorang gadis memanggilnya.

"Haechan!"

Tidak hanya pemuda itu, Herin juga ikut menoleh pada sosok yang familiar baginya.

"Koeun noona? Hai" setidaknya Haechan bisa tersenyum kecil.

•••

Mark memilah beberapa dokumen yang harus ditandatangani. Hari sibuk datang lagi setelah sebelumnya libur beberapa hari di musim panas.

Dia menggigit ujung bolpoin-nya membaca sejenak beberapa dokumen sebelum sosok Wendy masuk sambil membawa sepucuk amplop.

Mark menatap wanita dengan raut bingung, "Aku tidak memanggilmu kemari, ada apa?" Segera wanita tersebut meletakkan amplop yang dia bawa di meja sepupu merangkap bosnya.

Menggigit lidahnya, Wendy melihat Mark yang mulai membaca isi amplop yang ternyata sebuah surat pengunduran diri.

"Wtf? Could you tell me what's wrong with him?!" Mark tampak marah usai membacanya.

Wendy menghela nafas kasar, "Mark, aku tidak tau kenapa dia bisa berhenti. Suratnya saja dibawakan oleh seorang office boy padaku"

Mata Mark berubah menatap tajam Wendy, "Noona, kau tau kan dia sangat berguna untuk perusahaan kita? Mengapa bisa kau lepas anggotamu begitu saja?"

Wajah Wendy makin gusar, si bos makin menekannya.
"Dia tampak baik-baik saja, Mark. Sungguh. Lucas saja kaget dan kesulitan menghubungi bahkan menemui sepupunya itu. Bagaimana aku dan tim yang lain, jika Lucas yang dekat dengannya saja seperti kehilangan jejak" jelas Wendy dengan ekspresi memohonnya.

Pria itu pun kembali menetralkan emosi yang hampir meradang. Bagaimana pun dia tau Wendy cukup bertanggung jawab namun yang dibingungkan adalah alasan dari menghilangnya pria itu, Hendery Wong; rekan kerja sekaligus sahabat dekatnya.

"Apa kau tau info terakhir atau mungkin seseorang dan sesuatu yang mungkin ada kaitan dengan Hendery?" Tanya Mark kembali berusaha mengulik.

Wanita itu kemudian berpikir mengingat sesuatu yang pernah dia liat sekelebat.

"Ah, Aku ingat! Waktu aku akan menuju ke ruang Kris ge, aku ingat sekali waktu itu Hendery keluar dari ruang marketing tanpa menyapaku. Aneh, biasanya dia akan menyadari jika aku di dekatnya lalu menyapa duluan." Jawab Wendy dengan ekspresi bingungnya.

Mark tidak bisa tidak merasa janggal, dia yakin ada kaitannya dengan seseorang dari sana.

"Baiklah, noona. Kau bisa kembali"

[Part II] Let's Being A Gayजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें