Juu Hachi

41.8K 3.7K 336
                                    

"Permisi, Sir"

Joy masuk sambil membawa berkas ke ruang kerja Mark.

"Ya, nona Park?"

"Ini beberapa berkas yang anda butuhkan"

Mark mengangguk sambil menerima berkas itu. Beda dengan Joy yang menatap aneh penampilan sang bos dan bau menyengat di sana. Serta tak lupa kehadiran Haechan yang tak tampak di sana.

"Sir?"

"Ya?"

"Dimana Tuan Kim? Bukannya dia ada di ruangan anda?" Tanya Joy dengan polosnya.

Gejolak penasarannya mengalahkan rasa takutnya.

Mark tersenyum tipis, "Apa itu urusanmu, nona Park?" Joy hanya merinding disko mendengarnya.

"M-maafkan kelancangan saya, Sir"

"Baiklah. Kau bisa kembali ke tempatmu"

"Permisi, Sir"

Saat akan pergi keluar Mark kembali memanggil sektretarisnya.

"Nona Park"

"Iya, Sir?"

"Panggilkan OB ke ruanganku"

"Baik, Sir-"

"-dan kuharap kau bisa kerjasama denganku jika tak ingin pekerjaanmu ditempati oleh sekretaris tetap yang baru"

Joy mengangguk kuat, hingga mungkin kepalanya bisa terbentur.

Setelahnya dia kembali duduk di kursi kubikelnya.

"Astaga, ya Tuhan! Kenapa mulutku kurang ajar sekali! Astaga, Tuan Lee benar-benar mengerikan" Joy menepuk-nepuk bibirnya sambil merutuki kebodohannya.

Dia masih menyayangi pekerjaannya dan gaji besar yang dia dapati tiap bulan. Mungkin dia harus puasa untuk tak membongkar kebejatan sang bos dengan gibahan nikmat bersama para karyawati lainnya.

•••

Yangyang berdiri di depan vending machine yang ada di sebelah kantin kantor. Dia memasukkan uang kertas sambil akan memilih minumannya.

Saat akan memencet tombol cola, lantas ada tangan lain yang menekan tombol lain. Dengan kesal Yangyang menoleh dan menatap datar sosok pria menyebalkan di sampingnya. Dia segera mengambil kaleng sup kacang merah dan melemparnya kepada Yangyang.

"Kau menyebalkan!" Kesal Yangyang.

"Anak kecil tak boleh terbiasa minum cola."

Bersama perasaan kesal bertambah-tambah Yangyang duduk di bangku panjang sebelah mesin itu, sambil menghentakkan kakinya. Niat membeli lagi terpaksa hangus mengingat uang bulanannya yang hampir kritis karena membeli salap pereda rasa sakit.

"Bagaimana harimu?" Tanya pria yang habis membeli kopi di mesin itu.

"Aku membencimu" jawaban meski tak sesuai harapan. Pria itu terkekeh kecil melihatnya. Pemuda itu benar-benar galak jika dia ganggu.

"Did I too bordered you?" Tanyanya menebak meski dia tahu apa yang akan di jawab.

Yangyang berdiri, "Right! You are the reason why my money spend rapidly to this month!"

"What? I can't get your mean. Why did you think I am the reason?"

Yangyang merotasikan bola matanya. Pria di hadapannya itu benar-benar tak peka.

"Nevermind, bitches" saat akan pergi berbalik, tangan Yangyang ditahan dan membuatnya terjatuh di kursi karena ditarik.

"Sakit, bodoh!" Gerutunya.

[Part II] Let's Being A GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang