San Juu Go

21.6K 2.3K 307
                                    

"Kau harus menikahiku."

Kalimat sialan itu terngiang-ngiang dipikiran pria seperempat abad lebih. Dia berada dalam tekanan sendiri yang bersemayam dalam otaknya, cendrung diam mengabaikan sekitar.

Hal ini berpengaruh dalam hubungannya dengan pemuda yang berada seatap dengan Mark. Komunukasi mereka sangat terbatas semenjak rencana pertunangan Mark dan Mina menjadi headline di media.

Haechan hanya dapat berbicara untuk memberitahu Mark jika makanan sudah siap ataupun berbicara mengenai pengaturan jadwal barunya. Bahkan saat makan bersama mereka cendrung berada di dunia masing-masing. Haechan sendiri cukup segan membahas hal yang sering membuat Mark memukul benda di sekitarnya.

Dia cukup tau diri saat ini apalagi mengingat pesan yang nyonya Lee katakan padanya. Haechan rasa wanita itu lebih realistis dibandingkan kalimat cinta yang Mark layangkan saat mereka bersama.

"Hm, Haechan" panggil Mark pertama kali setelah mereka asik berdiam diri selama beberapa waktu ini.

"Ya, Mark?" Haechan cukup senang mendengar namanya dipanggil.

"Malam ini aku akan menemui kolegaku, kau juga ada kelas bukan? Kau bisa bawa kartu akses masuk unit. Aku mungkin akan cukup lama dan pulang larut membahas pekerjaan." Lanjut Mark sambil merapikan pakaiannya yang semi-casual tanpa dasi.

Haechan mengiyakan meski jujur dia cukup kecewa Mark terlihat lebih mementingkan pekerjaannya dibanding kejelasan hubungan Mereka.

Pria itu pun berlalu meninggalkan Haechan yang termenung. Mark akhir-akhir selalu saja pergi meninggalkannya tanpa mencuri kecupan darinya semenjak insiden seminggu yang lalu.

"Mark, kau bukan rubik. Tapi kenapa kau makin membuatku bingung hiks.."

Haechan benar-benar tak dapat membendungkan tangisnya.

•••

Mobil Mark berhenti di parkiran salah satu apartemen mahal milik Leon Group juga. Dia keluar dari mobil menuju salah satu unit, menekan bel sebelum pemilik unit keluar.

"Masuk dulu, aku belum berdandan." Ujar gadis itu sambil menunjuk sofa coklat miliknya.

Mark menatap jengah padanya, selalu saja lama berdandan. Tipikal wanita centil menurut Mark.

"Lama, bodoh." gumam Mark. Namun dia mendapat lemparan vas bunga plastik dari gadis itu.

"Kau mendadak memaksaku menemanimu, bangsat!" Pekik si gadis dengan garis alis yang belum terbentuk sempurna.

Mark hanya menatap datar, "Kalau kau marah seperti itu kau terlihat seperti badut- HEI, JANGAN LEMPAR!"

Ucapan Mark terpotong saat si gadis akan melemparnya dengan botol soju.

"Kunci lubang pantatmu Mark, sebelum aku sumpal kau dengan kaos kakiku." Ancamnya, Mark pun menurut dia masih sayang nyawa.

Mark melamun sembari menunggu hingga tepukan di bahunya membuat Mark tersadar.

"Apa?" Tanya Mark, membiarkan si gadis duduk di sebelahnya.

"Kau berhutang cerita denganku." jawabnya.

Mark menatap malas, "Aku sedang lelah-AKHHH SAKIT BODOH, YERI BODOH SIALAN!"

Pria itu berteriak saat si gadis- Yeri mencubit putingnya sedangkan siku Yeri menekan selangkangan Mark.

"Ceritakan!" Perintah Yeri. Mark mengangguk mengiyakan, gadis itu segera melepaskan Mark.

Mark menatap malas teman masa kecilnya dan mulai menceritakan garis besar masalahnya.

[Part II] Let's Being A GayWhere stories live. Discover now