Yon Juu Nana

18.7K 2.1K 390
                                    

Hari demi hari berjalan hingga tak terasa dua bulan lebih terlewati. Begitu juga dengan kebiasaan pagi Haechan semenjak kehamilannya datang. Sekarang dia tidak akan lagi membangunkan Yangyang dengan suara muntahannya di pagi hari.

Perut Haechan mulai sedikit demi sedikit membesar. Setiap ada kesempatan Herin dan Hina akan berkunjung melihat sahabatnya yang semakin manis, mengunjungi calon keponakannya kelak.

"Mama sudah makan?" Tanya Hina sembari membuka bungkus makanan yang dia bawa.

Bibir Haechan mengerucut, panggilan Mama berawal dari Yangyang sekarang menyebar kedua gadis cantik yang memanggilnya mama. Mentang-mentang Haechan benar bisa mengandung. Tapi setiap kali protes pun mereka mengabaikan dan membuat Haechan lelah sendiri.

"Belum! Ayo berikan bayiku makan, haha~" Haechan tertawa riang memerintahkan sahabatnya.

Ya, Haechan sudah kembali menjadi Haechan sebelumnya namun saat ini lebih manis. Dia benar-benar disayang ketiga orang itu bahkan Yangyang suka tiba-tiba menciumi pipi tembam Haechan jika terlalu gemas. Lain dengan Hina yang saat ini menggigiti pipi tebal sang sahabat meski mendapat rengekan.

Herin hanya tertawa-tawa. Dia ingin ikutan tapi dia tidak separah mereka berdua.

"Hentikan, Hina. Biarkan Mama Haechan makan atau ponakan manisku akan bersedih karena kelaparan."

Tetap saja Herin ikut menimpalinya.

Mereka bertiga duduk di meja makan yang baru saja Yangyang beli dengan uang tabungannya. Tapi pemuda itu sama sekali belum berada di sana padahal Herin sudah berteriak bahwa makanan telah siap.

Yangyang keluar dari kamarnya memberikan gestur tangan, menyampaikan untuk menunggu.

Herin menghela nafas, kekasihnya sangat aneh sejak beberapa waktu tapi dia masih mencoba tidak menunjukkan perhatian yang berlebih.

"Masih lama?" Dumel Hina, dia juga sangat lapar saat ini.

Mau tak mau Herin tersenyum kecil. Tak lama yang mereka tunggu pun datang dan mengambil kursi.

"Akhirnya!" Pekik gembira Hina dan Haechan. Mereka pun mulai mengambil makanan dan mengunyahnya tidak seperti Herin yang masih memandang lekat pemuda itu.

"Siapa?" Tanya Herin dengan bisikan.

"Hm?" Yangyang tengah mengunyah menoleh ke arahnya.

"Tidak, lanjutkan saja makanmu." Herin pun menghentikan rasa gundah hatinya. Dia mencoba untuk tidak menaruh curiga karena hatinya sudah jatuh pada pemuda itu.

Herin mengikuti langkah Yangyang diam-diam. Gadis itu menaruh curiga dengan tingkah kekasihnya setelah semalaman menjadi murung.

Benar saja, Yangyang menuju ke kantor magang lamanya. Herin tidak bodoh untuk tidak paham alasan pemuda itu ke sana tak lain tak bukan pasti untuk menemui pria itu.

Namun saat akan beranjak mendekati tiba-tiba Yangyang ditarik seorang pria menuju mobil yang seperti tak asing bagi Herin. Dia tidak tau apa yang terjadi, kekasihnya berada di sana bersama seorang pria sebelum mobil itu melaju cepat yang mana membuat Herin kehilangan jejak.

Dia merutuki kebodohannya. Harusnya Herin segera mencari taksi yang berjaga di sana bukan malah berlari.

"Aku harap pria itu bukan Hendery..." Ujar Herin yang tiba-tiba keluar dari mulutnya.

Hatinya gundah tapi dering ponselnya membuat Herin kembali dari prasangka itu.

[Part II] Let's Being A GayWhere stories live. Discover now