Juu Nii

43.1K 4K 585
                                    

Haechan dengan berbunga-bunga melangkah menuju halte bis.

Sang sahabat yang melihat tingkah lain Haechan, menahannya agar pemuda itu tak melewatkan halte bis.

"Haechan, perhatikan langkahmu!" Kesal Yangyang.

Haechan pun tersadar dan menampilkan senyum tak berdosa.

"Kau kenapa sih? Hampir seminggu ya kau seperti orang gila!" Marah pemuda lain.

Ya, hampir seminggu lamanya Haechan bagai orang gila dimabuk asmara.

Sejak hari dimana sang bos mentraktirnya makan, maka mulai itu pula jika dia akan menemani sang bos menyantap makan siang bersama.

"Anak kecil tak perlu tau"

"Hei!" Pekik Yangyang.

Mereka pun naik ke bis begitu, kendaraan itu datang.

Dengan kesal Yangyang menghentakkan pantatnya. Lalu menoleh pada sosok Haechan, "nanti kau pulang bersamaku kan?"

Haechan mengedikkan bahu, "Entahlah, aku tidak bisa menjamin. Tergantung dengan Mr. Lee nanti"

Yangyang menghela nafas gusar, semenjak seminggu kemarin dia terpaksa harus mencari teman pulang lain karena Haechan pasti akan beralasan pulang dengan sang bos.

"Chan kau sudah tak mau berteman denganku?" Tanya Yangyang dengan nada sedih.

Segera Haechan memeluk sahabatnya itu.

"Astaga bukan begitu. Kau tau kan aku tak bisa menolak ajakan Mr. Lee" jelasnya.

Yangyang bahkan mengeluarkan air matanya, "hiks Chan, hanya kau yang membayari tarif bisku dengan ikhlas"

"Cup cup cup sudah jangan menangis lagi. Bagaimana nanti kau saja yang memegang kartuku? Jika aku pulang bersamanya, aku akan menghubungimu. Jadi kau bisa pulang dengan bayaran bis sendiri?"

Yangyang semakin memeluk Haechan. Dia sangat menyayangi sahabatnya itu.

Mereka pun turun begitu bis berhenti di tujuan. Yangyang turun duluan, sedangkan Haechan menggesek kartunya dua kali.

"Hapus air matamu sini" ujar Haechan saat Yangyang akan berjalan duluan.

Haechan mulai membersihkan linangan air mata itu.

"Mau es krim?"

"Aku sudah besar, Haechan!"

Haechan tertawa melihat tingkah sahabatnya itu, tangannya dia bawa untuk mengelus surai lembut Yangyang, "Lain kali jangan menangis lagi, paham?"

Yangyang mengangguk. Dia adalah anak manis penurut jika bersama Haechan. Bukan pemuda barbar yang suka minum-minum di club.

•••

Haechan kembali kepekerjaannya. Beberapa lembar dokumen dia periksa dan pahami lebih lagi.

"Joy noona, dokumen tahun—" pertanyaan Haechan terpotong oleh deringan telepon kerja milik Joy.

"Iya? Apa?!" Ekspresi kaget Joy cukup membuat Haechan bingung.

Setelah menutup telepon, wanita itu masuk ke ruangan sang bos. Haechan cukup penasaran, namun apa daya ruangan tersebut kedap suara.

Tak lama Joy keluar dengan tergesa-gesa. Dia kembali ke kubikel lalu membawa tasnya dan beberapa hal penting lain.

"Chan, aku pergi ke kantor cabang. Jika kau memiliki pertanyaan tentang tugasmu, simpan saja untuk besok. Oh ya kau gantikan posisiku hari ini ya, chan. Bye"

[Part II] Let's Being A GayWhere stories live. Discover now