11. Kelompok Topeng Tengkorak Putih

266 16 0
                                    

Dua orang itu sedang berjalan mendaki ke sebuah gunung. Dua orang yang terdiri seorang kakek berpakaian merah dan seorang gadis cantik yang juga mengenakan pakaian serba merah. Di pinggang kanan dua orang ini sama-sama terselip satu buah golok sama-sama bersarung merah.

Si kakek usianya mungkin sudah mencapai enam puluh tahunan, sedangkan gadis yang berjalan di sampingnya berusia antara tujuh belas atau delapan belas tahunan, berwajah sangat cantik dengan mata berbinar terang dan memiliki tubuh elok menggiurkan sedap dipandang mata setiap laki-laki. Bagian dadanya membusung montok, pinggangnya ramping tapi membukit di bagian pinggul. Langkah dua orang ini kelihatan hanya langkah biasa, tapi kalau diperhatikan lebih seksama lagi, setiap langkah kaki mereka mampu menempuh beberapa langkah hanya dalam sekejap mata. Tidak diragukan lagi bahwa keduanya memiliki ilmu meringankan tubuh sangat tinggi.

Siapakah adanya dua orang ini? Gadis cantik berbaju merah adalah Mintari, gadis yang pernah ditolong oleh Tirta dari keroyokan anggota Topeng Tengkorak Putih dulu. Sedangkan si kakek berbaju merah yang berada di samping si gadis adalah guru Mintari. Nama aslinya Ki Antasena, tapi lebih dikenal di rimba persilatan Tatar Pasundan dengan julukannya si Golok Kilat Dewa. Merupakan salah satu jawara Pasundan yang memilki ilmu golok tingkat tinggi yang pada saat itu hanya satu dua orang saja yang dapat menandingi kepandaiannya dalam memainkan golok.

Mintari sendiri sudah menceritakan apa yang pernah dialaminya pada sang Guru, tentang dirinya hampir celaka di tangan orang-orang Topeng Tengkorak Putih kalau saja tidak datang pertolongan dari seorang pemuda bernama Tirta. Tentu saja gadis ini tidak menceritakan kejadian dirinya diobati oleh Tirta dengan cara disedot luka beracunnya di bagian dadanya karena khawatir gurunya berpikir yang bukan-bukan. Kedua orang guru dan murid ini sedang dalam perjalanan pulang ke kediaman Ki Antasena di Gunung Pedang.

Saat keduanya tiba di pondok kediaman Ki Antasena hari sudah memasuki malam dan suasana kelihatan sangat sepi. Ki Antasena segera menuju pondoknya itu diikuti oleh Mintari. Tapi ketika hendak mendorong pintu pondok, tiba-tiba telinga kakek yang tajam ini mendengar satu desingan senjata tajam yang menyerangnya dari belakang.

"Mintari! Awas serangan."Seru Ki Antasena dan secepat kilat melompat menghindar. Mintari yang juga sudah mengetahui serangan itu segera menjatuhkan diri pula. Ketika kedua orang ini melompat bangkit, sekonyong-konyong berkelebat dua sosok tubuh menyerang mereka. satu orang datang dari atas sebuah pohon di samping pondok, dan satu sosok lainnya melompat dari arah samping pondok. Dua sinar putih dan keperekaan dari dua senjata tajam berkelebat menyilaukan. Sinar putih menyerang Mintari sedangkan senjata yang mengeluarkan cahaya keperakan menebas ke arah Ki Antasena.

Mintari dengan sigap langsung mencabut goloknya lalu secepat kilat menangkis.

Trang!!

Bunga api memercik terang ketika dua buah senjata beradu. Sosok tubuh yang menyerang Mintari terjajar dua langkah. Jelas sekali penyerang itu kalah tenaga.

"Jahanam dangkalan. Siapa berani menyerangku di rumahku sendiri." Bentak Ki Antasena lalu mengebutkan lengan bajunya ke arah datangnya sinar perak.

Satu angin deras menyambar ke arah datangnya tusukan senjata sinar perak itu. Tubuh yang menyerang Ki Antasena berjumpalitan di udara, lalu tiba-tiba satu suara perempuan berseru bertanya.

"Kakang Antasena, kaukah itu?"

Ki Antasena terkejut ketika mengenali suara itu.

"MInasih? Kau Minasih?"Balik bertanya Ki Antasena sambil memperhatikan sosok dalam gelap itu. Sosok itu kemudian melompat ke hadapan si kakek hingga terlihat sekarang wajahnya.

"Ah, sial dangkalan. Kau mengapa menyerangku, Minasih."Maki Ki Antasena begitu melihat siapa adanya orang itu. Seorang perempuan setengah baya mengenakan pakaian panjang putih keluar dari bayangan kegelapan lalu menghampiri Ki ANtasena. Dialah Nyi Minasih, adik seperguruannya yang bergelar Devi Tombak Perak. Di sampingnya berdiri seorang gadis muda berwajah manis mengenakan pakaian putih pula.

Geger ParahiyanganWhere stories live. Discover now