66. Pertempuran Besar

296 28 11
                                    


Hari pertempuran yang telah ditentukan tiba! Pertempuran yang akan menentukan kehidupan rimba persilatan Tatar Parahiyangan akan dimulai hari ini. Apakah akan bisa diselamatkan oleh para jawara golongan putih ataukah harus menyerahkan nasib para jago rimba persilatan kepada ambisi Kelompok Topeng Tengkorak Putih?

Di Gunung Gede, markas jawara golongan Putih sejak pagi buta sudah terjadi kesibukan luar biasa. Semua jago sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk peperangan hari ini, dan berbaris rapih di tanah lapang dengan senjata dan pakaian kebesaran mereka masing-masing. Kain putih mengikat kepala para jago sebagai tanda bahwa mereka adalah kelompok yang akan berperang dengan Topeng Tengkorak Putih, termasuk rombongan Iblis Mata Api yang kini sudah berbaur menjadi satu dengan semua jago golongan putih, berbaris rapi di jajaran paling kiri dipimpin langsung oleh tiga orang Iblis sekawan yang berdiri paling depan.

Ratusan jago golongan putih terbagi menjadi sepuluh kelompok, masing-masing berjumlah lima puluhan orang dan dipimpin oleh jago kenamaan berkepandaian tinggi. Kelompok pertama beranggotakan jago-jago sakti yang diakui di rimba persilatan dan merupakan pasukan utama yang dipimpin langsung oleh si Jari Maut. Anggotanya antara lain Dewi Kerudung Biru, Dewi Kilat Putih, Pengemis Buta Mata Dewa, Ki Antasena, Ki Winangun, Ki Sugiri, Sawung Giring, dan tokoh lain yang memiliki ilmu kepandaian tinggi. Ki Bergawa dan Dewa Tongkat Iblis ternyata ada dalam pasukan ini. Tugas kelompok utama ini adalah sebagai pembuka peperangan dan akan menghadapi jago-jago utama kelompok Topeng Tengkorak Putih. Kelompok terakhir merupakan pasukan panah dan ahli senjata rahasia yang dipimpin oleh si Pisau Demit, dan di dalam pasukan ini terdapat pula sepuluh orang gadis muda yang rata-rata berwajah cantik anak murid Dewi Kilat Putih. Pasukan panah merupakan pasukan yang memiliki tugas khusus, akan berada paling belakang untuk melindungi pasukan lain menggunakan anak panah dan senjata rahasia sekaligus melakukan serangan jarak jauh.

Tempat pertempuran dua kelompok besar ini telah ditentukan yaitu di Lembah Neraka, tanah luas di sebuah lembah yang terletak tepat diantara gunung Gede dan Gunung Salak. Tempat ini diberi nama Lembah Neraka dilakukan oleh Datuk Neraka yang pertama menemukannya dan menentukan lembah ini sebagai medan pertempuran. Dan Datuk Neraka percaya bahwa memang ini akan menjadi kuburan bagi para jago golongan putih yang menentang kelompok Topeng Tengkorak Putih.

Pandan Arum, Mintari dan Bidadari Kilat Merah yang selalu bersama dan tidak pernah berpisah juga terlihat sudah bersiap. Pandam Arum dengan pakaian serba putih mengenakan sebuah sabuk aneh di pinggang rampingnya. Ikat pinggang ini jelas bukan dari kulit atau kain, tapi dari bahan tembaga putih berkilat yang simpul depannya berbentuk kepala naga putih. Sabuk yang dikenakan gadis ini bukan sabuk biasa. Tapi adalah pedang Naga Suci, sebuah pedang mustika tajam luar biasa merupakan warisan Pendekar sakti Tapak Kilat yang dulu diberikan Tirta kepada Pandan Arum sebagai tanda pertunangan mereka.

Sebelumnya diketahui bahawa badan pedang Naga Suci hanya bergulung di dalam gagangnya yang berbentuk kepala naga. Tapi atas petunjuk Ki Brahma pedang ini ternyata bisa juga dirubah dijadikan sabuk. Di saat-saat dibutuhkan sabuk ini bisa langsung dicabut dengan cepat dan fungsinya berubah jadi senjata pedang luar biasa. Sebelumnya Pandan Arum atau Tirta yang pertama memilikinya belum pernah menggunakan pedang mustika ini dalam sebuah pertarungan. Tapi kini dalam menghadapi pertempuran besar melawan kelompok Topeng Tengkorak Putih gadis ini memutuskan untuk membawa pedang Naga Suci ini.

Di sebelah kirinya Mintari pun sudah mempersiapkan diri. Pakaian merah pupus yang dikenakan dan membungkus ketat tubuh eloknya semakin menonjolkan daya tariknya. Sebuah sarung golok hitam sepanjang tiga jengkal tersampir di pinggang kirinya. Gadis murid Si Golok Kilat Dewa inipun telah membawa senjata mustikanya, golok bermata merah yang jarang ditinggalkannya kemanapun dia pergi.

Geger ParahiyanganWhere stories live. Discover now