45. Pertemuan Tak Terduga

260 26 14
                                    

Apa yang diperhitungkan Sandaka ternyata tepat. Saat itu Sagita Devi bersama Ciu Hay dan Bun Tan memang sedang menuju ke arah Markas Topeng Tengkorak Putih atas petunjuk dari salah satu anggota Topeng Tengkorak yang berhasil mereka tangkap dan kemudian dipaksa memberi keterangan dimana letak markas mereka. Tapi Sandaka tidak pernah mengira sedikitpun bahwa ternyata ada dua orang lainnya yang juga sedang menuju ke markas kelompok Tengkorak Putih. Dan dua orang ini yang mungkin akan menjadi penyebab gagalnya rencana dia untuk memiliki gadis asing bernama Sagita Devi ini.

Siapakah kedua orang ini? 

Salah satunya adalah Iblis Mata Api yang berniat hendak mencari kekasihnya yaitu Dewi Merak Iblis yang sudah bergabung dengan kelompok Topeng Tengkorak Putih. Tidak sedikitpun kakek sakti ini mengira bahwa perempuan yang sudah dianggapnya calon isterinya itu sudah mengkhianatinya dengan menyerahkan tubuhnya pada Datuk Neraka demi mendapatkan sebuah ilmu sakti. Dan yang seorang lagi ternyata adalah Tirta. Bagaimana awalnya Tirta bisa pergi menuju ke Markas Kelompok Topeng Tengkorak Putih padahal sebelumnya pemuda ini masih berada di Gunung Salak?

Sekitar dua pekan sebelumnya, terjadi suatu perubahan rencana para pemimpin pergerakan jawara Pasundan. Rupanya pertemuan jawara sudah mengambil suatu keputusan bulat. Setelah mendapatkan petunjuk dimana beradanya markas Kelompok Topeng Tengkorak Putih juga mendapatkan Air Kahyangan semua jawara mulai bergerak untuk melaksanakan niat mereka menyerang Kelompok Topeng Tengkorak Putih. Tapi sebelum itu beberapa orang jawara ditugaskan dan disebar ke beberapa titik wilayah rawan untuk meneliti keadaan termasuk mengawasi dan mengintai pergerakan kelompok Topeng Tengkorak Putih.

Yang mendapat tugas adalah lima orang jago berilmu tinggi. Mereka adalah Sawung Giring, Nyai Minasih, si Trisula Sakti dan Si Pisau Demit. Mereka langsung pergi meninggalkan gunung Papandayan untuk melaksanakan tugas mereka. Dan ternyata tanpa diduga Tirtapun mendapat sebuah tugas khusus langsung dari si kakek Pengemis Buta Mata Dewa. Murid mendiang Ki Ageng Saketi ini diperintah untuk pergi ke arah Utara mencari seorang yang dikatakan sebagai orang penting oleh si kakek buta ini. Siapa adanya orang ini hingga dianggap begitu penting Tirta sendiri tidak tahu. Dirinya dipastikan akan bisa menemui orang ini. Dan si Pengemis Buta Mata Dewa hanya menyuruhnya pergi ke Utara tanpa memberitahukan hal lain. Tirta yang memang sudah berjanji mengabdikan diri untuk membantu pergerakan perjuangan para jago golongan putih tidak banyak bertanya, dan menyatakan kesiapannya.

Ditemani dua orang gadis cantik yang tidak pernah mau lagi berpisah dengannya - Pandan Arum dan Mintari - Tirta melakukan perjalanan cepat ke arah Utara atas petunjuk si kakek pengemis buta. Selama perjalanan, Pandan Arum dan Mintari benar-benar memperlihatkan rasa persahabatan yang sangat erat. Tidak ada rasa persaingan atau iri sedikitpun. Kedua gadis cantik ini bagaikan dua orang saudara layaknya. Mandi saja mereka selalu berdua, memasak makanan untuk santapan mereka pun dilakukan bersama. Hal ini tentu saja membuat Tirta merasa senang dan bahagia sekali. Rasa sayangnya pada dua orang gadis ini kian bertambah.

Suatu siang setelah satu pekan melakukan perjalanan mereka bertiga memasuk ke sebuah perkampungan. Karena merasa lapar ketiganya segera mencari kedai makanan. Dan tanpa kesulitan mereka menemukan sebuah warung makan yang cukup besar dan sedang cukup ramai oleh orang-orang yang sedang makan. Begitu masuk ketiganya langsung menjadi pusat perhatian pengunjung lainnya. Terutama Mintari dan Pandan Arum yang kecantikan dua orang gadis ini begitu menonjol dan membuat semua mata laki-laki yang ada disana terpaku pada mereka penuh kagum. Tapi tidak satupun dari mereka yang berani berlaku atau berucap kurang ajar menggoda dua orang gadis ini karena melihat dari pakaian dan gerak geriknya mereka maklum ketiganya adalah orang-orang persilatan.

Pandan Arum segera memesan makanan untuk mereka bertiga dan begitu hidangan datang Mintarilah yang menyusun dan menata semua makanan di depan Tirta. Dari sikaf dan perhatian dua orang gadis ini Tirta benar-benar merasa menjadi raja. Mungkin seandainya saja mereka tidak sedang di tempat umum Pandan Arum dan Mintari dengan senang hati akan menyuapi Tirta bergantian. Tirta merasa senang dan bangga sekaligus terharu. Dua gadis ini benar-benar memperlihatkan rasa cinta mereka tanpa dinodai rasa cemburu dan iri hati. Sedangkan semua pengunung warung makan tersebut memandang Tirta dengan perasaan kagum juga jelas iri. 

Geger ParahiyanganWhere stories live. Discover now