62. Pertempuran Berdarah di Padepokan Golok Emas

322 27 9
                                    


Untuk sesaat Tirta dibuat terharu melihat kepasrahan gadis yang barusan dinikahinya ini. Dengan segala perasaan cinta kasih juga hasratnya pemuda ini menggumuli tubuh Sagita Devi. Dan kini Sagita mulai berani melakukan perlawanan dan balasan. Lumatan Tirta dibalas dengan lumatan yang tidak kalah napsunya. Tirtapun semakin tenggelam dalam kobaran birahi. Keduanya sudah terlena dan mengharapkan penyelesaian atas semua hasrat yang mereka rasakan saat itu.

Sagita Devi yang anggun dan pendiam ini ternyata memiliki napsu yang sangat besar. Sama seperti Mintari kala itu. Sagita pula yang membantu Tirta melepaskan pakaian hingga sama-sama dalam keadaan polos. Dua pasang mata beradu saling berpandangan dengan jarak begitu dekat hingga bisa saling merasakan dengus napas masing-masing yang hangat.

Dua bibir kembali bertautan dan keduanya bergumul panas di atas tumpukan jerami empuk itu. Dan Sagita Devi mulai merasakan Tirta mendesaknya di bagian tubuh bawahnya. Keringat mulai memercik di leher dan kening Sagita Devi. Dengan desahan panjang dan wajah sedikit mengerenyit karena rasa perih yang dirasakannya, Sagita Devi memeluk tubuh Tirta dengan kepala tengadah dan mata terpejam. Kuku-kukunya setengah mencakar punggung telanjang Tirta hingga menimbulkan bekas guratan merah cukup panjang, tapi tidak dipedulikan lagi oleh Tirta yang saat itu sedang berusaha menembus pertahanan terakhir isterinya.

Tirta merasakan bahwa tubuhnya semakin tenggelam ke dalam sebuah lepitan sempit yang mencengkeram erat, dan ketika ia menekan kuat hingga Sagita Devi memekik lirih, Tirta merasakannya. Rongga hangat berdenyut lembut dan basah. Kedua insan ini sama-sama mendesah panjang ketika tubuh mereka akhirnya bersatu. Sagita yang tergolek penuh kepsrahan mutlak perlahan keluarkan desahan lirih dan menggigit biwir bawahnya.Tubuh telanjang dua insan itu sudah dibanjiri keringat.

Sagita tahu dirinya kini sudah menjadi milik Tirta seutuhnya, dengan menyerahkan sesuatu yang paling berharga pada suaminya ini untuk pertama kalinya. Maka dengan sepasang mata basah karena tangis bahagia gadis ini mendekap punggung Tirta yang bergerak pelan diatas tubuhnya. Hingga akhirnya kembali kedua insan ini sama-sama mengeluarkan desahan panjang. Tubuh Tirta ambruk diatas tubuh Sagita Devi. Gadis ini mengelus lembut punggung basah Tirta yang menindihnya walau mata basah tapi senyum manis bahagia terlukis di bibirnya yang bagus. Tirta mengecup kening isterinya dan menatapnya penuh rasa sayang. Keduanyapun berpelukan sama eratnya tanpa suara sedikitpun dan kemudian tidak terasa sama-sama jatuh terlelap.

Ketika suara ayam hutan berkokok menandakkan pagi akan segera datang, barulah keduanya membuka mata. Sagita Devi langsung mendekap Tirta dan menyusupkan kepala di dada bidang suaminya itu lalu berkata mendesah pelan.

"Kanda, aku sangat bahagia menjadi isterimu!"

Tirta tersenyum, mengelus lembut kepala Sagita Devi." Aku lebih bahagia lagi karena memiliki isteri secantik dan seperhatian seperti dirimu. Dan terimakasih karena sudah mau menerimaku sebagai suamimu seutuhnya."

Sagita Devi tersenyum menatap wajah Tirta yang rebah disampingnya. Jemari lentiknya menelusuri permukaan dada berotot Tirta dengan lembut dan bertanya.

"Katakan padaku. Bagaimana dengan tiga orang kekasihmu yang lain itu? Aku ingin tahu tentang mereka itu."

"Apa kau cemburu?"Tanya Tirta dengan mata dikedipkan. Satu cubitan kecil mendarat di perut Tirta walau tidak terasa sakit sedikitpun. Sagita Devi merengek manja.

"Aku tidak berfikiran sempit, kanda. Aku cuma ingin tahu saja."

"Hmm! Apa yang ingin kau tahu?"Sahut Tirta pula sambil meremas jemari kanan Sagita Devi lalu menciumnya lembut.

"Siapa saja mereka, Bagaimana wajah mereka dan bagaimana sifat-sifat mereka. Kau harus menjelaskannya padaku sebelum aku bertemu dengan tiga orang gadis beruntung ini."

Geger ParahiyanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang