71. Wasiat Para Mahluk Roh

422 44 14
                                    

Seperti mengetahui jalan pikiran muridnya Ki Wira Geni tersenyum dan anggukkan kepala.

"Benar! Eyang Mayapada adalah kakek gurumu, guruku dan juga guru Kakang Brahma. Beliaulah yang telah menciptakan ilmu Panca Tunggal Dewa Bumi yang kau warisi dariku."

Tirta sampai tercengang mendengar penjelasan tersebut untuk beberapa lamanya. Tidak pernah ia kira hal ini sebelumnya bahwa mahluk alam gaib yang tempo hari menemuinya dan memberikan banyak nasihat di alam semedinya itu ternyata kakek gurunya sendiri. Pantas saja dia selalu memanggilnya dengan sebutan cucu.

"Tapi hal yang lebih penting lagi, pada pertemuan pertama kalian dulu kakek gurumu telah memberikan suatu berkah luar biasa padamu."

"Berkah luar biasa apa maksudnya, Eyang Guru?" Tanya Tirta karena belum mengerti maksud sang guru. 

Ki Wira Geni terlihat tersenyum kecil, menatap beberapa kejapan Tirta baru kemudian berkata menjelaskan.

"Sebenarnya aku telah menyalahi aturan. Mendahului memberikan keterangan padamu yang seharusnya kakek gurumu sendiri yang akan menyampaikan hal ini. Tapi anggap saja sebagai ungkapan rasa senang dan gembiranya aku akan keberuntunganmu ini aku ingin memberitahumu sedikit tentang berkah yang telah kau terima. Ketahuilah Tirta, di dalam tubuhmu saat ini telah tersimpan satu kekuatan hebat yang tidak sembarang manusia bisa memilikinya. Memang saat ini kau belum bisa menggunakan kekuatan ini secara maksimal karena kau harus menyempurnakannya terlebih dahulu. Dan itu dengan petunjuk dari kakek gurumu nanti saat kalian bertemu." 

Tirta terdiam cukup lama karena berusaha mencerna semua keterangan gurunya. Dalam hatinya bertanya-tanya dan mengingat-ingat, kapan kakek gurunya memberikan kekuatan itu? Pada pertemuan mereka dulu kakek gurunya tidak melakukan apa-apa selain berbicara dengan dirinya.

"Berarti saya akan bisa menemui kakek guru lagi, Eyang?"Tanya Tirta dengan wajah gembira. Ki Wira Geni anggukkan kepalanya.

"Sudah pasti! Beliau akan menemuimu suatu hari nanti. Saat itu kau bisa menanyakan hal ini lebih jelas lagi."

Tirta angguk-anggukkan kepalanya mendengar penjelasan tersebut. Ki Wira Geni kemudian berkata kembali dengan mimik muka serius.

"Tirta! Ini adalah pertemuan kita terakhir secara langsung. Karena itu aku tidak akan membuang waktu lebih banyak. Ada beberapa hal penting yang harus kusampaikan padamu dan sbuah amanat yang harus kau sampaikan pada seseorang."

Tirta anggukkan kepala dan siap mendengarkan semua pesan gurunya. Ki Wira Geni terdengar kembali melanjutkan ucapannya.

"Kau kini telah menjadi seorang anak muda berilmu tinggi. Lebih dari itu kau telah menyelamatkan rimba persilatan dengan membunuh dua orang sakti jahat. Aku yakin mulai sekarang namamu akan disegani di rimba persilatan Tatar Parahiyangan. Sebagai gurumu, aku sangat senang dan bangga. Begitu pula kakang Brahma dan Ki Bergawa pasti merasakan hal yang sama. Tapi selain rasa bangga dan senang itu, masih ada satu hal yang masih menjadi kekhawatirkanku. Hal ini tentang akibat ilmu Panca Tunggal Dewa Bumi yang mempengaruhi hasrat bercinta pemiliknya, menjadi laki-laki yang memiliki nafsu birahi besar dan tidak cukup hanya dengan satu wanita. Hal itu yang ku alami dahulu waktu masih malang melintang di rimba persilatan."

Wajah Tirta menjadi memerah mendengar itu, dan anak muda ini tundukkan kepala karena jengah. Tapi seperti tidak menghiraukan hal tersebut Ki Wira Geni terus melanjutkan perkataannya.

"Kau tahu aku hanya memiliki seorang isteri saja, tapi di luaran aku memiliki begitu banyak kekasih. Ilmu Panca Tunggal Dewa Bumi membuatku memiliki daya tarik luar biasa terhadap kaum perempuan. Aku sendiri tidak tahu, apakah hal ini jadi suatu berkah atau kutukan dalam hidupku? Aku memang menjadi tokoh yang disegani tapi juga tidak sedikit yang memusuhi. Aku dibenci dan dikejar kaum perempuan yang dendam karena mereka merasa disakiti dan ditinggalkan olehku. Aku terpisah dari anak isteriku dan meninggal dalam kesendirian. Hal itulah yang menjadi ganjalanku di alam kematian. Aku tidak mau kalau kau mengalami hal yang sama sepertiku. Apa kau mengerti?"

Geger ParahiyanganWhere stories live. Discover now