69. Menumpas Dua Musuh

473 39 18
                                    


Tanpa menunggu lama, Tirta segera melompat ke arah Ki Bergawa. Pada saat itu Sandaka sudah hendak menghantam dengan satu pukulan sakti bernama Pukulan Api Penghancur Langit ke arah Ki Bergawa. Ilmu ini merupakan ilmu yang kehebatannya satu tingkat diatas ilmu Pukulan Api Penghancur Bumi yang diajarkan Datuk Neraka kepada Dewi Merak Iblis. Melihat ini Tirta segera berbalik dan berkelebat ke arah Sandaka, laki-laki yang pernah hampir memperkosa Sagita Devi dan menculik Mei Lan yang menyebabkan gadis itu tewas bunuh diri.

Sandaka menghantam. Satu cahaya merah kebiruan disertai suara gelegar keras mengguntur berkiblat ganas. Tapi Tirta sudah keburu tiba, dan dalam waktu bersamaan telah hantamkan tinju kanannya pula. Suara desingan sangat keras yang disertai kiblatan cahaya kelabu terdengar saat Tirta menghantam menggunakan pukulan Tapak Giri untuk sambuti pukulan Penghancur Langit Sandaka. Saat dua pukulan sakti itu beradu, suara gelegar dahsyat menggoncang bumi terjadi. Tubuh Tirta undur tiga langkah, begitu juga Sandaka. Sandaka melotot  memperhatikan ke arah pemuda di hadapannya itu.  

"Ternyata kau! Pemuda setan pengganggu." Bentak Sandaka dengan sepasang mata berapi-api. Laki-laki ini masih ingat bahwa pemuda inilah yang dahulu bersama Iblis Mata Api yang telah menggagalkan niatnya untuk memiliki Sagita Devi, seorang gadis cantik dari Tibet yang hampir jadi miliknya.

"Kau datang hanya untuk menghantarkan nyawa anjingmu."

Tirta menyeringai, mendengus dan balas membentak pula." Kaulah yang akan kuhantarkan ke akhirat, Sandaka Ketua Tikus Tanah. Saat itu kita belum sempat menyelesaikan urusan, hari ini saatnya kita tentukan."

Sepasang mata Sandaka kelihatan berkobar, sepasang alisnya dan pelipisnya bergerak-gerak. Dadanya seolah terbakar mendengar ucapan Tirta yang memanggilnya dengan panggilan bejad. Dengan suara mendesis, Ketua Topeng Tengkorak ini berkata penuh kemarahan.

"Anak muda lancang, punya kemampuan apa kau hingga berani bicara seperti itu padaku? Jangan karena merasa dulu pernah lolos dari kematian di tanganku maka kau merasa hebat."

Tirta tertawa bergelak melihat kemarahan Sandaka tersebut, dan sambil masih menyisakan seringai di bibir anak muda ini balas menyindir.

"Masalah hebat atau tidak kita lihat saja nanti. Aku malah menyesal mengapa dulu kau keburu pergi jadi aku tidak bisa membasmimu lebih cepat. Kau ini tidak lebih hanya seorang manusia yang berperilaku seekor binatang berhati mesum. Sudah berapa banyak gadis yang telah menjadi korban kebinatanganmu?"

"Jahanam bermulut lancang. Makan pencarianmu ini." Karena sudah tidak bisa menahan hawa amarah akan semua ucapan Tirta, Sandaka langsung kirimkan satu jotosan keras mengandung tenaga dalam tinggi ke arah Tirta yang sengaja mengarah mulut si anak muda untuk menghancurkannya.

Tirta kembali mendengus. Kerahkan tenaga dalam dan Tangan kanan diangkat untuk melakukan tangkisan.

Deshhh!!

Mendadak Tirta berseru kaget saat pergelangan tangannya bentrokan dengan pergelangan Sandaka Tirta merasakan bagaikan diseruduk gajah. Tubuhnya terjajar tiga langkah dengan wajah menyeringai kesakitan dan kibas-kibaskan lengan kanan yang terasa pedas.

"Baru begitu saja sudah menjerit. Apa yang hendak kau sombongkan?"Sandaka menyeringai dan berteriak mengejek. Tirta menggeram marah diejek begitu rupa. 

Belum lagi bersiap penuh Sandaka sudah kembali menerjang dengan kembali kirimkan jotosan susulan ke arah Tirta. Merasakan angin pukulan tinju lawan mendesir panas pertanda mengandung kekuatan hawa sakti tinggi, kali ini Tirta tidak berani berlaku ayal lagi. Sepasang kakinya ditancapkan di tanah dan tangan kanan dipentang di depan dada menggunakan ilmu Tapak Giri dengan pengerahan tenaga dalam tinggi, Tirta balas memukul.

Geger ParahiyanganOù les histoires vivent. Découvrez maintenant