67. Pendekar Tibet, Saka Deva!

384 36 11
                                    


Sekali bergerak, Ki Bergawa sudah berada belasan langkah di tengah pertempuran. Begitu melihat kakek berjubah biru muncul, empat orang topeng tengkorak putih datang menghadang dan babatkan golok mereka.

"Kalian malah menghampiriku. Sepertinya memang perlu diberi pelajaran,"Ki Bergawa mendengus. Lengan jubahnya yang lebar dengan cepat dikibaskan. Suara desis panjang terdengar. Satu deru angin dingin keluar dari ujung jubah Ki Bergawa menghantam empat orang bertopeng.

Wushhh!

Empat orang anggota topeng tengkorak merasakan tubuh mereka tiba-tiba linu. Dan kemudian satu persatu roboh ke tanah dengan tubuh lemas seperti tak bertulang. Ki Bergawa ternyata hanya melumpuhkan empat orang itu tanpa melukainya.

Melihat kakek berjubah dan berjenggot kelabu dalam satu gebrakan telah merobohkan kawan-kawannya manusia bertopeng yang lainnya menjadi beringas. Empat orang anggota tingkat satu kembali datang menyerang Ki Bergawa. Tapi seperti sebelumnya, dengan kibasan lengan baju lebarnya yang mengeluarkan desiran angin dingin Ki Bergawa kembali merobohkan empat lawannya. Ki Bergawa terus bergerak semakin maju. Sampai lima gebrakan Ki Bergawa sudah merobohkan dua puluh orang bertopeng dari tingkat satu dan dua dalam waktu sangat singkat. Kini perhatian orang-orang bertopeng sebagian besar mulai teralihkan ke arah kakek ini.

"Orang tua bernama Bergawa mulai turun tangan, apakah Guru Agung akan membiarkanya?"

Wakil Ketua yang sudah kembali berada di dekat Datuk Neraka terdengar keluarkan suara bertanya. Mendengar pertanyaan Wakil Ketua yang jelas bernada khawatir dengan turunnya Ki Bergawa Datuk Neraka malah sunggingkan seringai di bibirnya.

"Aku merasa belum perlu untuk turun tangan untuk melawan kakek rongsokan itu. Ketua Agung kalian masih bisa menghadapinya. Lihat kesana!"

Sang Wakil ketua kerutkan keningnya tidak mengerti. Karena menurut perkiraannya, sehebat apapun kepandaian Sang Ketua Agung saat ini, kekuatannya belum bisa ungkulan melawan Ki Bergawa. Hanya Guru AGung yang bisa menghadapi kakek bergelar Iblis Barat itu. Tapi Wakil Ketua mengikuti arah yang ditunjuk. Dilihatnya Sandaka berdiri dengan sorot mata tajam ke arah Ki Bergawa.

Meihat sepak terjang kakek itu Sandaka segera berteriak mencegah anak buahnya terus menyerang Ki Bergawa supaya tidak semakin banyak korban di pihaknya. Kemudian dia sendiri segera bergerak, bagaikan burung garuda dengan cepat Sandaka menerjang ke arah Ki Bergawa. Tangan kanan dihantamkan ke depan. Satu gelombang angin panas berbau sangit menderu dahsyat ke arah Ki Bergawa. Kakek sakti ini memang sudah menduga hal ini. Dari peristiwa sebelumnya Ki Bergawa sudah mempunyai cara menghadapi pukulan Tapak Neraka. Maka begitu serangan angin panas menerjangnya dari samping, dengan gerakan ringan bagaikan daun terbawa angin tubuh besarnya melayang ke udara. Dari atas Ki Bergawa segera pukulkan tangan kanannya.

Wuuussshhh!!! Bummmm!!

Tubuh Ki Bergawa berputar di udara dengan pakaian yang berkibar akibat angin hempasan bentrokan tenaga dalam barusan. Begitu jejakan kaki di tanah kakek ini merasakan kakinya goyah dengan dada berdebar. Segera ia kerahkan hawa sakti untuk melindungi tubuh bagian dalamnya.

"Benar ucapan Kakang Brahma! Pukulan Tapak Neraka tidak bisa dianggap remeh."

Ki Bergawa berpaling ke sisi lembah sebelah kiri. ternyata Datuk Neraka masih berdiri tenang di tempatnya. Sepertinya gebrakan yang dia lakukan tidak membuat bekas murid kakaknya itu tergerak untuk datang menghadangnya. Ki Bergawa sedikit merasa lega. Itu artinya dia bisa melawan Sandaka satu lawan satu tanpa khawatir di keroyok dua orang pemilik ilm Tapak Neraka

"Bagus, Datuk Neraka! Sepertinya kau terlalu percaya pada kemampuan muridmu. Kalau begitu aku akan membereskan dulu muridmu baru menghadapimu," Begitu Ki Bergawa dengan terenyum. Kini perhatiannya terarah ke arah Sandaka dan dengan tatapan tajam memperhatikan Sandaka yang saat itu baru saja menarik kakinya dari dalam tanah. Saat bentrokan terjadi telapak kaki Sandaka sampai melesak sejengkal ke dalam tanah, dan terdengar memaki keras.

Geger ParahiyanganWhere stories live. Discover now