"Gabut banget berdiri disini panas-panas,"

Aku menoleh mendapati dari siapa asal suara itu. "Lah, Wira? Mau cabut lo ya?!"

"Abis kelar kelas, kan tadi sekelas sama lo ege,"

"Oh iya." Ya, sangat memalukan.

Wira tampak menatap sekeliling jalanan lalu kembali menatapku heran, "Serius lo berdiri doang disini? Trial jadi patung kah?"

Aku tertawa akan pertanyaan bodoh yang Wira lontarkan, bisa-bisanya ia berpikir diriku sedang percobaan menjadi patung. "Nggak gila! Emang gue elo, nggak waras," celutukku di balas cengiran kuda.

"Enak aja lo ngomong. Serius gue nanya daritadi buset dah,"

"Oh iya! Gue lagi nunggu jemputan,"

"Kayak sepupu gue yang SD aja nunggu jemputan,"

"Gak gitu konsepnya dodol."

"Oh salah. Yaudah mau di temenin nunggu gak?"

"Dasar gabut."

"Iya gue abis di hukum gak boleh pulang ke rumah, gak tau gue mau kemana anjing,"

Sontak tawaku pecah, bukannya gimana aku benar turut perihatin cuma mendengar ucapan bahwa ia tidak tau mau kemana membuatku tertawa, layaknya bocah hilang di tengah pasar. "Lagian lo ngedugem mulu sih,"

"Ya, dong. Beban orang tua kan gitu,"

"Bangga lagi si dongo."

TINN!! TINN!!

Aku menoleh cepat mendengar klakson, amarahku seketika kembali memanas melihat mobil siapa di depanku. "Ini jemputan lo? Bayarnya pasti mahal,"

Aku terkekeh, "Diem gak lo. Yaudah, gue duluan Wira, lo kalo gak tau mau kemana ke Warkop aja, sih?"

Wira menepuk dahinya, "LAH IYA YA! Okay, yaudah hati-hati ya, Na."

"Lo jugaa!"

Dengan cepat aku memasuki mobil berwarna hitam itu lalu menatap kesal sosok di sebelahku. "Apa?" Tanyanya tanpa berdosa.

"Mikir."

"Oke, ntar aja."

"Gue maunya sekarang."

"Ya, apa? Mikir apa?"

"Gak tau, mikir aja."

"Gak punya otak kan gue,"

Ingin sekali tertawa akan ucapan polosnya itu hanya saja aku menahan sekuat tenaga. "Tau ah!"

Gaffriel tanpa pikir panjang langsung menjalani mobilnya meninggalkan kawasan kampusku. Aku memilih diam hanyut dalam kesunyian tidak berniat untuk mencari topik untuk mengakhiri suasana canggung ini. "Tadi siapa?"

Aku melirik lelaki disebelahku dengan sinis, "Kepo banget."

"Oalah oke."

Tampaknya Gaffriel benar-benar kembali menjadi es kutub lagi, "Tadi gue kena cegatan sori nunggu lama,"

"Cegat? Siapa anjir gabut banget?"

"Malika,"

"LAH?! Kenapa cegat lo dia?"

"Gak tau deh,"

"Terus lo mau aja?"

"Ya, iya,"

"Kok mau sih? Aturan lo tuh marah anjrit di cegat begitu, idih, gak tau malu banget dia,"

"Gapapa santai,"

"Lo gak boleh terlalu baik. Eh? Lo kan cuek Friel? Kenapa jadi baik?"

"Emang jadi baik gak boleh?"

Metanoia Where stories live. Discover now