// pesan singkat

437 78 28
                                    

Aku terbangun saat ponselku berdering sejak tadi, segera kulihat siapa yang sedari tadi membuat ponselku berdering sementara kepalaku masih sedikit pening. Kupaksa mataku agar bisa melihat jelas layar ponsel dan ternyata ada beberapa telpon dan pesan dari Keera... Gaffriel? GAFFRIEL?!

Gaffr: Jgn ktm sm Khalid lg

Gaffr: Dgrin jgn btu.

KENAPA? Ad... seketika semua kejadian tadi malam seperti film yang berputar di benakku... astaga... ASTAGA MALAM ITU AKU MENGUNGKAPKAN PERASAANKU PADA GAFFRIEL! Aku menepuk keras kepalaku kesal karna lagi-lagi melakukan hal bodoh dan memalukan diriku sendiri. Tapi ada apa juga dengan Khalid hingga kemarin malam aku ada di mobil Gaffriel? Sudahlah yang terpenting saat ini aku harus menemui Gaffriel dan menjelaskan maksud ucapakanku, untuk kali ini aku tidak akan membiarkan diriku jelek dimata Gaffriel, cukup hari ini saja.

Anna Derulia: Friel... boleh ketemu? Ada yang mau gue omongin...
   Read 10.34

READ?! Di baca saja? Astaga apa sekarang Gaffriel makin ilfeel denganku secara aku juga menjelekan Malika secara tidak langsung... haruskah aku mengirim Gaffriel pesan lagi? Tapi nanti ia pasti merasa risih...

Bunyi! Ada yang menelponku segera kulihat cepat siapa yang menelponku tapi ternyata itu Keera, pasti Keera ingin tau apa yang terjadi semalam. "Iya Ra..."

"ANNAAA!!! KOK GAK ADA KABAR SIH DARI SEMALAM?! GUE PANIK! GUE DI LOBBY NIH BAWAIN SARAPAN!" Cerocosnya dari seberang sana.

"Yaudah naik aja,"

☄️☄️☄️

Sudah tiga minggu berlalu dari kejadian itu tapi Gaffriel tampak belum membalas pesanku dari tiga minggu lalu, rasanya sedih sekali karna secara tidak langsung aku merasa di tolak olehnya. Lalu soal Khalid aku mengikuti pesan Gaffrriel untuk tidak lagi dekat dengannya walaupun hingga sekarang aku masih belum mengingat bahkan mengerti mengapa aku harus menjauhi Khalid. Berkali-kali ia memberiku pesan dan menelpon sampai aku harus memblokir kontak dan semua sosial medianya. Di saat begini aku lagi-lagi hanya bisa merenung saja, untung ada Keera yang masih setia hingga detik ini di sebelahku.

Aku merasa bahwa aku kembali sendiri dalam dunia yang kejam ini, padahal dulu aku seperti punya segalanya mungkin ini yang di bilang banyak orang kalau kian dewasa kita melakukan semuanya sendiri, pasangan hanya menjadi pelengkap saja. Aku sedang di tahap itu tahap yang sebenarnya susah sekali untuk di jalankan tapi satu sisi aku tidak boleh terus diam merenung, aku harus tetap berjalan ke depan. Setelah dipikir lagi masa terpurukku saat Cameron meninggal sudah kulalui, aku sudah ikhlas dengan kepergian Cameron, lalu masa kembali berdiri dan kembali mencintai seseorang lagi juga sudah kulalui walau akhirnya aku ditinggal lagi, tapi aku sudah melalui masa menyakitkan itu dan tinggal saat ini aku harus melalui masalah ini.

Kalau di ingat-ingat juga aku banyak sekali struggle di hidupku dan untung saja aku masih terus berjuang dan bertumbuh dari semua masalah yang terjadi, semua masalah kubuat menjadi pelajaran karna itu masalah Khalid aku tidak terlalu memikirkannya. Setidaknya selama Cameron pergi hidupku jadi penuh petualangan dimana lebih banyak drama yang menjadikanku lebih baik lagi walau aku harus kehilangannya. Kuharap semua drama ini berlalu dan aku berakhir kembali bahagia.

Oh... iya soal Gaffriel setelah kupikir juga sepertinya aku memang menyukai lelaki itu. Aku masih belum tau harus apa dengan perasaan ini, tapi lain sisi aku juga tidak mau Gaffiel meninggalkanku. Takut sekali kalau semua mimpi burukku harus terjadi karna keegoisanku untuk ingin memilikinya. Kalau ditanya kenapa aku suka, sejak kapan... aku juga tidak tau. Aku juga heran kenapa aku harus mempunyai perasaan dengan laki-laki dingin nan menyebalkan itu. Gaffriel itu bagaimana, ya, bila kujelaskan, dia hanya sosok lelaki yang menjadi diri dia sendiri, lelaki yang masih terluka akan masa lalunya, tapi saat dimana mengajakku untuk sama-sama melupakan masa lalu aku melihat ia punya keinginan kuat untuk menyudahi rasa sakit itu.

Sampai saat inipun aku memang belum tau banyak tentangnya karna aku lebih memikirkan diriku sendiri, kalau saja saat itu aku merenungi perasaanku... aku ingin tau sekali apa ia masih sayang dengan Shanon? Apa memang ternyata dia sudah menyayangi Malika sampai ia membela Malika daripada aku? Kalau memang benar cinta Gaffriel kepada Shanon belum usai karna aku mengingat jelas Gaffriel menyukai Malika karna senyumnya yang mirip dengan Shanon. Jadi kalau begitu perasaanku tidak akan bisa terbalas... tapi aku menginginkannya... sungguh aku merutuki diriku yang tiba-tiba sadar akan perasaanku selama ini.

Sudah hampir setahun berlalu aku menganggap perasaanku ini hanya sebagai sahabat yang tidak ingin sobatnya terluka, tapi tanpa sadar sebenarnya aku cemburu dengan Malika. Konyol sekali. Haahh... aku pusing sekali dengan ini semua. Urusan kampus saja jadi keteteran karna drama yang terjadi di hidupku.

"Heh! Bengong aja kayak mau kawin!"

Aku tersentak dengan teriakan Keera yang baru saja duduk lagi didepanku setelah membeli batagor di kantin kampus. "Sialan lo, Ra! Kalo gue jantungan gimana?!" Ketusku di balas cengiran kuda.

"Lo kenapa sih? Biasanya ada masalah cerita, gak usah nahan gitu ah," ujarnya.

Keera tau soal kejadian malam itu dan responnya hanya tertawa saja, kurang ajar bukan? Bagaimana aku mau menceritakan lebih lengkap soal perasaan ini yang ada dia makin lebih kencang tertawa. "Gue kasih tau aja nih, sekarang zaman itu udah beda. Kalo lo suka, ya perjuangin! Kalo nunggu si cowok bales perasaan lo ya susah, lah, Na. Dia kan lagi deket sama Malika, kalian juga lagi renggang, lo mau ngarepin apa?"

Aku tertegun mendengar Keera saat ini sedang terlihat serius, bahkan seperti dukun yang mengetahui apa yang kupikirkan belakangan ini. Gadis itu juga benar-benar mendapatkan pointku, tapi aku masih ragu dengan pilihan untuk menjadi female lead, secara aku yang akan penuh memberikan effort sementara selama ini aku yang selalu di perjuangkan. Terakhir aku melakukan itu saat masa SMA dimana aku mengejar Aldo begitu keras sekali, tapi aku sudah lupa bagaimana melakukannya lagi. "Worth it lah Na kalo lo perjuangin Gaffriel, secara kan Gaffriel udah naklukin perasaan lo selama ini, sekarang elo yang usaha,"

"Tapi kan maksud Gaffriel bukan buat naklukin gue, mungkin gue nya aja yang terlalu baper?"

Keera mendelik, "Terserah lo, sih kan lo yang punya perasaan. Kita gak akan pernah tau ke depannya gimana, gak tau juga sebenarnya apa tujuan Tuhan, tapi selama bisa di coba kenapa enggak? Kalo ternyata emang jodoh lo si Gaffriel yang Tuhan maksud, gimana? Jodoh kan gak harus laki-laki duluan, dari pihak perempuan juga bisa. Istilahnya begini, yang di atas udah pertemukan, sisanya pilihan masing-masing mau di pertemukan untuk selamanya apa sementara. Usaha juga harus ada lah untuk membuahkan hasil, itu berlaku juga buat masa depan lo Na."

Senyumku mengembang mendengar ucapan Keera hari ini sangatlah bijak, aku segera memeluk Keera erat setidaknya ucapannya membantuku untuk sadar. Mungkin memang benar, jodoh tidak harus dari pihak laki-laki lebih dulu memulai, perempuan juga bisa saja memulai duluan, kalaupun memang ternyata tidak bisa lebih, setidaknya aku pernah berusaha untuk mendapatkannya. Ya! Tinggal menunggu waktu saja untuk memulai semuanya.

Metanoia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang