// the boy

7.5K 355 49
                                    

Suasana kampus kala sore hari semakin membuat kantuk semakin berat untukku, di tambah lagi pohon terus bergoyang membuat angin sebagai support untuk tidur. Aku menatap dosenku yang sibuk menjelaskan tanpa peduli aku yang hanya melongo karena cara menjelaskan nya seperti menjelaskan materi pada Insinyur. "Anna, Anna lo ngerti nggak sih sama tuh Dosen?" Tanya Intan teman satu kelasku hari itu.

Aku menyengir bersama gelengan kepala. Aku lagi mengerti, pikiranku saja memberi intruksi kepada kelopak mataku untuk tetap terbuka dengan mantap, boro-boro mikirin ocehan rapping Young Lex di depan. "Lo nyatet tapi?"

Ini sefruit modus yang aku temui tiap kelas dan inilah yang aku bilang teman sekelas saja, mereka mendekatiku karena sebuah benefit jadi jangan heran bila kala aku susah mereka tidak akan menolongku. Mungkin akan di tolong oleh semua alasan etis hingga konyol yang mereka ucapkan. "Enggak, dengerin aja nggak," alibiku.

Aku menyatat walau tau catatan entah dari ucapan Dosen yang sedikit nyantol atau sebuah imajinasi buatanku saja. Konyol. Jam kelas ke empat selesai, kini aku bisa kembali tertidur di atas ranjangku yang sudah menunggu. Sinar matahari sore menyapaku saat keluar kampus, disana aku melihat sosok Keera berdiri di sela sinar matahari berpose di depan kamera ponsel. Aku mencoba mendekat melihat apa yang Keera lakukan. "Eh kodok! Woy Anna lama-lama lo kok jadi hantu ya," teriakny kesal karena aku tiba-tiba di sebelah nya.

Aku menyengir, "Selfie lo?" Tanyaku walau tau jawabannya apa nanti. "Enggak, gue lagi nyusuin bayi tua. Ish, kesel dah sama lo," cercanya.

Aku mendengus dan tidak menanggapi. "Sebentar satu cekrek lagi, jadi selebgram, tuh, emang susah,"

Keera memang selebgram dengan followers 35 ribu, jadi wajar saja bila dia harus foto di tempat yang menurutnya bagus walau suasana tempat foto banyak orang. Dia sangat pede, hingga sebuah tatapan tajam di balas kembali tajam olehnya. "Enggak susah, emang lo nya aja narsis, bambang. Udah ah, gue tunggu di mobil lo,"

Keera mengangguk memberikan kunci mobil padaku. Sela beberapa menit Keera datang sesambil tersenyum, aku tidak berniat bertanya karena aku sibuk membenarkan rambutku yang mulai kusut. "Annaaaaa!!!" Jerit Keera di duduk pengemudi. Aku menoleh kesal pada Keera. "Apa, sih, Ra?"

"Tau gak, Alan ngajak gue makan malam gituu. Omg, pertama kali nya Alan romantis tau nggak?"

Alan adalah cowok tidak terlalu peka dan melakukan semuanya dengan porsi yang ia tentukan. Walau begitu hubungan mereka tampak asik karena tidak terlalu berlebih dan cuek. "Lo mau belanja baju?" Tebakku pada Keera di balas gelengan kepala.

"Makan aja, Alan ngajak makan dulu di tempat biasa soalnya makan malamnya jam sembilanan,"

"Oh, yaudah, gue juga lagi kanker jadi nyamuk gapapa deh,"

Keera menjitak kepalaku, "Untung sayang sama lo."

🌿🌿🌿

Aku duduk di sebelah Keera dan di samping Alan ada teman nya yang ikut makan. Mungkin teman Alan senasib denganku karena tanggal tua yang melanda. "Udah mesen lo, Na?" Tanya Alan.

Alan kekasih Keera tetapi aku selayak Adik bagi Alan. Entahlah Alan sangat peduli denganku karena dia mengerti bagaimana hidupku, juga Alan berumur 25 tahun dimana pemikiran nya sangatlah dewasa jadi aku tidak terlalu mempersalahkan sikap manis Alan. "Udah kok, malah gue mesen banyak," ujarku.

"Gapapa mesen aja banyak, temen gue juga lebih gak tau diri," ujarnya bercanda. Aku terkekeh.

"Eh, Arden lo diem aja ngomong apa biasanya bacot lo," celutuk Keera melihat teman Alan yang diam mendengar pembicaraan di antara kita tanpa menimpali sedikitpun. Dia menyengir disana, "Battre nya lagi abis, Ra makanya lagi mau ngisi," sahut lelaki itu.

Metanoia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang