// satu bulan berharga

501 71 143
                                    

Satu bulan berlalu kini beberapa hari lagi hubunganku dan Gaffriel akan berakhir. Waktu terus berjalan, sampai aku begitu lupa kalau sebentar lagi aku akan menyudahkan hubungan ini. Hari ini aku sudah bersama Gaffriel mencari sarapan karna aku ingin sarapan bersamanya. Di dalam mobil sunyi hanya ada suara radio yang mengisi hening.

Aku menatap Gaffriel tengah menyendoki dirinya dengan bubur ayam yang ia beli, "Lo makan bubur di aduk?"

Ia melirik, "Iya,"

"Bagus, tandanya kita emang jodoh!"

Gaffriel menatapku lama lalu kembali melahap makanan. Sebenarnya aku kesal sekali dengan Gaffriel karena sikap dinginnya yang tak kunjung usai dikira mencari topik gampang apa? Ide sarapan saja dari aku, setiap jalan juga aku, Gaffriel jarang sekali mengajakku selama pacaran ini. Wajar sih, namanya juga terpaksa lagi pula aku ini selalu saja berharap lebih padahal dari lama ini aku sudah tau kalau tidak boleh banyak berharap. Tapi bagus lah kalau begini nanti pas putus tidak akan terlalu menyedihkan sekali.

"Friel, nama kontak gue apa?"

"Anna,"

"Anna aja?"

"Iya,"

"Kan kita udah pacaran masa cuma nama gitu aja?"

"Harusnya?"

"Harusnya nama panggilan khusus buat gue kek atau sayang? Kan banyak!"

"Iya nanti di ganti,"

Aku mendelik, menaruh mangkuk di dashbord lalu merogoh saku celana pendek Gaffriel, "Ngapain?" Tanya Gaffriel heran dengan aksi gegabahku. "Mau ganti nama kontak gue."

"Password lo apa?" Setelah Gaffriel memasukan passwordnya aku segera mencari nama kontakku. Ternyata benar hanya 'Anna' saja. Aku mendengus segera mengganti lalu mengembalikan ponsel ke atas paha Gaffriel dalam senyum. Lelaki itu menatap aksiku diam lalu membuka ponselnya dengan wajah datar. "Anna Gemes?"

Aku terkekeh, menyodorkan ponselku kepada Gaffriel agar melihat isi layar ponselku. "GaffDog?"

"Iya! Abisan nama lo kayak film kucing terus juga Doggy kan gemes, jadinya GaffDog aja deh!" Ujarku dengan tawa senang.

"Yang bagusan gak ada?"

"Nggak, gak ada."

"Cinta?"

"Apaan sih, jijik, Friel."

"Anjing lo."

Sontak aku tertawa mendengar ucapan Gaffriel dengan nada kesal, setidaknya itu respon yang kuharapkan. Aku kembali menghabisi makanan sementara Gaffriel sibuk menatap ponsel seraya menyuapkan dirinya. "Makan dulu ntar keselek, lo mati lagi, capek gue di tinggal meninggoy, Friel,"

Gaffriel melirikku, "Emang bener-bener mulut lo."

Aku terkekeh geli tidak menggubris ucapan Gaffriel sibuk menikmati bubur yang kuaduk dengan kerupuk yang sudah melempam membuat cita rasa bubur semakin nikmat. "Ini Darrel kabarin besok acara lamaran dia," ujar Gaffriel masih sibuk menatap ponsel.

"Oh iyaa!! Terus-terus?"

"Besok kita bantu dekor sama bawain spanduk,"

"AAAAHH GEMES BANGETT!! Pasti lucu deh acaranya," jeritku antusias di balas senyum dari Gaffriel. "gue jadi pengen di lamar lagi," lanjutku tidak sadar mengucapkan kata itu.

Gaffriel meneguk minumnya seraya menatapku, "Katanya mau lulus kuliah dulu baru mau nikah?"

"Iya, sama mau kerja dulu lah! Ya... pokoknya pengen sukses dulu sampe ngehasilin duit, jadi pas nikah gue juga tetap mau kerja gak kayak gue dulu gabut nunggu suami pulang kerja,"

Metanoia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang