// nikah muda?

2.8K 154 25
                                    

Sudah dua minggu hubunganku dan Arden berjalan lancar dengan penuh canda tawa. Dua minggu kami membuatku sangat yakin bahwa Arden laki-laki baik tidak seperti Cameron bilang, nyatanya Arden selalu ada buatku dan support aku ketika ada masalah tugas. Bang Drico sudah balik ke Bandung dan aku kembali ke apartemen karena bila di rumah jaraknya cukup jauh dan membutuhkan waktu banyak untuk ke kampus belum lagi macetnya Jakarta. Soal dari acara mengenali Arden kepada teman-teman Cameron aku akhirnya memilih untuk tidak terlalu berhubungan dengan mereka lagi, bahkan minggu lalu mereka sparing futsal yang biasanya aku ikut untuk menghibur diri sekarang aku memilih untuk tidak ikut.

Setidaknya Arden membutuhkan kepercayaanku, bagian masa lalunya berhubungan dengan pertemanan sementara aku berhubungan baik dengan teman Cameron. Setidaknya beberapa bulan ini aku tidak banyak kontak langsung dengan mereka untuk membuat Arden yakin.

Siang yang terik ini aku tengah menunggu Arden di kantin sendirian karna Keera sedang ada kelas sementara kelasku sudah selesai. Aku sudah memesan makanan biar Arden datang ia bisa langsung menyantapnya tanpa harus menunggu lagi karna Arden berangkat dari Depok yang membutuhkan waktu lama kesini. Aku menatap layar ponsel disana Arden mengirimku pesan bahwa ia sudah berjalan ke arah kantin, rasanya masih deg-degan padahal sudah dua minggu bersama. Dan disanalah Arden berjalan memberi senyum ke arahku membuat senyumku mengembang mendapati Arden. "Hai! Maaf nunggu lama," sapanya sudah duduk di depanku membenarkan baju.

"Tenang aja ih. Oh iya gimana skripsi udah selesai?"

"Udah kok tinggal ngasih, terimakasih ya udah nemenin ngeskripsi terus," katanya seraya mengusap kepalaku dalam senyum.

Aku mengambil sendok dan garpu lalu menaruh di piring Arden, "Selamat makan Arden!"

Ia tersenyum senang memulai menyantap makanan pesanannya. "Serius nih enak ayam bakar nya?"

"Ih enak, gak percaya banget dah,"

"Kapan-kapan ke kampus aku dong makan di kantin sana kita,"

"Boleh! Soon ya?"

Arden mengangguk. Aku sangat senang dengan gaya pacaran kami maksudnya sangat sehat. Saling support, saling mengerti dan menyesuaikan. Aku juga senang Arden cukup dewasa walaupun terkadang masih was-was karena masa lalunya, tapi tak apa aku mencoba untuk mengerti dengan keadaan Arden. "Oh yaa... Mamaku kaget tadi pagi pas bangunin aku," ujar Arden memulai cerita.

"Kaget? Kagetin apa tuh?"

Arden tampak menyengir disana membuatku ikut menyengir walau tidak tau apa yang lucu. "Jadi... Mama  aku hari ini terakhir di Jakarta terus bangunin aku kan buat sarapan, terus hapeku bunyi ada nama kamu nah Mama otomatis kepo kan... pas liat nama kontakmu sama lockscreenku Mama makin kenceng bangunin aku. Terus pas aku bangun nanya-naya yaudah aku jelasin kalau kamu pacar aku, Mama minta dikenalin deh secepat mungkin."

Aku dibuat terdiam beberapa saat terkejut dengan apa yang Arden bicarakan. Aku akan berkenalan dengan orang tua Arden? Rasanya sangat spesial buatku mendengar orang tua Arden ingin berkenalan denganku. Sudah lama tidak merasakan ini. "Hah? Serius ih kaget... aaah lucu banget!!!"

Arden tertawa melihat wajahku memerah mungkin. "Kecepatan, ya? Apa gimana? Mama kaget karena udah lama banget aku gak berhubungan Na, sampai Mama khawatir aku masih normal apa enggak,"

"Iya aku ngerti kok, enggak kecepatan juga cuma kaget aja gitu Mama kamu sesenang itu mau ketemu aku,"

"Kamu mau kapan?"

"Ha...hah?"

"Iya, kamu bisa kapan? Aku nyesuaiin kamu aja daripada kamu heboh sendiri pas Mama aku yang jadwalin,"

Metanoia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang