// keera bet

514 84 12
                                    

"TERUS GUE KESEL GITU RA, KENAPA SIH MALIKA SAMPE MASIH SEPENTING ITU BUAT DIA?! JELAS-JELAS DIA UDAH TAU KENYATAAN MALIKA ITU GIMANA KE DIA. KEK— GUE KESEL AJA GITU, PENGEN GUE PUKUL KEPALA GAFFRIEL BIAR SIAPA TAU DIA SADAR KALO DIA TERLALU MANJAIN MALIKA KALO APA-APA DI IYAIN, HARUSNYA KAN GAFFRIEL TAU ITU MODUS MALIKA. TUH ORANG JUGA GAK PUNYA MALU APA YA?!"

Keera menatapku diam dalam duduknya mendengarkan aku sudah... entahlah sudah berapa menit aku tidak menghitung yang aku tau hari ini adalah aku ingin berceloteh kepada Keera untuk bertukar pikiran. Mumpung Keera juga bisa di ajak gossip jadi aku pastikan topik ini sangat menyenangkan untuk di bahas dengan Keera, juga tak sabar mendengar ocehan pedas dari Keera. "Udah? Minum dulu, minum," kata Keera menyodorkan botol air minumku.

"GAK! GUE GAK BUTUH. GUE MAU MINTA PENDAPAT LO RA, INI MALIKA TUH GAK TAU MALU KAN? SAMA AJA KAYA RAVEN."

"Udah?"

"Apa?"

"Udah belom cemburu nya?"

BRAKK!!!

"APAAN SIH?! ENGGAK YA!" Teriakku membuat seisi kantin menoleh heran ke arahku seketika sadar membuatku meringis malu dan kembali terduduk. Keera tampak menikmati reaksiku sepertinya dengan gelengan kepalanya. "Sumpah! Lo kenapa cari temen gitu sih buat kesel sama Malika, hm?"

Aku menaut alis heran akan ucapan Keera, "Siapa yang cari temen, anjir?!"

"Gak nyadar kan,"

Aku bergeming, "Maksud gue emang tindakan Malika itu salah, gue juga nyadar kok cuma reaksi lo kayak berlebihan gitu untuk mengakui itu cuma reaksi sebagai temen," kata Keera dengan santainya padaku langsung kutolak. "Ya, emang temen. Gue sama Gaffriel tuh udah janji buat saling jaga, Ra!"

"Ya... kalopun lo emang cemburu juga gak apa Na,"

"Ih nggak, Ra. Gak lucu ah, males. Orang mau tuker pikiran sama lo. Gue gak terima aja gue kan mau ngelepas suntuk sama Gaffriel si Malika malah ngebuat drama konyol, kayak gak punya temen aja buat di mintain tolong. Kata Arden aja dia hitz, kan?!" Ujarku masih berusaha untuk mengubah perkiraan konyol Keera. "Siapa tau emang si Malika udah coba kontakin semua temennya tapi emang gak ada yang bisa? Kenapa lo langsung negatif gitu?" Tanya Keera masih berusaha keras menyakinkanku.

"Karena emang dia itu kayak ular! Dia bakal terus ngejar Gaffriel Keeraaaaaa, ayo kek biasanya lo sepemikiran sama gue yang begini?"

Keera kembali tertawa disana membuatku semakin kesal. "Tuh... lo nyari temen buat ngejulid-in Malika, kan? Dulu aja respon lo soal Raven kalem aja, kenapa sekarang lo beda banget padahal permasalahannya hampir sama," aku berdecak, aku biasa saja karena aku tidak tau bagaimana sikap Raven bahkan saat bertemu saja Raven agak sedikit berbeda dengan omongan Keera, maksudku tidak seburuk itu. Malika?! Oh tidak, tidak, dia benar-benar otak ular. Aku melihat jelas bagaimana pemikiran kotornya kepada Gaffriel.

"Cukup, Ra. Kita emang berbeda pemikiran soal ginian. Intinya gue gak terima Gaffriel di bego-begoin si Kedelai pilihan."

"Awas aja lo ternyata emang cemburu,"

"Ngapain cemburu sama si Kulkas Berjalan. Ogah."

"Hmmm... iya. OH IYA! Gue ada kabar buat lo, Na!"

Aku mendongak menatap Keera dengan tatapan serius karna aku tau itu soal Arden. Walaupun sekarang aku benci dengan lelaki itu tapi, jujur aku masih ingin tau bagaimana kehidupannya disana. "Arden udah fix kerja disana, dia udah beli rumah ternyata Na, udah selesai urusan dia disana, tinggal masalah di Indonesia aja, sih. Jujur gue kesel sama Arden cuma karna gue juga dulu teman Arden dan tau gimana dia usaha, perkembangan dia keren banget Na,"

Metanoia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang