15. 👈👉

64 20 55
                                    

Pembunuh jitu yang selalu memiliki ribuan siasat.

***

Christof sudah siap untuk kembali ke rumah neneknya. Lelaki itu melangkah dengan senyuman paling bahagia yang baru kali ini ia sodorkan.

Pipinya mengembang, layaknya seorang manusia dengan putaran bunga-bunga di sekitar tubuhnya. Christof amat bahagia hanya demi satu nama, yaitu Jesi.

Beberapa waktu telah dihabiskan untuk menuruni gunung. Kini, Christof sudah sampai pada pekarangan rumah neneknya. Tempat dimana dirinya dibesarkan semenjak kakaknya telah meninggal.

Antusias! Satu kata yang dapat mendeskripsikan perasaan Christof saat ini. Di perjalanan menuju pintu rumah, Christof tersenyum sendiri lalu tak lupa menggerakkan bibir kecilnya itu.

"Oma pasti seneng banget sama Jesi. Gue yakin, oma bakalan setuju kalau gue pacaran sama Jesi." duga Christof lalu membuka pintu rumahnya.

Christof menaiki anak tangga, mencari si nenek ke kamarnya. Tumben, sedari tadi ia masuk ke dalam rumah suasananya sudah terasa sepi seperti tak ada penghuni.

Ya sudahlah, Christof masih dibayangi oleh kebahagiaan. Oleh sebab itu, ia tak peduli dan tetap fokus untuk mencari keberadaan neneknya.

Dia sampai. Kini, Christof mulai membuka pintu kamar neneknya secara perlahan. Dengan hati-hati, Christof melangkah beberapa saat lalu melihat ke setiap sudut.

"Selamat sore oma. Coba tebak, Christof bawa apa?" goda Christof ingin sekali neneknya keluar dengan senyuman teka-teki.

"Ngumpetnya udahan ya oma. Christof lagi capek. Nih, Christof bawakan bunga antoksin dari black mountain. Susah lho dapetnya, lagi pula ini kan bunga langka. Mangkanya oma buruan keluar, sebelum bunga ini Christof kasih sama pacar Christof." ujar Christof tersenyum puas sudah berhasil mengerjai neneknya.

Hening, sama sekali tak ada sahutan. Tiba-tiba juga saat itu Christof bingung, tidak biasanya nenek kesayangannya itu diam dan tak bersuara, kecuali jika di ingat-ingat Kanditia pernah marah ketika Christof bersikap bandel. Tapi, sekarang Christof tidak bandel kan ya?

Akhirnya, Christof duduk di kursi kesayangan neneknya. Lama sekali ia menunggu, siapa tahu kemarahan neneknya bisa pudar. Semakin waktu berjalan, Christof mulai bosan dan akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti permainan sang nenek.

"Baiklah, nampaknya oma terlalu senang dengan permainan petak umpet. Oke, Christof akan cari dan jangan salahin Christof ya jika oma jantungan." ucap Christof dengan senyumam terkekehnya.

Jeddar! Christof membuka tirai namun neneknya tak ada di sana. Bola matanya begitu kecewa dan bingung sendiri.

"Yaudah deh. Christof cari lagi."

Kini saatnya, hanya ada satu ruangan di kamar neneknya yang belum ia cari yaitu kamar mandi. Awalnya, Christof ragu untuk ke sana mengingat mungkin itu kurang sopan. Namun, mau bagaimana lagi jika neneknya sudah menatang dirinya untuk bermain. Christof pun harus turut memeriksanya.

Christof membuka pintu kamar mandi, namun sebelum itu di balik lubang kecil terdapat bercak darah yang berlumuran di lantai. Hal itu membuat Christof merasa panik dibuatnya.

Sangat panik. Reaksi yang biasa ditemukan ketika melihat yang namanya cairan merah. Jika darah terlihat, maka banyak orang yang menghubungkannya dengan kata terluka atau mati? Tapi, apakah secepat itu sang nenek pergi?

SUBSTITUSI (Sudah Terbit✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang