39. 👈👉

35 7 25
                                    

Kalo sudah tak ditakdirkan untuk bahagia, mau dikata apa? Marah percuma, kecewa tak ada gunanya, menyalahkan Tuhan pun salah, yang ada justru sebaliknya, kamu harus tegar untuk bertahan.

***

Sebenarnya Ando tidak ingin pulang pagi ini, dia masih betah dirawat di rumah sakit lebih lama tapi mengingat saran dokter mengenai kondisinya yang sudah pulih, ia pun mengikuti saja keinginan mamanya untuk melakukan rawat jalan.

Riana menjemputnya dan mendorongnya dengan menggunakan kursi roda, pasti suasana rumah akan terasa ramai karena ada tambahan anggota keluarga baru.

"Ma, apa papa gak marah kalo liat kondisi Ando seperti ini?" tanya Ando, sebenarnya bukan itu yang menjadi tangtangannya untuk pulang tapi wanita itu. Wanita yang sangat ia cintai kini harus tinggal seatap dengannya, dan ditambah lagi statusnya adalah sebagai adik.

Riana mencium puncak kepala Ando dengan sayang.

"Jangan khawatir, anak ku! Apapun kondisi Ando, mama akan selalu menyayangi dan melindungimu dari siapa pun."

Ando tersenyum kecil dengan mata berkaca-kaca. Dia tau harusnya dirinya tidak perlu malu, semestinya dia bersyukur karena raganya masih bisa bernafas di dalam semesta, itu artinya Tuhan masih sangat baik telah memberikan kesempatan kedua untuk hidup.

"Ayo kita pulang!" ajak Riana kembali mendorong kursi roda.

Ucapan Riana sukses membuat Ando menurut, bagaimana dia bisa menolak permintaan mamanya untuk segera pulang disaat kerinduan sang mama sudah memuncak. Sampai kapan pun Ando akan selalu mencintai mamanya itu.

Ando masuk ke dalam rumah dengan perasaan risau, ketakutannya kini bertambah melihat kedatangan seseorang yang dibencinya, siapa lagi kalau bukan Glen dan gadis disebelahnya yang sangat ia cintai tengah berdiri  di dekat orang yang ia benci.

Sungguh takdir yang pahit, mempertemukannya dengan orang di benci dan di sayangi dalam satu waktu.

"Ngapain sih perempuan itu ada di rumah kita?" tegas Ando menyindir Jesi.

"Ando!!" tegur Glen terperanjat, emosinya langsung mengoar.

"Apa? Papa mau marah, iya?" Seketika entah darimana saja keberanian anak itu, ia tiba-tiba menaikkan intonasi suaranya.

"Jaga ucapanmu terhadap putriku. Awas saja kalo anda sampai menyakiti putri kesayanganku,"

"Terserah papa, aku udah capek liat kelakuan papa yang selalu belain orang lain ketimbang anaknya sendiri,"

Ando mendorong kursi rodanya sendiri melewati mereka begitu saja, dia sudah lelah dengan kehidupan ini, ditambah dengan kedatangan gadis itu sebagai adik malah semakin membuat hidupnya kacau.

Semenjak ia kecelakaan dan dirawat di rumah sakit, Ando mulai memikirkan segalanya tentang kebencian papa, keretakan hubungan di dalam keluarga dan kedatangan wanita itu.

Mulai saat ini juga, Ando akan bersikap adil, papanya tidak memperlakukan dirinya sebagai anak, dan ia pun memutuskan untuk jarang bicara pada Jesi. Bukankah itu adil? Glen menghancurkan harapannya untuk disayangi seorang ayah, sedangkan Ando akan menghancurkan kebahagiaan putri kesayangan Glen karena tak pernah mendapatkan kasih sayang seorang kakak.

SUBSTITUSI (Sudah Terbit✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang