44. 👈👉

27 5 12
                                    

Saat aku menangis, semuanya terasa damai.

Saat aku menangis, semuanya terasa damai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

****

JLEB!

"Selamat tinggal dunia...."

Ando terjatuh dengan perutnya yang sudah belumuran darah. Sudah sejak kemarin ia terus mengurung diri di kamar, tidak mau makan, tidak mau diajak berbicara. Dan siapa sangka bahwa Ando akan melakukan hal bodoh itu.

Ando merasakan pandangannya berat dan detak jantung yang seakan berhenti. Dengan cairan bening yang menetes dari pelupuk matanya, Ando pun bernafas tersenggal dan pingsan.

Riana baru saja ingin menginjakan kaki ke kamar Ando tercekat. Merasa khawatir akan Ando yang tak kunjung keluar, ia pun mengetok pintu.

"Nak, makan dulu yuk," Peringat Riana dengan tangan membawa nampan.

Sedetik kemudian Riana membuka pintu kamar dan ia langsung berlari melewati seluruh ruangan dan menghampiri Ando yang sudah tergeletak lemah di lantai. Riana langsung memangku kepala Ando dan mengelus lembut kepala Ando.

"Kamu kuat, nak." Riana menangis.

Jesi yang melihat kejadian itu mengepalkan tangannya kuat dengan tatapan tajam.
"Kenapa kakak ngelakuin hal ini?"

Riana langsung menilik tajam ketika mendapati Jesi yang sedang berada di sana. Sayangnya, rasa khawatir itu pudar ketika emosinya meludak benci dengan kehadiran anak itu, Jesi menangis ketika Riana malah menyalahkannya.

"Dasar gadis sialan! Anak saya celaka karena kamu!"

Riana hanya membencinya. Jesi menatap sendu tubuh Ando yang sudah terkapar lemah di lantai. Dan Riana sendiri sedang menahan emosinya untuk membunuh Jesi.

Riana yang melihat Jesi menangis berdesis sinis. "Kamu itu selalu saja mendatangkan malapetaka. Belum puas kamu membuat anak saya lumpuh, dan sekarang kamu juga ingin dia mati?"

Yang lainnya langsung berlarian menghampiri Ando. Dengan panik Bi Asih langsung mengecek denyut nadi Ando, meneteskan air mata diikuti juga oleh Jesi yang sejak tadi terus menangis.

"Percuma bi, dia udah gak ada, dan semua ini gara-gara perempuan sialan itu!" tunjuk Riana ke wajah murung Jesi.

"Panggilkan ambulan, non. Kita bawa den Ando ke rumah sakit." ucap Bi Asih tak memperdulikan amarah Riana, mereka pun membawa Ando ke rumah sakit dan Riana membuntutinya menggunakan mobil pribadi.

Jesi langsung memasuki ambulan yang telah menunggu di depan rumah. Jesi terus menangkup kepala Ando dalam pangkuannya. Tanpa pikir panjang mereka semua ikut memasuki dan meninggalkan pekarangan rumah.

Sopir ambulan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi disusul satu mobil di belakangnya. Jesi yang memangku kepala Ando di kursi belakang sudah sangat panik.

SUBSTITUSI (Sudah Terbit✔)Where stories live. Discover now