4. 👈👉

174 41 175
                                    

Aku tidak pergi, aku ada disini untuk menopang tubuhmu yang lunglai.

🍁_SUBSTITUSI_🍁

Jesi yang malang! Kini, kisahnya hanya sebatas nama. Jesi telah pingsan tak sadarkan diri di dalam kastil penderitaan, tubuhnya tersontang lemah tak berdaya.

Apakah Jesi telah mati?

Tuhan masih belum memanggil. Nampaknya, Tuhan masih ingin bermain-main dengan penderitaan Jesi. Tuhan masih leluasa melihat kesepian yang di alami oleh Jesi. Dan mungkin, Tuhan juga sedang tertawa atas rasa sakit yang kini meremukkan tubuh gadis itu.

Tidak ada kata benci. Meskipun dunia menganggap Tuhan tak adil, namun Jesi tidak pernah bisa membenci-Nya. Jesi hanya mampu membenci diri sendiri. Itu adalah salah satu kelainan ketika memiliki karakter self hate dan berkepribadian lebih dari satu. Jesi unik, tapi anugerah itu tak membuatnya bahagia.

"Sudah lama aku meninggalkan mu. Aku ingin bertemu, dan ini saatnya untuk memanfaatkan waktu. Aku ingin bersama mu, ratu ku!" Tian berjalan menuju area rumah Jesi.

Pagi-pagi sekali Tian sudah datang ke rumah Jesi yang pintunya dibiarkan tidak terkunci. Tian meraih pegangan pintu, menariknya lembut lalu membukanya dengan suara gesekan kecil yang ia munculkan.

Mata lelaki ini menatap setiap sudut ruangan dengan pandangan serius, hatinya kacau, nyawanya seakan tak dapat berhembus.

Tian menghampiri kamar Jesi, berlari panikan. Reaksi itu kian serius, ditambah kini dia sudah menemukan tubuh Jesi yang terbaring di lantai.

"Jesi!" Tian berseru seraya menghampiri seorang gadis yang dianggapnya adalah ratu, sang pemilik hatinya saat ini.

"Apa yang terjadi padamu?" Tian menyentuh tubuh Jesi lalu menempatkannya ke dalam sebuah pangkuan. Dia pun meraih lengan Jesi yang sekarang nampak semakin memar dan masih ada bercak darah yang melekat pada kulitnya.

"Apa yang kamu lakukan selama aku pergi? Apakah kamu tidak bisa menjaga dirimu sendiri? Haruskah aku hidup bersamamu? Haruskah kita menikah, sehingga aku bisa menjagamu sepanjang waktu. Kamu terlalu meremehkan hidup, Jesi."

Tian mengangkat tubuh Jesi ke atas kasur. Setelah itu, dia berlari ke arah meja untuk mencari sesuatu yang dapat mengobati Jesi.

Tanpa disengaja, Tian melihat obat-obatan berlabel zentana yang telah banyak memenuhi laci meja milik Jesi. Tian membongkarnya, menatap semakin banyak kehadiran obat itu sampai-sampai beberapa terjatuh ke lantai.

Tian mengambil obat yang jatuh, memasukkannya kembali ke dalam laci meja lalu menguncinya dengan erat.

Zentana? Apa kamu tahu obat apa itu?

Zentana adalah obat penghilang rasa sakit, namun memiliki dosis yang tinggi. Ketika seseorang mengonsumsinya dalam jumlah banyak (opordosis), orang tersebut bisa pingsan bahkan meninggal karena zentana dapat menyebabkan usus terbakar.

Bunuh diri merupakan tindakan paling tepat dalam benak Jesi. Semenjak ia dikucilkan, Jesi mulai mengonsumsinya. Awalnya, Jesi hanya ingin menghilangkan rasa sakit hati dalam dirinya, tapi pada akhirnya dia malah berniat untuk membunuh diri sendiri.

Tian telah menyembunyikan obat itu dalam laci. Kini, dia berjalan ke arah tasnya lalu mengambil jarum suntik. Dia menyuntikkan cairan itu kepada Jesi. Dan dalam hitungan menit, Jesi pun mulai tersadar dari tidurnya yang ia rasa sangat nyenyak namun menyakitkan.

SUBSTITUSI (Sudah Terbit✔)Where stories live. Discover now