55. 👈👉

39 7 24
                                    

Sekuat apapun keinginannya untuk hidup, pergi adalah salah satu cara melepaskan rasa lelahnya.

***

"Maaf, kondisinya makin parah."

Bagai disambar petir, semua orang yang berada di sana mematung saat mendengar pengakuan dokter yang membuat Glen langsung masuk ke dalam ruangan.

"Anda bisa kerja gak sih? Jadi dokter kok gak becus!"

Ucapan Glen tak terima saat dokter Rangga memutuskan bahwa, Jesi tidak mungkin bisa diselamatkan. Christof hanya menatap kosong ranjang di samping tangannya. Seseorang yang dia cintai, dia inginkan, dan dia tinggalkan tanpa alasan adalah seseorang yang saat ini paling ia takutkan kepergiannya.

Sedangkan Julia dan keluarganya langsung menangis melihat kondisi tubuh Jesi yang rapuh.

"Jesi bangun sayang. Ini mama Yanti temani kamu biar cepat sembuh. Maafkan mama," ucap Yanti sambil memeluk tubuh Jesi.

Rian yang masih duduk di kursi roda ikut menghampiri Jesi. Namun Glen langsung menahan Rian untuk tidak menyentuh anaknya.

"Jangan sentuh putri saya dengan tangan kotor itu! Kamu pikir, saya tidak tau bahwa tangan itu sering kamu gunakan untuk menyiksa anak ku." ucap Glen menatap tajam Rian.

"Dia juga anak saya!" ucap Rian membantah.

"DIA BUKAN ANAK KAMU! KALO JESI MEMANG ANAK KESAYANGAN, KALIAN TIDAK MUNGKIN MENYIKSANYA! SEORANG AYAH HARUSNYA MENJADI PELINDUNG BUAT ANAKNYA, BUKAN MALAH MEMBUNUH RAGANYA!" ucap Glen berteriak sambil merebut tubuh Jesi yang dingin dari pelukan Riana.

Sedangkan Julia langsung menghampiri saudara angkatnya dan memeluk tubuhnya.

"Jesi bangun. Maafin aku, Jesi, maafin aku yang jahat ini. Maafin karena perbuatan itu kamu jadi menanggung kesalahan yang aku buat. Maaf karena kebohongan aku malah kamu yang dituduh sebagai pembunuh," ucap Julia menyesal.

Yanti langsung menarik tangan Julia karena ucapannya begitu pun dengan Ketrin yang sedang kaget di sebelah Christof.

"Maksudnya?" tanya Yanti dengan mata memerah.

"Yang buat Kanny meninggal itu aku dan Tian! Aku, aku yang udah fitnah Jesi supaya dia yang disalahkan. Jesi gak salah, dia gak pernah membunuh siapa pun," ucap Julia lirih.

Semuanya kaget, apa artinya? Mengapa sangat memusingkan.

Ibunya langsung menampar kedua pipi Julia dengan keras.

"Jadi selama ini kita menuduh orang yang salah! Selama ini aku juga membenci seorang anak yang salah!" teriak Yanti sambil menangis keras.

Satu tamparan lagi juga mendarat di pipi kiri Julia. Tamparan yang berasal dari seorang ibu korban. Ya! Sedari tadi Ketrin sudah sangat emosi mendengar penjelasan itu.

"JADI KAMU PEMBUNUHNYA. HARUSNYA KAMU YANG KOMA BUKAN JESI. HARUSNYA KAMU MATI!" serapah Ketrin menatap Julia tajam.

"Maafkan Julia semuanya. Sebenarnya Jesi kayak gini karena nyelamatin gue. Semua permasalahan ini karena gue, hiks. Ma--af," ucap Julia dan tiba-tiba ia pun berlari keluar dari ruangan itu. Julia sudah tak sanggup melihat kondisi tubuh Jesi, ia berlari sekencang-kencangnya dan menenangkan diri di balkon rumah sakit.

SUBSTITUSI (Sudah Terbit✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang