27. 👈👉

69 15 44
                                    

Aku bersumpah takkan pernah terjatuh lagi, meskipun hari ini terasa seperti dijatuhkan lebih parah.

_Author_

Jesi menarik tangan Ando hingga membawanya ke sudut dinding. Ando yang melihat tangannya dicekal oleh Jesi merasa puas, hatinya berbunga seolah-olah ada yang mengembang bahagia di sana. Ando tersenyum karena ia pikir Jesi telah berencana untuk menyukainya.

Ando terbatuk jaim menggoda wanita disebelahnya, namun tak ada respon dari wanita itu.

Meskipun tak ada respon sama sekali tidak membuat Ando luput menurunkan semangat, ia terus menatap Jesi tanpa menghilangkan senyumannya.

"Akhirnya kamu bisa menggenggam tanganku seerat ini. Aku bahagia, meskipun aku sadar bahwa ini hanyalah sesaat." celutuk Ando dalam hatinya.

Dibalik persembunyian, Jesi menatap seorang laki-laki dengan pakaian rumah sakit, membawa tabung oksigen kemana-mana dengan tubuh yang memucat. Jesi menatap pedih disertai air mata yang selalu ingin menetes, namun ia tahan.

Meskipun gadis itu bersembunyi, namun hatinya selalu ingin memaksakan diri untuk memeluk pria itu. Rasanya tiap kali ingin mendekat selalu ada dinding yang menghalangi langkahnya. Acap kali ingin mengelus pipi pria itu namun tak bisa.

Bertemu dengan Christof seperti sedang mencari titik temu antara langit dan bumi, tak akan ada ujungnya dan tidak akan pernah saling menyatu.

Sementara itu, Christof melangkah sedikit demi sedikit dengan tubuh gontai. Beberapa pasang bola mata ia kedipkan untuk bertahan menatap bumi, dan selalu terbuka demi menemukan seseorang yang suaranya sempat mendera ke telinganya tadi.

"Aku seperti mendengar suara peri senja. Tapi dimana dia? Tidak mungkin aku salah dengar atau bahkan sedang berhalusinasi." bingung Christof sambil menggaruk tulang kepalanya.

Christof merasa lelah dengan tubuhnya yang kian melemah, ia memilih untuk duduk sejenak di sebuah kursi berwarna biru laut itu.

"Sebenci itukah peri senja padaku, sampai-sampai ia tidak ingin menjengukku ke sini?" Christof kecewa dan Jesi yang menatapnya jauh lebih sakit.

"Ya Tuhan, jika ini adalah waktunya untuk pulang, hamba ikhlas ketika harus pergi dari semesta. Sekuat-kuatnya diriku, pada akhirnya nanti aku juga akan berakhir menghadap sang pencipta. Tapi satu hal yang ingin aku lakukan saat ini, yaitu membahagiakan peri senja dan membawanya untuk pulang ke rumah. Namun jika waktuku sudah tak cukup, aku hanya ingin tertidur selamanya di dalam pelukan wanita yang sangat aku cintai. Aku ingin diberi kesempatan untuk melihat wajah peri senja, mungkin untuk terakhir kali." gerutu Christof berbicara sendiri membuat langkah Jesi yang bersembunyi ingin sekali menghampirinya.

Namun terlambat!

Christof mendirikan tubuhnya lalu pergi ke ruang rawat dan berbaring di sana.

Setelah merasa pria itu hilang dari sana, Jesi memajukan kakinya dan diikuti oleh Ando lalu mereka keluar dari persembunyian.

"Apa yang kamu lihat?" tanya Ando dan Jesi mematung.

"Heyyyy!" kaget Ando membuat Jesi sadar dari lamunannya.

"Maaf. Kakak ngomong apa tadi?" ucap Jesi gugup karena takut Ando memarahinya dan menarik ucapannya untuk membiayai pengobatan Christof.

SUBSTITUSI (Sudah Terbit✔)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant