Sebuah Surat

15.8K 854 15
                                    

(Syair)

Dia tak seanggun bidadari surga, namun teduh parasnya bak tetesan embun basuh keterjagaan raga..
Dia tak secantik bidadari surga, namun dalam lipatan senyumnya tersirat ketulusan jiwa wanita sholeha..
Dia tak seindah mekaran mawar ditaman terjaga,
Hanya setangkai rumput di tepian yang tak menambah indah namun menghijau sejukkan alam saja..
Dia tak berkilau seperti berlian hanya seonggak batu yg riuhkan arus aliran sungai saja..
Dia tak ingin dipuja di hati para raja hanya ingin seorang pria bersahaja berbalut iman berbingkai taqwa , menjaganya sepenuh raga..
Dia yang jiwanya telah di pilih lelaki bersahaja, dengarkan lafaz doanya di keheningan akhir malam,'Ya Robb hamba, terimakasih telah memilih hamba utknya, jadikan ia mencintai hamba karenaMu jua hamba mencintainya karenaMu, lindungi suami hamba karena Engkaulah sebaik-baik pelindung..
 
Adam tersenyum membaca secarik kertas di meja belajar sedang Salmah masih sibuk memasak makanan untuknya. Hari minggu cerah itu Adam berharap tidak akan ada panggilan pekerjaan mendadak agar bisa bersama dengan kekasihnya seharian.
 
FlashBack..
Hati Adam hancur saat surat bodohnya meraibkan keberadaan Salma. Kejujuran Adam atas perasaannya yang di tuangkannya melalui secarik kertas bukan hanya tidak dibalas Salma, namun membuat Adam tidak lagi bisa melihat gadis pujaannya itu.
 
 
Untukmu, gadis itu....
Saya sadar ini akan terlihat kekanakan saat saya wakilkan perasaan ini hanya melalui secarik kertas. Akal ini tiba-tiba menjadi buntu, frustasi sesaat hingga melakukan hal norak dan menggelikan seperti ini dan saya gagal menahan gejolak aneh dihati ini, Untuk pertama kali saya rasakan ini dalam hidup saya.
Seperti Psikopat, saya diam-diam mengikutimu, mencari tau semua tentangmu dan bagaimana dirimu. Maaf jika semua ini membuat kamu tidak nyaman, dan saya tau itu pasti!
Hanya satu hal yang dapat saya yakini tentang semua keanehan yang saya lakukan bahwa saya jatuh cinta pada Salma, cinta pandangan pertama yang terdengar klise, mungkin!
Saya terima apa pun keputusan Salma, jika Salma ingin meneruskan semua ini maka saya akan tunggu esok di depan Mushola bahasa pukul 10 pagi. Di sana saya akan memperkenalkan diri secara langsung pada Salma.
 
Salam
A.
 
 
Dua bulan Adam menjadi begitu frustasi. Skripsinya pun terbengkalai, kini Adam laksana Qois yang merindukan Lailanya.
Dengan tidak bersemangat Adam melangkah ke kampus. Tidak ada keramahan di wajah pria cina-sunda itu, hanya ada kemurungan dan keseriusan semata.
"Sob! ini ada surat untuk Lo! Dizaman canggih gini masih aja pake suratan hadeehh!!" Ujar Ega menepuk jidatnya sembari setengah berlari mengejar Adam. Adam menatap datar Ega yang menggeleng acuh. "Ada cewek musholla yang ngasih. Heran gue napa Lo bisa berkaitan sama cewek-cewek aneh gitu dan.." Belum selesai Ega bicara, tanpa membukas surat itu, Adam berlari cepat menuju ke Musholla namun tidak mendapati Salma disana, kecewa.
Adam melangkah lesu dan berbalik, namun...
"Berhenti mengotori hati kamu dengan zina. Tidaklah wanita yang baik diciptakan melainkan untuk pria yang baik. Perasaan tidak halal kamu membuatnya memutuskan hal besar dalam hidupnya. Semoga Alloh menunjuki hatimu pada hidayah dan kebaikan" Jelas tegas gadis yang di ingat Adam pernah melamar wanita pujaannya untuk Abangnya, Syifa bintu Hasan, sahabat karib Salma.
"Apa salah saya menyukainya? saya tidak berniat jelek padanya. Bukankah normal dan biasa seorang pria menyukai seorang wanita? bukankah wanita seperti kalian juga akan menikah?" Adam membela diri, menghentikan langkah kaki Syifa.
"Salah atau benar bukan akal atau perasaan yang menimbangnya tapi Al quran dan hadis yang menentukan hal tersebut salah atau benar. Menikah menyempurnakan setengah agama hamba, tapi tidaklah kami menginginkannya melainkan dengan seorang pria yang bisa mengimami kami!" Jelas Syifa berlalu pergi. Wanita tegas yang dibentuk atas rasa takut pada ILahnya.
 
                               * * *
 
Dibawah sebuah pohon didepan perpustakaan, Adam mulai membuka surat itu.
 
Bismillahirrohmaanirrohiim.
Kepada; Hamba Allah yang semoga Allah merahmatimu
Assalamu'Alaykum warohamatulloh
Sebuah kisah masa lalu dari seorang ulama besar dizamannya, Al Imam Fudhoil bin Iyadh. Hampir setiap malam dia mendatangi rumah-rumah yang ada di negeri itu untuk melakukan aksinya, yaitu merampok. Hingga suatu malam dia kembali melaksanakan aksinya. Kali ini ia ingin menemui seorang gadis yang selama ini ia rindukan. Di saat ia memanjat dinding untuk menemui gadis impiannya. Pada saat yang bersamaan ketika dia telah berada di rumah itu, tiba-tiba dia mendengar suara lantunan Al Qur'an sedang dibacakan. Rupanya suara itu berasal dari Sang pemilik rumah yang sedang berdiri bermunajat kepada Rabb-nya. Sang pencuri pun hanyut dengan lantunan ayat-ayat Allah yang sedang dilantunkan, hingga ketika sampai pada ayat "Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al-kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS.Al-Hadid: 16). Tak terasa air matanya berlinang, hingga akhirnya dia pun tersungkur jatuh. Seketika badannya yang selama ini kokoh, menjadi rapuh karena mendengar ayat tadi. Dia pun berkata dalam hatinya untuk menjawab pertanyaan Allah yang terdapat dalam ayat di atas, "Wahai Rabb-ku, telah tiba saatnya".
Setelah kejadian itu, dia pun melalui hari-harinya dengan ketaatan kepada Allah sampai ia dikenal dengan abidul haromain artinya "ahli ibadah dua tanah suci (Makkah dan Madinah)"
Maha suci Allah yang telah membolak-balikkan hati, dan menganugerahkan kepada hamba-Nya hati yang lembut. Itulah kisah seorang penyamun (perampok) jahat berubah menjadi seorang ulama' dan hamba yang sholeh.
Rabbana hablana min azwaajina, wa dzurriyyatina qurrata a'yuniw, waj'alna lil muttaqiena imaamaa (Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." (QS Al- furqaan 74) ).
 
Wassalam
Salma bintu Yazid
 
 
Adam terdiam, air matanya menetes perlahan. Kisah yang begitu penuh hikmah. Hanya satu yang harusnya bisa mengusik hati seorang Hamba, Rabbnya.
 
 


زوجتي( Zaujatii)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang