Si Kembar, Ibnu Adam..

1.8K 101 26
                                    

Aku, saatku selalu ingin dirimu di sini, menemaniku dalam rebahanku ini...

Aku, lelaki yang hanya bisa mencintaimu disisi, memilikimu di kehidupanku ini...

Aku, aku dan aku...

Bruukkkkkk....

Salma tiba-tiba menjatuhkan catatan kecil milik suaminya saat merasakan kontraksi kuat dirahimnya bersamaan mengalir perlahan air ketuban dari selangkangannya.

Dengan tertatih, Salma meraih ponselnya untuk menghubungi Adam yang tengah berada di kantornya.

"Maass, kayaknya ana mau ngelahirin." Jelas Salma perlahan sembari menahan rasa sakitnya. Diujung sana, Adam terlihat begitu khawatir dan meluncur cepat meninggalkan majelis taklim, bertepatan saat itu hari ahad/minggu.

Salma menghembuskan nafas panjang sembari berjalan pelan kemeja makan untuk mengambil beberapa buah kurma (stok makanan yang wajib ada dirumah mereka), mengingat perintah Rabb pada Maryam bintu Imron yang saat itu ingin melahirkan Isa Alaihissalam (untuk menggoyangkan pohon kurma didekatnya dan memakannya, "Rasa sakit (karena akan melahirkan) memaksa Maryam bersandar pada pangkal pohon kurma. Maryam berkata, ‘Aduhai, sekiranya aku mati saja sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti lagi dilupakan’.” (Maryam:23) )

Wajah Salma terlihat memucat saat mencoba mengunyah cepat kurma dimulutnya.

"Laa illahailla anta subhanaka innii kuntu minadzhoolimiin...(Tidak ada Ilah melainkan Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.” (al-Anbiya: 87)" Salma berulang kali melafazkan doa nabi yunus Alaihi salam saat berada dalam gelapnya perut ikan.

Adam berlari cepat memasuki rumahnya dan mencari keberadaan istrinya.

"Mass.." Disela rasa sakitnya, Salma masih sempat menyinggungkan senyum tipis untuk menyambut suaminya. Tanpa bicara, Adam langsung menggendong kekasihnya.

"Aurat ana Mas..."Ingatkan Salma saat di gendongan kekasihnya. Dengan sigap Adam meraih hijab lengkap istrinya dan memakaikannya. Melihat kekhawatiran di kebisuan suaminya, Salma menggenggam erat seakan berkata, aku akan baik-baik saja.

Semua keluarga telah berkumpul, menunggu proses persalinan Salma di luar ruangan. Sedang dikamar persalinan Adam menjadi saksi bagaimana kekasihnya menahan kesakitan yang sangat namun tanpa jeritan yang berarti, hanya sekedar lenguhan kecil saat mencoba mengatur nafasnya. Keringat pun mulai bercucuran perlahan di dahi Salma.

"Sudah bukaan 9, sedikit lagi ya Bunda!" Ujar seorang dokter berjilbab paruh baya.

Salma semakin menggenggam erat tangan suaminya, mencoba mengatur nafasnya saat kedua bayinya berusaha untuk keluar dari rahimnya.

"Allahhhhhh....." Sebuah jeritan lepas saat seorang bayi keluar dari jalannya.

Salma tersenyum kecil menatap suaminya. Namun semua berubah hampa saat Salma tidak mendengar tangisan bayi pertamanya.

"Bagaimana putra kami dok?" Tanya Adam khawatir.

"Tidak apa alhamdulillah, cuma belum menangis saja."

Terlihat sejenak kemudian suara tangisan kecil terdengar meriuhkan ruang persalinan itu. Adam mencium kening Salma.

"Jazaakillah khoir istriku." Ucap Adam bahagia dengan buliran air mata mengalir lembut.

"Ya Allahh...." Salma merasakan tiba-tiba hentakan kecil diperutnya.

“Yang kedua ini bapak!” Ingatkan sang Dokter.

زوجتي( Zaujatii)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang