Harapan

11.6K 734 10
                                    

(Syair)

Aku mencintaimu apapun dirimu , bagaimanapun keadaanmu..

Apapun yang terjadi, kapanpun, engkaulah satu cintaku..

Suamiku...

Engkau sirami cinta dalam hatiku dengan indahnya perangaimu..

Engkau bahagiakanku dengan ketaqwaanmu..

Suamiku...

Jiwa kita telah menyatu, Hidupku berwarna saat kita bersama lalu Hari-hariku begitu berat kala kau menghilang dari sisiku..

Suamiku...

Kerinduanku yang tak mengering sampai engkau kembali ke rumah menemuiku, Senyummu sekejap mampu lenyapkan keletihanku..

Suamiku...

Jika suatu saat hatimu bersedih, aku akan berusaha keras menghiburmu, slalu disisimu...

Suamiku..

Aku...aku...aku mencintaimuuuu...

Adam tersenyum, desiran ketenangan itu mengaliri hatinya. Kalimat terakhir syair Salma yang di harapkan akan terdengar nyata di telinganya.

Adam mengembalikan cepat syair itu ke atas meja saat Salma tiba-tiba muncul lengkap dengan hijabnya, hanya mata kecilnya yang terlihat dibalik kain wolfis berwarna navy itu.

"Ayok Mas! Ana uda gak sabar mau nyapa Hawa. Mungkin Hawa segan mau Silahturohiim kesini. “ Jelas Salma bersemangat dengan membawa beberapa bungkusan di tangannya. Kebiasaan Salma saat mengunjungi siapapun, membawa apapun yang bisa dibawa sebagai hadiah atau buah tangan (Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:"Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling cinta mencintai" HR. Bukhori)

Di rumah Mertua

Setelah menyapa kedua mertuanya dengan hangat, Salma beranjak ke kamar tamu tempat di mana Hawa beristirahat. Saat mendekati, sayup-sayup Salma mendengar lantunan kalamulloh dari balik pintu yang sedikit terbuka itu. Salma terhanyut dalam lantunan indah firman Rabb semesta alam itu.

MasyaAlloh, betapa indah kala mendengar KalamMu ya Allah, bathin Salma.

Disela bacaan itu, tiba-tiba Salma mendengar isakan tangis bergemuruh diselingi untaian kalimat-kalimat doa dan harapan.

"Ampunkan hamba ya Allah atas hati yang berpenyakit ini hu.. Tolong angkat perasaan haram ini dari hati hamba, Hamba berlindung padaMu dari mencintai suami orang lain tanpa ke halalan. Harapan itu telah pupus, mas Adam tidaklah Engkau ciptakan untuk hamba maka Tolong hamba ya Allah huu.." Suara isak itu begitu menyentuh hati Salma.

Setelah reda, Salma menghapus air matanya dan dengan ramah memberi salam. Seraut wajah manis muncul dari balik pintu sembari menjawab salam itu.

"Hawakan? Ana Salma, istri Mas Adam. "Jelas Salma dengan wajah ramahnya tersenyum. Hawa terlihat ragu mempersilahkan. Hatinya masih begitu ragu untuk beramah tamah dengan wanita yang telah memutuskan harapannya terhadap seorang Adam.

"Boleh masuk?" Teguran Salma membuyarkan lamunan Hawa yang kemudian  menggangguk ragu, membiarkan Salma masuk.

Suasana Hening sesaat, kecanggungan jelas terasa sampai akhrinya Salma berinisiatif membuka pembicaraan dengan ramah dan cerianya.

"Hawa Sudah berniqob (bercadar)?"Tanya Salma.

"Belum Mbak! InsyaAlloh segera. Doakan saja!"

"Allohumma Amiin. Hmm seneng bisa ketemu sama Hawa. Ana udah banyak denger tentang Hawa termasuk hobi Hawa." Jelas Salma memancing keakraban di antara mereka. Hawa mengkerutkan dahinya penasaran.

"Hobi apa ya Mbak?"

"He...nolaki lamaran Ikhwah (pria)?. Apa uda ada yang diharap ni maka nolaki mulu?." Goda Salma tersenyum.

"Belum jodoh Mbak!" Jawab Hawa tersenyum.

"Ya, kita manusia hanya bisa berikhtiar. Semoga dimudahkan Allah,  insyaallah. " Salma menyemangati, hanya senyum menjadi respon Hawa.

"Amiin, doain ya Mbak!"

"Sama Mas Adam aja gimana?"

Deegg...Hawa menatap dalam raut senyum Salma, seperti tengah mencari keseriusan dan harapan di wajah wanita di hadapannya itu. Perlahan Salma memegang tangan Hawa.

"Saat itu Mereka mungkin menganggap permintaan anty hanya lelucon dari gadis 17 tahun, tapi Ana faham itu bukan sekedar lelucon. Jika Hawa bersedia, Ana akan membujuk Mas Adam." Jelas Salma tulus. Tak terasa linangan air mata terharu dan kagum itu mengalir di pipi Hawa.

"Enggak Mbak. Itu semua kebodohan Ana di masa lalu. Awalnya Ana memang berfikir hanya ana yang pantas mendampingi Mas Adam, hanya ana yang bisa memahaminya tapi.."

"Allah membolehkan seorang pria menikahi lebih dari satu wanita dan Jodoh manusia Belum berakhir sampai kematian menjemput lalu kenapa anty sudah memastikan tidak akan berjodoh dengan suami Ana?" Salma menahan air matanya.

"Mbak denger..." Wajah Hawa memerah. Dengan tulus Salma tersenyum.

"Jika Hawa benar ridho dan siap kenapa menutup harapan?. InsyaAllah jika Hawa bersedia, Ana akan bujuk Mas Adam untuk menikahi Hawa. Agar perasaan itu tidak lagi terlarang dan haram." Salma tersenyum menggoda.

"Ana tidak ingin menyakiti siapa pun. Mas Adam sudah memilih Mbak dan beliau tidak akan memilih Mbak tanpa alasan kuat."Jelas Hawa yakin.

"Alangkah bahagianya jika kita menjadi saudara. Menjaga dan mencintai suami yang sama. Semoga Allah memudahkan segalanya dan menjadikan baik semua." Jelas Salma tenang. Hawa memeluk wanita hebat di hadapannya, menangis haru.

Di ruang tamu..

Adam terlihat berbincang dengan Sang Mama. Intens Salma menatap diam-diam raut suaminya.

"Ikutan ah ngobrolnya!" Salma muncul dengan dua minuman di tangannya. Tersenyum dan duduk manja di samping Adam.

"Uda ngobrol sama Hawakan?"Tanya Mama menikmati minuman buatan sang menantu.

"Uda Ma! Ramah dan menyenangkan. InsyaAlloh bisa jadi adik, istri dan menantu yang baik!" Jelas Salma tenang.

"Bener. Sayangnya anak Mama cuma Adam, klo gak uda Mama lamar jadi menantu juga! Kan kata kamu boleh nikahi sepupu. "Oceh Mama polos.

"Bisa Loh Ma! punya satu putra bisa dapat empat mantu hee dan Salma dukung itu!!" Canda Salma, Mama hanya mengangguk tidak mengerti, Adam melirik pelan istrinya.

"Kita pulang ya!" Ajak Adam tenang.

"Lo kamu kan belum ketemu sama Hawa?" Tanya Mama heran.

"Tidak Ma. Hawa bukan mahrom Adam." Jawab Adam tegas sembari beranjak menarik lembut tangan Salma.

Disudut dinding, diam-diam Hawa menatap rindu cinta pertamanya. Pria yang menjadi satu-satunya harapan dan pengisi hatinya.

Di rumah..                                                                     

Adam memilih menahan kesalnya dalam kebisuan. Berbaring membelakangi Salma.

"Ana tidak akan tenang sampai Mas ridho. Ana minta maaf jika ada sesuatu yang membuat Mas murka." Pinta Salma memelas sembari memeluk Adam dari belakang, Salma yang sadar perubahan sikap Adam tidak mampu menahan tangisnya. Untuk pertama kalinya Salma sadar telah menyinggung hati suaminya.

Dengan cepat Adam berbalik, tidak tega melihat kesedihan istrinya, menghapus air mata istrinya dan mencium lembut keningnya.

"Jangan menangis. Mas tidak marah!" Ujar Adam menenangkan.

Sekali saja, bisakah Aku mendengar kata-kata cinta darimu Istriku? bisakah sekali saja aku mendengar itu darimu wanitaku? kata-kata yang akan meruntuhkan timbunan Rasa khawatir dan takut yang kian besar itu. Haruskah kuceritakan semua perjuanganku mendapatkanmu agar kamu tau betapa aku mencintaimu? aku mencintaimu, sangat mencintaimu Salma, bathin Adam memeluk erat istrinya.

                                                                                                    ***

 


زوجتي( Zaujatii)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang