Cobaan (Takdir)

8K 456 27
                                    

Setelah seharian kencan halal bersama sang suami, Salma harus kembali merelakan jatah hari Adam untuk istri lainnya. Salma pun tersenyum menatap wajah teduh suaminya, mata lembut itu mengisyaratkan keridhoan untuk Adam menjalankan kewajibannya.

"Mas..bersegeralah memenuhi kewajiban Mas sebagai suami, tidak untuk ana atau pun Mbak Windy tapi Allah yang maha mempersaksikan dan memperhitungkan segalanya." Nesehati Salma lembut.

"InsyaAllah. Anty hati-hati di rumah ya!" Harap Adam sembari membelai wajah istrinya sebelum akhirnya melangkah.

Salma tersenyum namun tiba-tiba Adam melangkah, kembali menghampirinya dan memeluknya erat.

"3 hari lagi juga uda ketemu lagi insyaAllah." Sindir Salma bangga.

"Jaga diri anty, jangan lupa makan dan doakan Mas selalu, doakan rumah tangga kita, cinta kita dan keturunan shalih-shaliha yang semoga Allah segera hadirkan." Pinta Adam dengan senyuman sembari mengecup kening istrinya penuh cinta.

"InsyaAllah. Baarokalloh fiik suamiku."

"Wa fiik baarokalloh zawjatii" Balas Adam sembari melepas Salma, beranjak lalu menghilang di balik pintu.

Anugrahkan anak-anak shalih dan shaliha untuk suami hamba ya Rabb..bathin Salma tulus.

Adam terdiam lama sebelum akhirnya memutar mobilnya ke arah berbeda sebelum ke rumah Windy. Tiba-tiba ada keinginan kuat Adam untuk memberi sebuah hadiah pada Salma, hingga mengantarkannya berhenti di depan sebuah toko perhiasan.

Dengan tenang kedua mata Adam mencari-cari hadiah yang cocok untuk istri pertamanya itu, hingga sebuah cincin bermata putih menarik perhatiannya. Setelah mencari yang cocok untuk ukuran jari manis kekasihnya, Adam pun segera melakukan akad jual-beli.

"Enggak cari yang lain Mas? Atau tambah satu lagi cincin emas putihnya, yang bermata hijau itu juga cantik." Tawar sang penjual dengan ramahnya sembari mengeluarkan sebuah cincin bermata hijau. Adam terhenyak, teringat sesaat istri barunya. Adam meraih cincin itu dan menatapnya lama, berfikir.

Aku tidak bisa memberi hatiku padanya, setidaknya...bathin Adam mencoba meyakinkan diri sebelum akhirnya memutuskan membeli cincin itu untuk Windy.

Adam melihat ponselnya, panggilan dari Windy mengalihkan perhatiannya saat menuju ke parkiran mobil. Adam faham windy khawatir karena hari sudah larut namun dia belum datang ke rumah Windy. Tak lama berselang, panggilan dari Salma juga berdering. Adam terlihat tidak fokus  dan...

Braaaaakkkkkkkkkk!!!!!!...........

Sebuah sepeda motor sport berkecepatan kencang menubruk keras tubuh Adam yang masih terlihat fokus menatap layar ponselnya sembari bersamaan ingin membuka pintu mobilnya. Tubuh tinggi pria berjanggut itu pun terhempas keras, ponsel androidnya terlempar dan masih menyisakan  dering panggilan dari kedua istrinya.

Sesaat memori otak Adam memutar kembali semua kenangannya bersama Salma secara acak dan cepat, sebelum akhirnya kedua mata lembut itu terlelap.

Aku mencintaimu Gadis Mushollaku, sangat mencintaimu istriku sayang...bathin Adam sembari meneteskan air mata.
" Laa ilaaha illaa anta, subhaanaka, innii kuntu minadz dzaalimiin”. Adam melepas total kesadarannya setelah melafazkan doa Nabi Yunus.
( Doa Dzun Nuun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus Qs. Al Anbiyaa;87, dengan arti Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau (ya Allah), Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk di antara orang-orang yang berbuat zalim/aniaya).

                       *  *  *

زوجتي( Zaujatii)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang