Pernikahan Kedua

12.1K 508 35
                                    

(Syair)

Sekejap gundah gulana cekokiku kesedihan lalu bersamamu kini kucicipi tenangku..

Merajut ketegaran dibalik seulas senyuman lalu disisimu ragaku nyaman berteduh..

Bulan bersembunyi tuk sisihkan sisa manzilah di kecahayaan mentari, laksana dinginku mencair karna hangat sikapmu..

Bilakah hatimu bercerita di ketulusan dengan hatiku? Merenggutku dari keacuhanku lalu menyanyangimu slalu inginku..

Setelah membaca syair Salma di atas meja, Adam menatap keluar jendela kamar dengan pikiran kalut. Fitnah yang mencabik kehormatan Windy kini kian tersebar dan menjadi gosip terpanas di komplek mereka.

"Masss.." Salma memeluk Adam dari belakang dengan lembutnya. "Mas mikiri apa?" Tanya Salma yang tidak pernah mengungkit jawaban Adam atas tawarannya untuk menikahi Windy walau waktu seminggu yang di janjikan Adam telah berlalu.

"Kapan Anty akan melamarkan Windy untuk Mas?" Tanya Adam datar, mendengar itu Salma terkejut dan melepas pelukannya, memaksa menatap wajah sang suami.

"Mas??!!.." Salma masih ragu dengan pertanyaan Adam. "Mas yakin?"

"Semua Mas serahkan ke anty, termasuk menyakinkan orang tua kita untuk masalah ini." Ujar Adam datar sembari berlalu pergi begitu saja.

Salma terdiam tanpa berniat menahan suaminya, memilih duduk di sisi ranjang sembari memegangi perutnya antara menahan rasa sakit karena kontraksi di rahim dan sakit lain yang diam perlahan mulai terselip di hatinya.

Kenapa terasa aneh? bukankah aku yang menginginkan ini semua?! Lalu kenapa ada rasa kecewa saat mendengar keputusan Mas Adam? Astaghfirulloh...

Adam melajukan mobilnya ke Musholla kampus, salah satu tempat yang menjadi saksi diawal-awal perasaannya muncul pada gadis imut berlesung pipi itu. Kini Adam tengah duduk di teras musholla kampus, membaca kembali balasan surat Salma dan menggores keluhan indah di balik surat itu.

Pesonamu sungguh menawan jiwa ragaku, mengikat eratku di kedalaman rasaku laluku mencintaimu hanya mencintaimu..

Di musholla kecil ini kutitipkan kenangan rasaku bermula padamu, Mengenang takdir pertemuanku bersamamu laluku tercipta 'tuk mencintaimu..

Halaman kehidupanku tlah terisi kisahmu, senyummu candamu hangatmu mengkokohkan tulusku mencintaimu laluku slalu ingin disisimu..

Salma kekasih halalku, sejuta ungkapan rasa hanya kehampaan sentuhi prasangka qolbuku kala mengamati sikapmu laluku mencintaimu tetap mencintaimu dalam sgala keadaanku..

Salma Istri terkasihku, sekejap jenuh menghamburi kesabaranku memahami inginmu, memaksamu menjadi inginku hanya melukai naluriku karna jiwamu teramat berharga bagiku bak mutiara terindah artimu bagiku..

Salma wanita terbaikku, tercurah limpahan cintaku untukmu di sepanjang usiaku, menjaga kebahagiaanmu dihidupku laluku menangis dalam tangismu, terluka dalam lukamu dan bahagia dalam bahagiamu..

Esok kala ragaku tiada di sisimu, penuhi kewajibanku di hadapan Ilahku tuk berbagi kasih bersama wanita lainku, Bisakah kau tetap memikirkanku?! Merindukanku di sampingmu lalu mencintaiku slalu di hatimu..

Istriku...Aku mencintaimu..mencintaimu..mencintaimu.

Adam kembali melipat surat di tangannya sembari diam-diam menghapus air matanya. Rasa yang begitu dalam itu telah melemahkannya, memojokkan ego dan tegasnya.

                           * * *

Salma menatap sayang pada Adam, Kedinginan sikap Adam tidak membuat Salma membalas serupa namun dengan hangatnya Salmah menemani sang suami melahap makanan di meja makan.

زوجتي( Zaujatii)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang