(Syair)
Gadis anggun itu bersendiri resapi penantian dikegulitaan
Memuja Rabb diperaduan malam 'tuk harapkan sang pengantin pujaan..
Raut anggunnya tak menggubris kerupawanan, harta hanya sekelumit ujian, status bak sebuah permata ditahta kehormatan..
Lalu gadis menetapi kesahajaan tuk mencari sang peneduh resah, berhiaskan tauhid dan akhlak mulia..
Gelisah berlapis kejemuan lalu hati gadis slalu berpeluh harapan..
Wajah sempurnanya tertunduk manja dalam godaan cahaya rembulan..
Atas lamaran indah sang pejaka sholeh diujung kegelisahan..
Selembar khimar terjuntai menyatukan, mahar sederhana halalkan raga gadis tuk pemiliknya..
Rona merah menatap sendu kekasihnya lalu gadis berkata lirih 'Suamiku, jadilah wasilah bagiku untuk keridhoan Rabbku'
Adam tersenyum mendapati kembali secarik kertas disisi istrinya yg tengah terlelap dimeja belajar karena menunggu kepulangannya. Seperti biasa, dengan lembutnya pria berjanggut rapi itu menggendong tubuh mungil sang istri ke ranjang dan menyelimutinya. Kebiasaan Salmah saat menunggu kepulangan sang suami dengan mengkonsumsi tumpukan bukunya, jika kejenuhan mulai dirasakannya maka wanita 26 tahun itu pun kembali menulis bait-bait syairnya.
Raut lelap wanita berwajah mungil itu selalu mampu membius pria muda dihadapannya, kecantikan alami yang diam-diam sudah menciptakan bulir-bulir perasaan dihati pria 23 tahun itu sejak tiga tahun silam sebelum Salmah menutup wajahnya dengan sehelai cadar. Kini Tiga bulan sudah pernikahan itu mengalir indah dalam kebersahajaan, selama itu pula keduanya mulai saling memahami kebiasaan masing-masing. Proses ta'aruf yang terbilang singkat itu sama sekali tidak pernah menyisakan sedikitpun sesal dihati Adam untuk kemudian memutuskan menyunting Salma bintu Yazid sebagai kekasih halalnya, setelah perjuangan yang begitu rumit dan panjang yang semuanya tanpa sepengetahuan Salma.
"Mas sudah pulang? 'Afwan (maaf) karna ana tertidur lagi."Ujar lembut Salma sembari bergegas bangkit dari tidurnya. Dengan tersenyum Adam menahan tubuh istrinya.
"Sudah jam 11 malam, tidurlah!"Pinta lembut Adam.
"Tidak Mas! Mas belum makankan? biar ana siapkan sekalian air hangat untuk Mas!" Salma bergegas ke dapur untuk menyiapkan air mandi suaminya yang memang sejak pagi hari sudah pergi dan tidak sempat membasuh tubuhnya di sore hari.
"Mas sudah makan tadi dikantor." Jelas Adam.
"Owh iya. Mandi belumkan?"Tanya Salma lagi dan di jawab Adam dengan gelengan kepalanya.
Walau masih dalam hitungan bulan, Salma sudah terbiasa dengan pekerjaan Adam sebagai kepala teknisi sebuah perusahaan besar yang sering mendapat panggilan mendadak, pergi pagi dan pulang larut malam. Dengan ikhlas pula Salma selalu menanti kepulangan sang suami sembari mencoba berdamai dengan rasa kantuk, bosan dan letihnya.
Setelah merasa segar, Adam merebahkan tubuh letihnya sedang Salma tersenyum menyelimuti tubuh suaminya. Seperti biasa, Salma bersikeras memilih terjaga sampai Adam terlelap lebih dahulu dan hal itulah yang terkadang membuat Adam memilih berpura-pura tidur karena ingin menikmati raut lelap istrinya yang begitu menggemaskan baginya, seperti obat untuk penghilang rasa lelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
زوجتي( Zaujatii)
SpiritualZaujatii.. Senja memerah diufuk bumi tidak lebih indah dari cantiknya rona di wajahmu.. Seperti sejuknya desiran angin, belaian tanganmu membawaku di keterlelapanku.. Hangat sinar mentari tak pernah mengalahkan hangatnya pelukanmu kala membujuk keri...