Permohonan

7.7K 431 18
                                    

(Syair)

Gadis itu di sini, kembali di sisi pemilik hatinya..

Helaian cadarnya sembunyikan raut manisnya namun resahku masih menjamah seberkas rasanya, masih tersisa..

Namun Rajaku bukanlah Cassanova pemilik kerupawanan, hatinya sederhana dalam mencinta lalu hanya wanita halal saja terjaga di kalbunya..

Hawa menatap bisu Salma yang juga menatapnya, hati dua wanita itu tidak dipungkiri menyimpan duka atas musibah yang menimpa pria pengisi hati mereka. Perlahan gadis yang kini telah bercadar itu mendekat, memeluk erat tubuh lemah Salma dengan linangan air mata tanpa kata.

"Kenapa Mas membiarkan wanita cantik ini menangis pilu? Bukankah Mas sangat mencintainya? Sekarang sadarlah!! Hawa mohon Sadarlah Mas!!!" Hawa tiba-tiba menatap ke arah tubuh Adam, membentak keras Adam hingga membuat Salma dan Windy terperangah.

"Cukup! Apa yang Anty lakukan?!" Windy merasa marah dan kesal, mencoba menjauhkan Hawa dari sisi suaminya.

"Hawa membenci Mas!! Sangat membencimu Mas!!" Hawa kini membentak dalam tangisnya, membuat Salma meraihnya ke dalam pelukannya.

"Ini Ujian Hawa, Istighfar!" Pinta Salma lembut mengingatkan sembari terus memeluk sepupu suaminya itu.

Setelah Hawa tenang, Salma memberikan segelas air mineral kepadanya.

Hawa menatap Salma dan memegang wajah kusut wanita di sampingnya.

"Kenapa pria itu tega membawa serta senyum hangat di wajah Mbak?" Tanya Hawa dengan tatapan sendunya namun Salma hanya tersenyum.

"Ada sesuatu yang terasa hampa di sini (memegang dada), Ujian ini menghempaskan Mbak pada dasar kehinaan atas pernyataan cinta yang selama ini Mbak fikir jujur karena Allah, ikhlas karena Allah namun kegilaan menjadi pilihan tepat saat memikirkan Mbak harus kehilangan Mas Adam. Benar-benar tidak siap." Jelas Salma menatap kosong wajah suaminya.

"Mbak..." Hawa memegang lembut pundak Salma.

"Rasa cinta di hati yang telah menenggelamkan kita terlalu dalam, kita yang tidak bisa hidup tanpanya, kita yang mencintainya lebih dari siapa pun bahkan diri sendiri. Itulah yang membuat kita membayangkan kehilangannya saja menyesakkan dada. Begitu berartinya Salma dihati Mas Adam, dan sebaliknya pula. " Jelas Windy tulus sembari tersenyum menghapus air matanya.

Bersamaan Salma dan Hawa menatap wanita yang kini berdiri sejajar dengan mereka disisi Adam.

"Saya sudah memikirkannya dan saya sadar bahwa seharusnya memang tidak ada orang lain di antara kalian, cinta kalian berdua." Jelas Windy menahan buliran air matanya.

"Mbak jangan bicara seperti itu, kita mempunyai hak yang sama dari mas Adam, karena kita berdua adalah istrinya." Salma mendekati Windy dan menatap memelas pada madunya itu.

“Tidak untuk cinta. Seperti halnya Rasullallah yang begitu setia saat hanya beristrikan Khadijah, dan begitu mencintai ‘Aisyah sepeninggal Khadijah saat ada istri-istri yang lain disisinya. Begitu juga Mbak Windy yang tidak bisa memaksa apa yang Allah tetapkan ada di hati Mas Adam atas kadar cinta itu.” Sambung Hawa dengan tenangnya tanpa memandang kedua wanita itu. “Sejak awal pertama Mbak Windy menerima lamaran itu, sejak itu pula seharusnya Mbak Windy tau posisi Mbak di hati Mas Adam.” Jelas Hawa masih dengan tenangnya, membuat Salma merasa canggung.

" ‘Afwan, bukankah tidak seharusnya kita membahas hal seperti ini saat kondisi Mas Adam seperti ini?!” Tegur Salma lembut.

Windy dengan linangan air matanya beranjak keluar, di susul Hawa.

زوجتي( Zaujatii)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang