Bersamamu Bahagiaku

7.2K 422 15
                                    

(Syair)

Disini, disisinya, kekasihku kekasihnya..

Keterlelapan anggunnya, kebisuan bijaknya, bersamanya aku bahagia..

Sejenak bimbang lalu menyadar kala esok menyapa, raganya menjauh kembali di sana, bersamanya..

Adam tercipta tuk Hawa saja, berdua mencinta di bawah langit Tuhan lalu cintaku tiadalah sama, nyata dalam kisahku sang Adam termiliki dua cinta..

Takdir tlah memilih aku, dia dan dia..Kidung rasa membagi hati, berbagi kasih lalu disisi priaku kedua wanitanya menjadi sempurna..

Adam terdiam lama menatap rangkaian syair istrinya lalu melangkah tepat di depan jendela kamarnya, melepas nafas panjang untuk sebuah beban yang terasa menghimpit dada pria berwajah teduh itu karena di sisi Windy semua masih terasa asing dan Adam harus segera berusaha terbiasa dengan kisah barunya agar tidak terjatuh dalam sesal dan dosa.

Masih berdiri di depan jendela, Adam memejamkan matanya perlahan hingga sebuah sentuhan hangat di pundaknya membuatnya menoleh. Sebuah senyuman manis yang seketika mampu mengangkat sesak dan resahnya, raut cantik dan imut Salma masih selalu menggetarkan hatinya.

"Hmm..nyaman sekali." Ujar Salma langsung memeluk lembut tubuh suaminya, mencoba menyelipkan rasa khawatir dibalik kepura-puraannya untuk tidak memahami kegelisahan kekasihnya.

Adam membalas lembut pelukan istri pertamanya itu. Andai hati ini bisa adil sedikit saja hingga kumampu membagi rasaku untuk Windy, ya Rabb tuntunlah hati hambaMu ini..bathin Adam.

Salma mencoba menghibur Adam dengan canda dan tawanya disertai minuman dan cemilan kesukaan suaminya itu, sampai waktu mengakhiri semua kebersamaan itu, saat Salma harus mengantar suaminya sampai depan pintu rumah mereka, melepas Adam untuk berkerja dan pulang ke rumah wanita lain. Salma berusaha untuk selalu menepis ego kala melepas kekasihnya untuk kekasih lainnya. Dengan senyuman, Sebelum Adam berlalu, Salma menyempatkan diri untuk merapikan kemeja kerja suaminya sembari terus lekat menatap bola mata sang kekasih. Begitu banyak rahasia yang tersirat di mata lentik Salma, tentang hati dan kerinduan yang tidak pernah mengenal tepian.

"Salam sama Mbak Windy ya Mas." Ujar Salma meraih tangan Adam dan menciumnya.

"InsyaAllah. Hati-hati di rumah permaisuriku." Pesan Adam sembari mengecup lembut dan lama kening istrinya sebelum akhirnya memberi salam dan berlalu.

Salma merebahkan tubuhnya di sofa, air matanya menetes. Semua masih belum terbiasa untuknya walau keikhlasan telah menjadi modal untuk menghadapi kisah baru dalam rumah tangganya.

                            *  *   *

Atas izin Adam, Salma pun beranjak ke rumah sakit untuk jadwal check up progam kehamilannya dengan di temani kedua mertuanya karena Salma menolak saat Adam ingin menemaninya.

"Inilah akibat ide konyol kalian semua! Punya satu istri sudah repot ee ini nambah lagi hmm.." Gerutu Mama mertua Salma yang hanya di tanggapi dengan senyum oleh Papa mertuanya, begitu juga Salma. “Kamu ini aneh, kenapa nolak mau di antar suamimu? seharusnya senang biar janda itu gak punya kesempatan!!"

"Windy mantumu juga Ma!! Dia bukan janda lagi!" Komentar Papa menahan kesal.

"Gak ah!! Mantu Mama cuma satu, ni!" Jawab kesal Mama.

"Maaf Ma! Hari ini adalah hak untuk Mbak Windy, jadi Mas Adam harus di sana. Salma tidak mau Mas Adam terjatuh pada ketidak adilan nantinya." Jelas Salma lembut sembari memijat ringan tangan mertuanya, berhati-hati agar tidak ingin menyulut emosi Ibu suaminya.

Salma sengaja menonaktifkan ponselnya saat tiba di rumah sakit agar Adam tidak terus-terusan menghubunginya. Di temani kedua orang tua Adam cukup menjadi alasan Salma agar Adam tetap bersama Windy dan memenuhi hak istri keduanya itu.

Namun Di ruang tamu, Adam terlihat gusar menatap ponselnya, berkali-kali menghubungi wanita tercintanya. Melihat itu, Windy menjadi tidak tega.

"Mas bisa menjemput Salma. Ana ridho." Ujar Windy perlahan sembari duduk di dekat suaminya. Adam terlihat ragu mendengar tawaran itu, bukan karena enggan atau tidak senang namun Adam tidak ingin Salma marah dan membencinya. Seperti mengerti, Windy menggenggam tangan Adam lembut.

"Nanti ana yang jelasin ke Salma insyaAllah." Jelas Windy santun.

"Jazaakillah khoir. InsyaAllah ana akan segera kembali setelah mengantar Salma." Ujar Adam bersemangat sembari meraih kunci mobilnya cepat dan beranjak.

"Assalamu'alaykum Mas." Windy mengingatkan salam pada Adam hingga membuat Adam menghentikan langkah kakinya.

Alhamdulillah...bathin Windy saat sebuah kecupan singkat Adam mendarat di keningnya.

"Wa'alaykumussalam warohmatulloh. Maaf.." Jawab Adam dengan wajah menyesal dan segera berlalu.

Untuk pertama kali, kecupan terindah dari sang suami yang selamanya akan di kenang Windy. Wanita bermata indah itu tersenyum ikhlas melepas kekasihnya, selalu mencoba menerima posisinya di hati pria yang telah di cintainya itu.

Hampir setengah jam Salma menjalani pemeriksaan dengan dokter Alice, setelah selesai Salma pun segera kembali menemui mertuanya agar tidak membuat keduanya menunggu terlalu lama namun alangkah terkejutnya saat Salma mendapati sang Papa mertua tengah berbincang akrab dengan Hartoto. Salma melangkah ragu.

"Oh sudah siap? Ada resep yang mau di ambil tidak?" Tanya Papa dan Salma mengangguk pelan. “Kalau begitu Biar Papa yang ambil." Ujar Papa meraih kertas dari tangan Salma. "Duduklah bersama Mamamu di sini." Pinta Papa polos. Bukannya mematuhi Papa untuk duduk di samping sang Mama, Salma memutuskan pamit ke toilet, tempat yang di anggap Salma saat ini jauh lebih nyaman dari pada harus melihat Hartoto.

Setelah berdiam diri lima belas menit ditoilet di mana kemungkinan sang Papa sudah selesai menebus resep, Salma memutuskan untuk keluar namun takdir kembali mempertemukan dua hati yang dahulu pernah begitu dekat, saat Salma tertegun kembali di kala berpapasan dengan Hartoto tepat di antara toilet pria dan wanita.

"Apakah kamu bahagia?" Tanya Hartoto saat Salma akan berlalu dari hadapannya. Tanpa menjawab, Salma melanjutkan langkahnya dengan menundukkan kepalanya. "Dan pernikahan kedua suamimu..." Hartoto terlihat ragu, mengaku sebagai teman Adam membuat Papa Adam spontan menceritakan pernikahan kedua dalam rumah tangga putranya pada Dokter muda itu.

"Bahkan jika dia harus membagi hatinya dengan empat wanita sekaligus, saya tetap bahagia bersamanya" Jelas Salma penuh keyakinan.

"Kamu harus hidup bahagia! Tetap tersenyum..." Harap Hartoto tulus. Sebuah harapan yang perlahan membuat air mata Salma menetes membasahi purdah (kain pelapis untuk menutupi mata yang biasanya dijahit bersambung dengan cadar) hitamnya. Hartoto hanya bisa menatap sedih saat Salma berlalu, tidak ada obrolan panjang seperti yang diharapkannya.

Di sudut dinding, Adam mendengar semua jawaban singkat Istrinya dengan hati cemburu lalu memutuskan untuk Melangkah berani, Adam pun menghampiri Hartoto.

"Jika wanitaku tidak bahagia, apa yang bisa dokter tawarkan untuknya?." Tanya Adam dingin. Mata kedua pria itu pun saling beradu namun tidak ada emosi di sana.

"Lepaskan dia, saya akan membuatnya bahagia." Jawab tegas Hartoto, sebuah keyakinan yang mampu melukai harga diri Adam.

Salma mencari keberadaan Adam saat Mama menjelaskan kehadiran Adam.

"Mas.." Panggil Salma saat menemukan Suaminya.

"Apa anty bahagia?." Tanya Adam terlihat frustasi sembari bersandar di dinding rumah sakit.

"Bersama Mas, ana selalu bahagia." Jelas Salma mendekati suaminya dan memegang tangannya lembut. Tanpa memperdulikan ekspresi suaminya, Salma menarik Adam menjauh pergi meninggalkan rumah sakit itu. "Bisakah kita pindah rumah sakit untuk ProMil ini?" Tanya Adam berharap, sebuah kelegaan membuat Salma tersenyum dan mengangguk semangat.

Bahagia?? Apa cintaku pantas menjadi ukuran untuk membahagiakanmu permaisuriku? Maaf jika semua terasa begitu sulit untukmu istriku, maaf jika aku harus terus memaksamu bersamaku, disisiku dengan egoku..karna aku sangat mencintaimu, sangat membutuhkanmu disisiku..maaf karnaku tidak akan pernah melepaskanmu apapun yang terjadi, itu karna aku terlalu mencintaimu dan tidak bisa bernafas tanpamu..bathin Adam.




زوجتي( Zaujatii)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang