Hawa

7.1K 427 15
                                    

Salma duduk di taman belakang rumahnya sembari menatapi kalung pemberian Suaminya. Rindu, hanya itu satu kata yang kini tengah meluluh lantakkan ketenangan dihati wanita berlesung pipi itu.

"Di cariin ternyata ngumpet di belakang, Assalamu'alaykum mbak.."

"MasyaAlloh, wa'alaykumussalam warohmatulloh. Apa khabarnya Hawa? Kok gak ngabari mau kesini kan mbak bisa buat cemilan." Jelas Salma senang antusias sembari mengajak Sepupu suaminya itu masuk ke dalam rumah mereka.

"Mas Adam...???"

"Ya di rumah Mbak Windy. Hawa sudah berkunjung ke sana dek? MasyaAllah rumahnya nyaman uda di tata juga....." Salma menjelaskan panjang lebar sembari mengaduk teh hijau untuk Hawa. Gadis berhidung bangir itu mencoba menahan tetesan air matanya saat mendengar penjelasan panjang Salma, terdengar tanpa beban namun Hawa dapat merasakan ada sedikit kesedihan dimata Salma.

Bagaimana bisa ada wanita seperti ini ya Allah? Membagi suami yang di cintainya, kehilangan waktu bersama suaminya, perhatian dan cinta suaminya hanya karna berbagi. Astaghfirullah hamba tidak memiliki secuil pun dari kebesaran hati wanita ini, hamba malu ya Rabb..bathin Hawa sembari terus menatap raut wanita mungil di hadapannya.

"Jadi apa kegiatan anty sekarang?" Tanya Salma bersemangat, namun tanpa menjawab Hawa memegang tangan Salma perlahan.

"Gangguin Mbak!!" Balas Hawa bercanda.

"Hmmmm..Mbak suangat seneng di gangguin lho, apalagi yang biasa ngusilin uda harus di bagi dua hii..." Salma tanpa sadar mencurahkan kesepiannya dengan membalas candaan itu.

"Ana mau ke Yaman Mbak, ikut Paman di Sana. InsyaAlloh mau ngelanjutin kuliah jika kondisi memungkinkan. Terima kasih untuk semuanya Mbak, untuk nasehat dan faedahnya selama ini. Ana gak akan pernah ngelupain semua tentang Mbak." Jelas Hawa dengan tetesan air matanya. Walau masih sedikit terkejut, Salma pun tersenyum dan membalas genggaman tangan gadis itu.

"Baarokalloh fiik ukhty. Semoga Allah slalu menjaga dan melindungimu di sana dan di mana pun anty berada insyaallah!."

"Allohumma amiin. Mbak boleh tanya?.."

"Ya?" Tanya Salma heran, dan sebuah pelukan diberikan Hawa pada Salma.

"Bisakah Mbak selalu bertahan disisi Mas Adam? Menjaga dan senantiasa menjadi penyejuk hatinya, sungguh tidak pernah ana menemukan sebelumnya perasaan yang begitu erat dan dalam seperti perasaan kalian berdua." Ujar Hawa penuh kekhawatiran. Tersenyum Salma melepas pelukan Hawa dan membelai wajah gadis itu.

"Semua terasa tidak mudah dan mungkin tidak akan mudah karena kami manusia tempatnya salah dan khilaf namun insyaAllah akan di jalani dengan baik saat memikirkan balasan dari Rabb serta mencoba mencontoh kehidupan manusia terbaik Shalaallahu 'alaih wassalam, jazaakillah khoir atas perhatian Hawa pada Mbak juga Mas Adam selama ini. Semoga All!h segera memudahkan anty menemukan suami yang baik, yang mencintai anty karena Allah."

"InsyaAllah. Dibantu doa ya Mbak!" Pinta Hawa tersenyum.

"Insyaallah."

Setelah berbagi cerita hampir sejam, akhirnya Hawa harus pamit meninggalkan wanita yang belakangan ini menjadi inspirasi hidupnya, wanita yang diam-diam begitu di kaguminya. Setelah berpamitan, tepat di depan pintu keluar, Hawa pun menghentikan langkah kakinya dan kembali menoleh ke belakang, melihat wanita berwajah teduh yang kini tengah tersenyum padanya.

"Jangan pernah menyerah atas wanita lain dan jangan pernah berfikir untuk melepaskan Mas Adam apa pun yang terjadi, walau suatu hari nanti ada rasa letih yang berkepanjangan saat menghadapi semua keputusan Mbak namun tetap jangan pernah menyerah, jika Mbak melakukan itu maka ana tidak akan memaafkan Mbak, tidak akan pernah memaafkan Mbak.." Ujar Hawa dengan linangan air mata, sedang di ujung pintu Adam hanya bisa berdiri dalam kebisuan mendengarkan semua.

Salma tersenyum saat mendengar semua ucapan Hawa yang mewakili perasaannya yang masih begitu dalam terhadap Adam, bersamaan itu Salma pun melirik ke arah sang suami.

"Jika suatu hari mbak letih dengan semuanya, maukan Anty menggantikan Mbak disisi Mas Adam?" Canda Salma tersenyum.

"Jika suatu saat Mbak letih, ikhwah bernama Adam itu tidak akan pernah letih untuk meraih Mbak kembali ke sisinya sampai akhirnya Mbak lah yang akan letih untuk berlari menjauh darinya. Insyaallah." Balas Hawa yakin hingga membuat Salma tersenyum.

"Kenapa anty dak jadi penyair saja toh?" Tawar Salma dengan ide usilnya sebelum akhirnya menahan tawa kecilnya.

"Hanya ada Salma di hati seorang Adam, selalu dan semoga selamanya. Baraakallah fiik." Ujar Hawa kembali membalikkan tubuhnya hingga kedua mata itu pun bisa menangkap sosok Adam yang kini berdiri 3 meter di hadapannya. Hawa terdiam menatap pria masa kecilnya, begitu banyak hal yang ingin di curahkannya namun hanya sebuah kebisuan yang mewakili.

"Assalamu'alaykum..."Sapa Hawa dengan suara bergetar lalu berlalu pergi. Di luar gerbang rumah Salma, Hawa menutup wajahnya dan menangis sedih.

Bahkan tidak ada satu kalimat pun selain salam yang bisa ana ucapkan padanya, selamat tinggal Mas Adam, semoga Allah selalu melimpahkan kebahagiaan dalam hidupmu..Allohumma amiin..Doa Hawa untuk pria yang akan di hapus semua kenangan tentangnya selamanya dari hatinya.

Di dalam rumah, Salma masih tersenyum menatap Adam yang tengah berdiri 6 meter darinya. Semalaman tidak menatap wajah sang suami, kerinduan itu perlahan dan nyata terasa menyesakkan.

Perlahan Adam mendekati sang kekasih hati, menghapus air mata bening dari pipi lembut istrinya, memberi kecupan sayang di kening.

"WaAllohi ana uhiibuki fillah. Bagaimana kabarmu permaisuriku?" Tanya Adam dengan lembutnya.

"Alhamdulillah khoir. Bagaimana denganmu Rajaku?" Tanya balik Salma mencoba mengikuti skenario penokohan yang di lakukan Adam. Sebuah pelukan cinta menjadi jawaban awal Sang Raja atas pertanyaan permaisurinya.

"Merindukanmu, sangat merindukanmu zawjatii...."Ucap Adam jujur sembari mempererat pelukannya.

Kerinduan kita ini, samakah kadarnya? Tidakkah mungkin kerinduanku jauh lebih besar dari kerinduanmu suamiku? Bahkan memejamkan mata hanya membawaku semakin khusyuk memikirkanmu, merindukanmu...Bathin Salma.

(SYAIR)

Gadis tulus berlalu pergi, meninggalkan semua rasa, kenangan, pengharapannya atas kekasihku..

Masa lalunya harus berakhir di sini, menepis lelah untuk sebuah keikhlasan, sisihkan kecewa lalu berbahagia..

Jeda sejenak memikirkan Hawa, harap pengganti lelaki dipuja bersegera datang tawarkan pernikahan sakinah...

selamat jalan saudariku, kujaga pesanmu tuk selalu di sisinya, mencintainya tanpa melelah..


زوجتي( Zaujatii)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang