Tigapuluh lima : Looking For Resya

343 39 17
                                    

Walaupun semua orang menginginkan kita berpisah, tapi kalau kata Tuhan dan takdir kita bersama, mereka bisa apa?

HYRQoutes

HYR : LOOKING FOR RESYA

Tangis membanjiri setiap orang yang datang ke pemakaman. Seperti yang di beritakan bahwa Sirena telah kembali pada Tuhan. Hari ini adalah hari berduka bagi keluarga, sahabat, teman yang Sirena punya.

Ketiga teman lelaki Sirena, juga Tiara ikut mengantarkan jenazah ke tempat istirahat terakhir. Pakaian hitam mendominasi yang ada di sana.

Acara pemakaman baru saja selesai dilaksanakan. Sebelum pulang, Devan menyempatkan berbicara sebentar dengan papanya Sirena.

"Om, Devan turut berdua cita sedalam-dalamnya. Semoga Sirena tenang di sana," kata Devan berbelasungkawa.

Papa Sirena mengangguk, tangisnya baru saja mereda. "Iya, Nak. Oh, iya. Sebelum Sirena pergi. Dia sempat menitipkan surat pada om, katanya untuk kamu."

Beliau merogoh saku bajunya, lalu menyodorkan surat yang Sirena tulis kepada Devan.

Devan menerimanya dengan senyuman hormat. "Terima kasih, Om. Devan permisi, ya." Kemudian Devan pergi meninggalkan papanya Sirena yang melempar senyum ke arahnya.

Di bandara, kini berkumpul sohib-sohibnya. Mengantarkannya untuk pergi mencari sang pujaan hati. Ya. Devan memutuskan untuk mencari Resya ke Kalimantan.

"Semangat, bro! Gue yakin lo bisa temuin Resya," ujar Fian yakin dan memberikan semangat pada Devan. Ia menepuk bahu Devan seraya tersenyum bangga.

Kemudian dilanjutkan Rayen yang menghampiri lelaki itu. "Bawa pulang Resya. Gue tunggu kita kumpul bareng-bareng." Devan mengangguk.

"Gue pamit."

Devan menarik kopernya, membawanya bersama langkah yang semakin gencar untuk mencari keberadaan Resya. Lelaki itu tidak tahu apakah akan menemukan Resya atau tidak, seenggaknya ia sudah berusaha untuk mencari. Jika memang ia di takdirkan bersama, maka semesta tidak akan bisa menghalanginya.

Ia sudah berada di atas awan, burung raksasa besar ini akan membawanya pada tujuan yang ingin didatangi.

Tangannya mengambil surat di saku jaket yang dikenakan. Surat inilah yang ditulis Sirena sebelum maut menjemputnya.

Hai, Devan...
Kalau surat ini sampai ke kamu, berarti aku udah nggak ada. Sebelumnya mau bilang terimakasih dulu ya untuk waktu yang kamu habiskan beberapa waktu belakangan ini. Waktunya ke buang sia-sia cuma buat jagain wanita penyakitan kayak aku. Aku udah bahagia sama Tuhan. Harus kamu tahu, sebenarnya setelah beberapa minggu kamu menjagaku, waktu di rumah sakit saat aku kemoterapi aku sudah mengingat semuanya. Aku ingat siapa kamu, kenangan kita dulu. Tapi, aku begitu takut untuk mengatakan semuanya di hari-hari berikutnya, takut kamu akan marah dan gak ingin dekat lagi sama aku. Bahkan, aku juga tahu kalau Resya pacar kamu itu juga memiliki penyakit yang mengerikan sepertiku.

Air wajah Devan berbeda, rahangnya mengeras saat membaca surat yang ditulis Sirena.

Aku menyesal tidak memberitahunya sebelumnya, Dev. Tentang semuanya. Aku... terlalu takut akan semua hal yang akan terjadi jika aku memberitahu padamu. Sekarang, aku tahu siapa yang kamu cintai. Kamu sangat mencintai Resya kan? Kejar dia. Jangan pernah buat dia menderita, Dev. Aku tahu kamu tulus, cuma waktu itu kamu bukannya menghianatinya tapi hanya menolongku.
Sekali lagi aku minta maaf, ya, Dev. Maaf....

Sirena

"Jadi selama ini aku membahagiakan orang lain, tanpa tahu bagaimana perasaan orang yang aku cintai seperti apa, bahkan menderita."

Have you RESYA! [Tamat]Where stories live. Discover now