Duapuluh empat : The Past

689 66 25
                                    

Masa lalu? Perihal luka yang semestinya sudah sembuh dan dibiarkan berlalu.

HYR Qoutes

Devan & Resya

HYR : THE PAST

Dengan menambah laju larinya Devan mengejar Resya yang hampir mendekati gerbang sekolah. Pacarnya itu masih marah padanya sejak kejadian tadi siang. Berbagai cara telah Devan lakukan agar Resya mau memaafkannya. Sayang sekali, Resya begitu keras kepala.

Akhirnya tangan Resya dapat Devan jangkau. Lalu digenggamnya erat.

"Pacar, tunggu!"

Devan menarik Resya, hingga membuat mereka berhadapan. Sedikitpun Resya enggan untuk bersitatap dengan Devan. Ia masih kecewa dengan apa yang Devan lakukan pada Auren.

"Resya, kamu masih marah? Aku minta maaf sama kamu, ya," kata Devan dengan penuh kelembutan.

Resya mencoba menatap Devan, mencari kebohongan di dalam matanya. Tapi tidak Resya temukan. Karena yang ia temukan hanya ketulusan.

"Aku nggak bermaksud untuk menyakiti Auren. Aku hanya ingin hak kamu, Res. Aku hanya ingin keadilan. Auren pantas untuk mendapatkan itu semua termasuk masuk ke dalam penjara. Kamu lupa waktu dia memperlakukan kamu dengan kejamnya tanpa tahu arti kasihan? Bahkan aku yang tidak menjalaninya saja nggak bisa terima kamu diperlakukan sekejam itu. Apalagi kamu yang merasakan itu, Res. Kamu pasti ngerti kenapa aku melakukan hal ini. Tapi, ya sudah jika kamu ingin memaafkan. Maafkan saja, Res. Tapi tolong maafkan aku, ya." Devan memohon pada Resya.

Resya tahu apa yang Devan katakan. Tapi, ia tidak akan pernah tega melihat Auren menderita. Resya paham kenapa Auren melakukan hal itu padanya, demi Devan. Resya pikir mungkin saja gara-gara Auren kurang kasih sayang dari ayahnya.

"Kamu mau maafin aku 'kan?" ulang Devan saat sadar Resya tidak membalas ucapannya.

Resya memberikan anggukan, tanda ia memaafkan Devan. "Jangan gitu lagi ya ke cewek. Cewek itu hatinya lembut, sedikit di kecewain dan disakiti pasti akan terus membekas di hatinya."

"Iya, pacar. Pasti itu, ke oranglain aja aku gitu, apalagi ke kamu. Nggak bakal aku nyakitin kamu." Devan berucap dengan santai, tapi tangannya tetap tidak bisa diam dan mencubit pipi Resya. Selalu hal itu yang Devan lakukan.

"Ayok pulang," ajak Devan. Rangkulannya masih belum ia lepaskan dari pundak Resya.

Sampai di tempat mobil hitam mengkilatnya, Devan membukakan pintu mobil untuk tuan putrinya yang begitu mempesona.

"Silahkan masuk Tuan putri yang cantik, semoga selamat sampai tujuan dan tidak ada hambatan untuk selalu mencintai pangerannya," tandas Devan membuat Resya tersipu. Apakah tidak bisa sehari saja tanpa kata yang romantis. Dasar Devan!

Resya masuk, matanya memandang Devan heran dan tentunya dengan senyuman.

Baru saja Devan ingin menutup pintu mobil, Resya melambaikan tangan menyuruh Devan untuk lebih mendekat ke arahnya. Devan yang tidak tahu apa yang akan Resya lakukan menurut saja, santai.

Devan mencondongkan badannya ke depan, manik matanya bertamu dengan manik mata Resya.

Resya mengarahkan tangannya pada rambut Devan, lalu mengacaknya dengan gemas. Ia juga menarik rambut Devan cukup kuat hingga membuat sang pemilik rambut meringis kesakitan.

Have you RESYA! [Tamat]Where stories live. Discover now