Duapuluh delapan : Sick

546 52 23
                                    

Aku tidak ingin dihadirkan cinta, jika pada akhirnya harus berakhir dan terluka

HYR Qoutes


DEVAN & RESYA

HYR : SICK

Ketiga pemuda itu berjalan dengan gagahnya di koridor. Mereka bertiga melangkah ke arah kelas XI IPA 2. Biasa, pagi seperti ini Devan akan selalu mencari Resya di kelasnya. Sedangkan kedua sahabatnya itu selalu mengintilinya dan ikut kemana pun ia pergi.

Tanpa mengucap salam dan tidak berkata sepatah kata pun, mereka masuk ke dalam kelas yang terbuka lebar pintunya. Kelas lumayan terisi, karena jam sudah menujukan pukul 07.10 dan Sebentar lagi bel berbunyi.

Devan menghampiri Tiara yang sedang sibuk mempersiapkan buku pelajaran.

"Ra, Resya belum datang?" tanya Devan heran. Matanya celingukan mencari gadis itu.

Tiara menggeleng tanda tak tahu. "Belum kayaknya, kak. Tumben banget Resya belum datang jam segini."

Devan hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Mengapa Resya belum datang? Apa ada sesuatu yang terjadi padanya?

Teng... teng.. siswa dan siswi yang berada di luar kelas harap memasuki kelas masing-masing

Bel masuk sudah berbunyi. Ketiga pemuda kelas duabelas itu pergi menuju kelasnya yang jauh di ujung sana.

Di lubuk hati Devan, lelaki itu cemas dan khawatir pada Resya.

Dengan tergesa Resya berlari menuju gerbang sekolah. Baru saja Abangnya memberhentikan mobil, tapi Resya sudah keluar dengan cepat tanpa sepatah kata pun yang di katakan.

Tepat di depan gerbang yang sudah tertutup Resya menghela nafasnya berat. Pak Jaka memandang Resya dengan wajah datar.

"Pak Jaka, Resya boleh masuk 'kan?" tanya Resya. Padahal ia sudah tahu tidak akan bisa masuk ke area sekolah karena datang terlambat.

"Baca peraturan ini," tunjuk pak Jaka pada kertas peraturan yang tertempel di tembok. "Kamu sudah lebih dari tiga kali terlambat dan sesuai peraturan bagi yang terlambat lebih dari tiga kali tidak di perbolehkan masuk ke area sekolah," lanjutnya.

"Bapak tega sama Resya? Nanti kalau Resya pulang ke rumah bisa-bisa di marahin mama, pak," ujar Resya. Wajahnya dibuat memelas agar lebih meyakinkan.

"Tidak."

"Pak, pliss...." Resya terus memohon.

"Maaf. Bapak hanya menjalankan peraturan di sini."

Ucapan pak Jaka membuat wajah Resya cemberut dan menekuk.

Di balik gerbang suara seseorang memecah lamunan Resya.

"Biarkan Resya masuk pak Jaka. Resya, kamu berkumpul bersama yang terlambat di sana," ujar bu Dian, tangannya menunjuk beberapa murid yang terlambat.

Seketika wajah suram Resya kembali cerah. Pikirnya, tidak apa-apa jika di hukum yang penting tidak kembali ke rumah.

"Makasih ya bu guru cantikku dan yang paling baik," puji Resya.

Have you RESYA! [Tamat]Where stories live. Discover now