Satu : New School

1.9K 102 29
                                    

"Pertemuan bodoh macam apa ini! Kukira di sekolah baru akan semenyenangkan imajinasi. Tapi, ternyata menipu!"

 Tapi, ternyata menipu!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

TIARESYA HAURELIEN

HYR : NEW SCHOOL

"Ma...Pa... bisa gak sih Resya gak usah pindah sekolah. Lagian sekolah lama juga gak begitu buruk kok. Resya juga udah satu tahun di sana, dan hasilnya baik baik aja kan?" Resya berusaha membujuk kedua orangtuanya agar mengizinkannya tetap di sekolah lamanya.

Davi—Papa Resya— terdiam, sekilas menoleh ke arah putrinya yang sedang membujuk dirinya untuk tidak dipindahkan ke sekolah baru.

Bukan tanpa alasan Davi menyuruh Resya pindah dari sekolahnya yang dulu. Menurutnya, sekolah anaknya itu sangat tidak pantas untuk Resya. Bukan masalah status sosial. Tapi, cara berfikir sebagian guru di sana, yang mana melarang anak untuk tumbuh dan berfikir kritis.

Davi tahu. Resya adalah anak yang pintar, dan berprestasi. Dia juga berfikir kritis dalam segala hal, bahkan mulai dari hal kecil.

Dengan sangat terpaksa, Davi harus memindahkan Resya ke sekolah baru yang ia yakini mampu menjadikan Resya lebih berkembang dalam prestasi.

"Tidak bisa sayang. Papa sudah bicara dengan kepala sekolah SMA Bakti, dan kamu juga sudah di terima di sana. Papa harap kamu bisa menerimanya, ini demi kebaikan kamu." Davi tersenyum hangat. Lelaki paruh baya itu berdiri, mendekat ke arah Resya, lalu mengelus surai rambut sebahu milik Resya dengan lembut. Setelah itu Davi pergi dari meja makan.

Reta—Mama Resya— pun ikut mengelus surai rambut Resya yang duduk di sampingnya. "Dengarkan kata Papa ya sayang. Bukankah selama ini perkataan papa tidak pernah salah?"

Resya mengangguk. Memang benar, perkataan Papa-nya tidak pernah meleset.

"Ya sudah. Mama pergi nyusul Papa dulu ya. Perlengkapan sekolah kamu sudah Mama siapkan di kamarmu. Oh iya, kamu mau Mama anterin sekolah atau mau berangkat sendiri?" tanya Reta memastikan.

"Sendiri aja deh Ma, lagian gak terlalu jauh juga," jawab Resya.

Reta mengangguk di selingi senyuman. "Oke, Mama tinggal ya?"

"Iya Ma.... udah sana, nanti Papa nunggu," desak Resya sambil mendorong Mamanya pelan.

"Ya Tuhan, semoga gue betah di sekolah baru."

****

"Mi... Pi... Devan berangkat dulu ya. Sepuluh menit lagi masuk kelas, belum lagi harus jemput pacar. Dadah Mami... Papi..." Devan mencium Pipi kedua orang tuanya. Setelah itu langsung saja dirinya berlari keluar menuju mobil yang sudah terparkir rapi di depan.

Have you RESYA! [Tamat]Where stories live. Discover now