Tigapuluh satu : What is this?

425 45 25
                                    

Semuanya tampak membingungkan, antara logika dan hati, selalu bertolak belakang

HYR Qoutes



Devan & Resya



HYR : WHAT IT THIS?

Langkah Resya terhenti saat sesuatu mendarat empuk dipunggung belakangnya. Sesuatu yang tidak ia ketahui apa, tapi rasanya lumayan sakit.

Benda itu terjatuh ke lantai keramik. Resya masih berada di lorong, beberapa meter dari tempat ia melihat Devan dan Sirena.

Resya mundur tiga langkah, kemudian berjongkok untuk mengambil kotak persegi kecil yang sepertinya menimpuk punggung belakangnya tadi.

Kotak persegi itu sudah berada di tangannya, setelah itu Resya kembali menegakkan tubuhnya. Menelisik sekitar dan mencari siapa pelaku yang menimpuknya.

"Siapa, ya? Jangan-jangan di lorong ini emang keramat? Aa... gue takut!" Resya seketika berlari terbelit-belit, hingga pada akhirnya menabrak dua sahabat Devan itu.

"Bukan dari Devan, terus siapa?"

Tangan Resya perlahan membuka kotak persegi itu, mengintip isi di dalamnya.

Seracik kertas dengan kata maaf, tidak lupa gantungan kunci berbentuk Barbie kecil dengan pakaian Dress putih, sungguh lucu.

Resya mengukir garis senyum melihat Gantungan Barbie itu di tangannya. Siapa orang yang memberinya gantungan lucu ini.

Dari luar pintu kamar, Reta mengetuk pintu sedikit keras. Beberapa kali memanggil nama Resya.

"Resya sayang, ada teman kamu, katanya pengen ketemu kamu."

Siapa orang yang bertamu malam-malam?

Ia berjalan membuka pintu kamar, mamanya masih di sana.

"Siapa, ma?" tanya Resya.

Reta menggidikkan bahu. "Mama juga tidak tahu. Cepat temui saja."

Resya mengangguk, lalu melangkah, menuruni satu-persatu tangga hingga sampai ke pintu utama.

"Hai..."

"Astaga," pekik Resya kaget. Sebab, baru membuka pintu ia dikejutkan oleh Devan yang sudah berdiri di depannya.

Kagetnya terganti saat mengingat kejadian tadi sore. Namun sebisa mungkin Resya merubah raut wajahnya jadi bahagia.

"Kamu ngapain malam-malam ke rumah aku?"

"Kangen."

Sesimpel itu?

Devan menarik Resya menuju kursi di teras. Mereka duduk dengan tenang tanpa ada gangguan. Satu kotak donat berisi enam yang Devan bawa ia buka. Diambilnya satu, lalu mengisyaratkan Resya untuk membuka mulut.

"Buka mulutnya."

Tak sungkan, Resya membuka mulutnya. Rasa coklat yang tumpah membuat rasanya begitu nikmat. Coklat memang tidak di ragukan lagi kenikmatannya.

Have you RESYA! [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang