31. Infiltrasi

172 34 16
                                    

Siang dan di hari kerja. Pemilihan waktu yang tidak lazim untuk sekelompok orang bersenjata masuk ke suatu gedung yang memiliki penjagaan ketat. Aneh, tetapi bukannya tidak mungkin terjadi.

Hari ini bukti bahwa segala sesuatu dapat berjalan melawan arus yang seharusnya. Hari di mana Tru kembali memacu kedua tungkainya untuk menghindari terjangan peluru setelah seminggu lebih dia membuai tubuhnya dengan nyamanya kasur.

Berlari dengan tangan menjatuhkan segala sesuatu yang bisa dia raih di sepanjang lorong, seperti tanaman hias yang ketika dijatuhkan dapat dilompati oleh musuh bertopeng dengan mudahnya. Perbuatan yang sia-sia sebenarnya. Namun, untuk sementara hanya itu yang bisa ia lakukan—selain bermanuver—ketika peluru tidak lagi mengisi pistolnya.

Sementara itu El berusaha mencari celah untuk balas menembak di antara semua langkah kaki dan gerak menghindar yang ia lakukan.

Dua timah panas akhirnya berhasil menembus tubuh kedua pengejar mereka. Tru segera berbalik arah saat melihat salah satu pengejarnya masih hidup dan tengah merayap untuk meraih pistol yang jatuh tak jauh dari jangkauannya.

Beberapa milimeter lagi senjata tergenggam oleh lawan, perempuan yang sudah tidak lagi memiliki kesabaran itu menendang senjata menjauh dan menghadiahi sang pemilik dengan sepakan kencang di kepala. Suara krek mengerikan terdengar dari leher lawan dan tak lama rohmya ditarik keluar dari raga.

Embusan napas Tru terdengar kasar dan dada yang naik turun dengan tidak teratur menunjukkan kalau aktivitas berlari menghindari musuh sudah mulai menggerus sebagian tenaganya. Terlebih lagi tubuhnya masih dalam fase pemulihan.

Ia memandang dua orang yang kini terbaring tidak sadarkan diri di bawah kakinya. Musuh terakhir yang terlihat di sepanjang lantai sembilan ini. Dia berjongkok dan melepas topeng kain dari kepala lawan, hanya untuk menatap wajah yang terlihat asing bagi mereka berdua.

"Peluruku sudah habis, kita tidak akan bisa bertahan sampai ke lantai dasar dengan tangan kosong." Tru melempar senjatanya.

"Ambil ini." El menyerahkan senjata musuh yang Tru tendang—setelah memastikan pistol itu masih terisi.

"Bagaimana denganmu?"

"Aku masih punya cadangan ammo. Kamu tidak perlu khawatir," jawab El.

Suara tembakan yang terdengar jauh dan lebih ricuh membuat mereka berdua kembali bersiaga.

"Sepertinya turun ke bawah adalah ide yang buruk. Ada jalan lain?" tanya Tru.

"Di lantai lima belas ada gudang senjata. Kita ambil perlengkapan secukupnya, kemudian kita tentukan apakah kita mau turun dan melawan mereka semua?Atau naik dan mengambil alih helikopter milik Zoembra untuk keluar dari sini."

"Dan berebut dengan si pemilik? Aku rasa itu ide yang buruk." Tru memberi pandangannya.

"Atau opsi terakhir." El memberi kode dengan kedua matanya ke arah cincin yang melingkar di jari Tru dan ia tidak suka itu.

"Dan membongkar penyamaranmu?"

"Kamu pikir penyamaranku masih bisa dilanjutkan? Mondar-mandir di dalam gedung bersama orang asing. Aku sudah dipastikan akan mati ketika semua ini berakhir," jelas El.

"Hemm, betul juga."

Dor! Dor!

Suara tembakan yang terdengar semakin mendekat membuat El menarik tangan Tru dan membawanya kembali ke lantai atas. "Kita akan pikirkan nanti. Sekarang kita ke atas dan melengkapi persenjataan."

***

"Bon, kami butuh bantuan. Tempat ini jelas diinvasi oleh sekelompok orang bersenjata," bisik Zan melalui earphone.

Silver - XWhere stories live. Discover now