8. Aksi Yin

317 66 8
                                    

Jeep hitam melaju menembus gulita malam. Melesat kencang meninggalkan suara deru mesin dan kilatan sinar putih di belakang, mobil keluar dari area kosong pelabuhan menuju jalan raya yang masih penuh dengan kendaraan bermesin.

Teriak klakson terdengar bertalu-talu dan kilatan cahaya menyorot bak petir terus dikeluarkan oleh pemiliki kendaraan lain yang jalannya diputus tiba-tiba oleh Yin. Tidak memedulikanya, kendaraan hitam terus bermanuver ke kanan dan kiri dengan cepat, menggunakan kesempatan yang ada untuk satu langkah lebih cepat dari musuh di depan mereka.

"Mobil Nero terlihat di Jalan Cendrawasih ke arah timur." Suara seorang pria terdengar dari head unit mobil yang terhubung dengan ponsel Bon. Mendengar itu Yin membanting setirnya ke kanan dan melaju ke jalanan yang jauh lebih ramai.

Di dalam mobil, suara napas Tru menjadi satu-satunya suara yang terdengar setelah pengumuman selesai diberitakan. Zan yang sedari tadi memeluknya, merenggangkan tangan dan menatap wajah perempuan yang masih kesulitan mengatur gerak dadanya.

Wajah pucat, derai peluh membasahi wajah, dan gigi mengigit kuat bibir bawah mencuatkan kekhawatiran Zan.

"Di mana lukamu?"

"Bahu kiri, tapi tidak apa. Sepertinya sudah tidak lagi mengeluarkan darah," ucap Tru sambil mengeratkan pegangannya ke tubuh Zan, menghindari tubuhnya terhempas akibat manuver yang Yin lakukan untuk menghindari truk besar dari arah berlawanan.

Zan tidak menjawab, andai misi sudah berakhir ia tidak akan mudah percaya dengan ucapannya. Namun, dengan situasi seperti ini ia memutuskan untuk menelan mentah-mentah apa yang baru saja perempuan itu katakan.

"Lebih baik kamu tidak berbohong, Tru," bisik Zan mengancam.

Yin kembali membanting setir, kali ini untuk menghindari sedan kecil yang berjalan di antara dua lajur. Tidak satu orang pun di dalam mobil yang berteriak ketakutan akan hidupnya. Karena mereka percaya dengan keahlian Yin. Bahkan mereka tidak perlu membukakan peta untuk memberinya informasi jalan, karena ia lebih tahu seluk beluk jalan daripada peta itu sendiri.

Di luar rasa nyeri yang mulai mengganggu konsentrasinya. Tru tidak berhenti memutar ulang kejadian di pelabuhan. Di saat ia melihat seseorang yang seharusnya sudah tidak ada lagi di dunia, tetapi pria itu berdiri tegap di depan mata tanpa kehilangan sesuatu apa pun.

"Yin ... posisi?" Suara dari head unit kembali terdengar.

"Jalan cendrawasih, kami datang dari arah barat," jawab Yin melalui pengeras suara di ponsel Bon.

"Kami seratus meter darimu dan Nero tidak sampai sepuluh meter di depan kami. Nomor plat N 3 RO."

"Aku mengerti," jawab Yin sambil menarik salah satu sudut bibirnya.

"Zan ... Tru ... bersiaplah." Perempuan tomboi itu memberi aba-aba.

Tanpa melepas sabuk pengaman Zan. Mereka berdua menyiapkan senjata. Memastikan peluru lengkap mengisi magasin dan tuas pengaman senjata terbuka.

"Berpegangan!"

Kendaraan melewati deret pembatas jalan yang tingginya mencapai setengah dari ban menyebabkan mobil bergoyang keras. Dengan sigap, Zan meraih pinggang Tru dan menahannya supaya tidak ikut terjatuh ke depan.

Terbebas dari pembatas jalan, mereka masuk ke jalur berlawanan. Kendaraan yang melewati mereka menekan klakson kuat-kuat. Panik bercampur amarah saat melihat mobil hitam tiba-tiba melaju kencang ke arah mereka. Bahkan ada yang sengaja mengeluarkan kepala hanya untuk memaki dan mengeluarkan kalimat kotor, tetapi semua itu hanya membakar semangat Yin.

Silver - XWhere stories live. Discover now