29. Menyusup masuk

175 36 16
                                    

Kendaraan roda dua berhenti di persimpangan jalan, tidak jauh dari gedung tempat kendaraan Zoembra memutar masuk.

Selesai memberi kecupan cepat di pipi pengantarnya—sebagai pengganti uang—ia meninggalkan pria mesum itu dengan khayalannya sendiri. Sementara ia terus bergerak dengan cepat menuju gedung yang tingginya hampir sama dengan markas utama.

Tru memperlambat gerak tungkai saat jaraknya tersisa satu kilometer dengan bangunan yang terlihat seperti kantor biasa. Ia melepas kepang rambut, menggerai, dan membuat tiap helainya menjadi topeng yang menyembunyikan sebagian wajah. Sementara matanya tidak berhenti mempelajari sistem keamanan yang bisa ia amati dari luar.

Tembok tinggi dengan lilitan kawat, empat buah kamera pengawas, dan dua satpam di pos pengaman. Hemm ....

Berjalan dengan kepala tertunduk dan kedua tangan bersembunyi di balik kantong celana. Ia menyeberangi jalan sambil memperhatikan sekitar.

Berada tidak jauh dari pusat kota. Menyamar di antara gedung-gedung yang ada di dalam kompleks pabrik dan perkantoran khusus eksport-import. Tidak banyak kendaraan dan orang yang lalu lalang ketika jam kerja. Benar-benar lokasi yang pas untuk menjauh dari pantauan polisi.

Tidak adanya bimbingan dari Bon dan peralatan lain yang memadai. Memaksa Tru menunggu 'tumpangan' untuk bisa masuk ke dalam.

Tidak sampai sepuluh menit, truk peti kemas berwarna hijau melewatinya, melambat, dan memberi lampu sein yang berkelip-kelip pada lampu kirinya. Menandakan kalau truk besar itu hendak masuk ke dalam gedung.

Setelah memastikan kendaraan yang lewat minim, ia berlari mendekat ke bagian belakang dan memanjat tanpa susah payah dengan mengandalkan pegangan di sepanjang pintu belakang kontainer. Tidak sampai satu menit, Tru sampai di atap dan segera membaringkan tubuhnya.

Rasa panas membakar kulit. Walau pakaian yang dikenakan cukup tebal, tetapi rasa menyengat itu tetap berhasil menembus satu-satu kain yang ia kenakan. Membuatnya berdesis menahan rasa mencekit di punggung.

Truk berhenti beberapa saat. Terdengar samar penjaga tengah bercakap-cakap dengan santai, diikuti oleh suara pintu belakang membuka dan menutup. Tak lama kendaraan raksasa itu kembali melaju dengan kecepatan rendah menuju sebuah gedung yang akan memberinya keteduhan yang diharapkan.

Setelah truk terparkir sempurna, pengemudi dan kernetnya segera meninggalkan lokasi tanpa banyak kata yang terlontar.

Pintu raksasa terdengar menutup, area parkiran yang sebelumnya terang benderang perlahan meredup. Setelah memastikan tidak ada orang lagi. Tru turun menggunakan cara yang sama dengan saat naik.

Mereka tidak segera membongkar barang bawaannya? Tru tidak berhenti berpikir negatif saat kendaraan hanya masuk dan parkir tanpa ada aktivitas bongkar muat.

Berjalan berjingkat, ia melintasi ruangan luas yang gulitanya meningkatkan rasa cemasnya. Walau ia sudah memastikan dengan indra pendengaran dan penglihatannya kalau semua sudah aman, tetapi ada sesuatu yang terasa tidak benar.

"Beruntung hari ini para pimpinan akan mengadakan rapat, jadi aku bisa pulang lebih cepat." Suara seorang pria terdengar bersamaan dengan terbukanya pintu.

Tru menahan napas. Kakinya langsung mengerem dan memutar tubuh untuk kembali bersembunyi di salah satu kontainer yang terparkir.

"Iya, bos besar dan Tuan Keana pun ikut hadir. Sepertinya ini akan menjadi rapat yang cukup besar," tambah pria lainnya.

"Aku heran, kenapa kita selalu dipulangkan lebih cepat jika mereka sedang rapat besar?"

"Sstt ... jangan banyak tanya kalau masih mau bekerja di sini. Kalau sampai atasan mendengar pertanyaanmu barusan, dipastikan SP3 langsung dikirim ke rumahmu." Pria pertama memberi ancamannya yang membuat mereka kembali diam dan keluar menuju pintu kecil yang berada di ujung ruangan.

Silver - XWhere stories live. Discover now