5. Resort

427 66 12
                                    

"Ketika aku mendengar kamu mengatakan resort, aku pikir kita akan berkemah di tepi pantai, tapi ternyata kamu bersungguh-sungguh," ucap Zan berkacak pinggang dengan mata menyisir birunya air laut dan putihnya pasir pantai.

"Aku bangga padamu, Ao. Akhirnya kamu sukses juga membujuk pimpinan untuk meminjamkan villa ini untuk kita tempati, walau hanya untuk semalam," tambah Tru setengah antusias melihat bangunan rumah bernuansa putih dua lantai dengan tanaman merambat di dindingnya.

"Wifiiii ...," teriak Bon berlari masuk ke vila.

"Bagus," komentar Yin yang kemudian ikut masuk mengikuti Bon dari belakang.

"Hahaha ... tentu saja, untuk masalah vila seperti ini kecil untukku," tawa Ao terlihat bangga. "Itu membuktikan kalau pimpinan perhatian pada kita."

"Perhatian pada kita atau padamu, Ao? Lagi pula ini sogokan supaya kita dengan ikhlas menerima pekerjaan setipe gold, 'kan?" tanya Tru sambil menarik salah satu sudut bibirnya.

Ao hanya tersenyum mendengar ucapannya, tidak ada keinginan untuk membenarkan apa yang dikatakan oleh perempuan yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri. "Apa itu penting, Tru?"

"Tentu saja, karena aku tahu dia tidak begitu." Ia membuang wajah dan berjalan ke arah pantai.

Zan yang mendengar percakapan itu hanya bisa menghela napas panjang. Matanya memandang Tru melangkah menjauh dengan beban berat di pundak.

"Zan, temani dia."

"Mau sampai kapan kamu dan Theo menutupi kebenarannya?" tanya Zan.

"Sampai semua dendamnya menghilang. Kita tidak tahu berapa kapasitas beban tersisa yang masih bisa dia terima. Karena itu untuk sementara aku tidak mau menambahnya dulu."

"Itu sama saja menunggu ikan torani terbang meninggalkan lautan untuk selamanya, kamu tahu itu."

"Kita tidak akan tahu. Bisa saja suatu saat nanti akan terjadi mutasi gen yang membuat ikan torani akan betul terbang tinggi ke atas langit," balas Ao sambil berjalan masuk ke dalam rumah.

Ia menatap ke depan dan memandang Tru dari kejauhan. Siluetnya berdiri tegap menatap langit biru dengan semburat kemerahan di ufuk barat. Setelah memberi waktu, barulah ia berjalan mendekati bibir pantai.

"Ada apa denganmu dan pimpinan?" Suara beratnya menyeruak masuk di antara bunyi debur ombak dan semilir angin yang sesekali berembus kencang.

"Untuk apa kamu tahu?"

"Kita satu kelompok, aku berhak mengetahui informasi yang mungkin bisa berguna untukku suatu saat nanti," jawab Zan.

Tru diam menatapnya, mencoba membaca ekspresi wajah untuk mencari adakah maksud lain selain yang dia katakan tadi. Merasa tidak menemukan apa yang dicari, ia mengembalikan pandangannya ke depan dan kembali menikmati birunya laut yang terus menggulung ombaknya.

"Sebelum Theo diangkat menjadi pimpinan utama, dia adalah pemimpin kelompokku yang terakhir dan dia adalah orang yang bertanggung jawab atas pembantaian teman-temanku," jelas Tru dengan nada dingin.

"Kamu yakin dia yang bertanggung jawab?" tanya Zan yang membuat Tru mengerutkan kening dan menajamkan kedua matanya.

"Maksudmu?"

"Kalau dia melakukan kesalahan fatal seperti itu, kenapa dia bisa menjadi pimpinan utama saat ini?" Zan memberi alasan.

"Aku tidak tahu dan tidak peduli. Pokoknya dia adalah orang yang memerintahkan kami untuk melakukan penyergapan yang membawa kami menuju ke liang kubur secara sukarela." Tru mengepal tangannya kuat.

Silver - XWhere stories live. Discover now