7. Sniper

323 67 10
                                    

Suara letusan senjata dan desing peluru terdengar silih berganti diikuti dengan suara jerit kesakitan para anggota gold saat timah panas satu persatu menembus tubuh mereka. Darah memercik mewarnai aspal keabuan di bawahnya. Seketika itu juga area negosiasi berubah menjadi medan perang.

Serangan sniper yang sudah disiapkan oleh Zoembra dimanfaatkan oleh komplotan narkoba lainnya untuk pergi meninggalkan tempat transaksi—tidak lagi memedulikan bubuk putih di depan mata mereka.

Zan yang masih berada di balik peti kemas berkali-kali mengeluarkan sebagian dari tubuhnya untuk mengeluarkan peluru dari selongsong ke arah komplotan Nero. Satu, dua, tiga orang tumbang di tangannya. Sementara Tru terus memutar otak untuk menembak mati sniper yang kemungkinan berada di atas gedung tua yang menjadi latar belakang tempat transaksi terjadi.

Kalau terus begini, misi akan gagal total, pikir Tru di sela-sela kesibukan tangannya yang terus menembak musuh yang ada di depan.

Sebuah peluru hampir mengenainya, membuat Tru kembali bersembunyi. Ia memperhatikan peluru yang kini terbenam di aspal tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Otaknya mulai berkalkulasi, jika ia menarik sudut khayal dari arah datangnya peluru maka timah panas itu berasal dari atas—seperti yang sudah ia duga. Kemudian ia melihat ke sekelilingnya yang mempunyai pencahayaan jauh dari kata terang.

Teropong night vision!

Tru kemudian menatap ke atas mencari sumber cahaya bisa ia gunakan. Sebuah lampu sorot berukuran besar terlihat menggantung di tiang tinggi berdekatan dengan peti kemas tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Zan, lindungi aku!"

"Apa!" teriak Zan berusaha mengalahkan suara tembakan yang mengganggu tajam pendengarannya.

"Lindungi aku!" Kali ini Tru berteriak lebih keras.

Mendengar Zan tidak lagi bertanya, ia segera bersiap. Setelah memastikan dirinya aman dari tembakan musuh, perempuan itu berlari ke belakang untuk mengambil senjata laras panjang milik penjaga yang mereka lumpuhkan. Sementara Zan mengekor sambil melindungi rekan yang tidak lagi memainkan senjatanya.

"Untukmu." Tru menyodorkan senjata setelah mereka berhasil menyembunyikan tubuhnya.

"Untuk apa?" Zan mengambil senjata itu dan memasukkan salah satu senjata kembali ke sarungnya.

"Bantu aku menembak sniper yang ada di atas," jawab Tru sambil mempersiapkan senjata, memeriksa jumlah peluru, dan membuka pengamannya.

"Bagai—"

"Ikuti aku." Tru memutus kalimat Zan.

Dengan lincahnya, Tru naik ke atas peti kemas dengan mengandalkan kekuatan otot kaki dan tangan yang ia jadikan tuas untuk naik ke atas. Sampai di atas, Tru berjalan merunduk berharap para sniper fokus ke orang-orang yang ada di bawah.

Berlari menambah kecepatan, Tru melompati tiap peti kemas yang masing-masing terpisah jarak dua meter. Sebuah peluru tiba-tiba melintas di sisi kirinya. Tru mengerang pelan merasakan nyeri dan panas di tempat peluru itu menggoresnya dalam, membuat darah segar mulai mengalir keluar.

Ia terus berlari dan tidak menghiraukan rasa sakit di lengannya. Selang beberapa detik, peluru kembali menerjangnya. Kali ini ia berhasil menghindar dengan berguling ke sisi kanan.

"Tru!!" teriak Zan sambil bergerak zig-zag untuk menghindari peluru yang mulai menghujani mereka.

Tru bangun dan terus berlari menuju tiang yang hanya berjarak dua meter lagi. Sampai di ujung peti kemas, ia melompat dan berpegangan pada tiang besar yang menyangga lampu besar itu.

Silver - XWhere stories live. Discover now