28. Tru melihatnya!

187 37 11
                                    

Ao keluar dari kantor Theo setengah berlari dengan selembar foto seorang pria berambut kecokelatan dan luka di alis kanan tersimpan rapi di saku jaket.

Kenapa harus dia?

Ia berhenti sejenak untuk mengeluarkan ponsel dan mulai memindai foto itu menggunakan aplikasi khusus dan mengirimnya ke Bon.

Satu tanda centang muncul di bagian atas layar, menandakan gambar sudah terkirim dan saatnya Ao menghubungi Bon supaya merespons cepat temuannya.

"Periksa emailmu! Cari pria itu. Gunakan rekaman kamera pengawas mulai dari misi delapan bulan yang lalu."

"Siap!" jawab Bon bersemangat.

***

"Kamu yakin ingin pulang?" Mo mengkonfirmasi ulang ucapan Tru. Tidak ingin telinganya salah menangkap kata yang keluar bersamaan dengan siulan angin laut yang berbisik di telinganya.

Ia mengangguk. "Aku tidak ingin mereka khawatir lebih lama dan jangan sampai aku ditemukan terlebih dahulu. Karena jika mereka melihatmu, maka ... identitasmu ...." Ia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya.

Mo hanya tersenyum saat mendengar kalimat terakhir yang hanya berisi kecemasan. Di luar keegoisannya ketika ia sedang melakukan misi, sebenarnya ia tetap seorang perempuan yang selalu menempatkan kepentingan orang lain di atas kepentingannya sendiri.

Tangan hangat Mo membelai pipi kemerahan milik Tru, merasakan kelembutan dan dinginnya kulit yang sudah berjam-jam terhempas angin laut.

"Apa pun yang kamu inginkan. Aku tidak akan bisa menolak."

Pria berpakaian serba hitam itu mendekat. Tidak lagi memedulikan ombak kecil yang menerjang sepatunya. Merasakan air laut merembes masuk dan membasahi kaos kaki di dalamnya.

Tangannya membelai lembut pipi dan bergerak terus ke belakang. Menyisir rambut tebalnya dan berhenti di belakang kepala. Perlahan ia menarik tangan dan meletakkan kepala Tru di bahu bidang miliknya.

"Hei, Tru. Sebelum kamu pergi, izinkan aku untuk memanjakanmu malam ini. Malam terakhir sebelum kita kembali terpisah dan entah kapan bisa kembali bertemu lagi," pinta Mo di telinganya.

"Kita bisa saja bertemu seminggu lagi, Mo. Janganlah pesimis seperti itu," timpal Tru.

"Bagaimana aku tidak pesimis, kalau aku hampir saja kehilanganmu lagi untuk kesekian kalinya."

Mo memeluknya erat selama beberapa menit, melepas keresahan dan menggantinya dengan kehangatan tubuh yang kini tampak mengurus dibandingkan sebelumnya. Setelah lima menit berbagi pelukan, mereka berdua kembali melangkah menuju rumah yang sudah seminggu ini menaungi mereka dari teriknya sinar mentari dan dinginnya udara malam.

"I love you, Tru."

***

Burung tidak lagi berkicau riang dan matahari sudah bergerak cukup tinggi ketika Tru bersiap untuk meninggalkan kediaman Mo. Ia tidak pernah membayangkan kalau ia bisa menghabiskan waktu lebih dari tiga jam hanya untuk menata satu baju penuh darah dan lubang.

Sebenarnya ia ingin membuang baju ini, tetapi Ao pasti akan marah jika ia melakukannya. Karena menurutnya suatu baju menyimpan sejarah tersendiri dan harus diperlakukan dengan baik setelahnya. Benar-benar orang aneh.

Silver - XWhere stories live. Discover now