How

1.4K 165 53
                                    

Sebuket bunga mawar besar datang pagi ini.
Buket bunga mawar merah segar dan besar yang aku tau pasti siapa pengirimnya.

Buket bunga mawar merah segar dan besar yang aku tau pasti siapa pengirimnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bunga ini datang bersama secarik kertas yang berisikan pesan. Pesan yang kuharapkan juga datang bersama orang yang mengirimnya.

"Happy 6th Anniversary, Janisa. I love you so much❤️"

Air mataku mengalir begitu saja.

Sudah 6 tahun ternyata. Tidak terasa.

"Bunda!" Seruan Raka membuatku menghapus air mataku.

Raka datang dan memelukku. Raka pasti terbangun dari tidurnya karena sadar aku tidak ada di sampingnya.

"Ini dari Ayah ya?" Tanya Raka saat melihat buket bunga merah besar di meja teras.

"Iya sayang, ini dari Ayah. Hari ini, ulang tahun pernikahan Bunda sama Ayah," jawabku sambil mengelus kepala Raka.

"Wah! Ayah hebat ya! Walaupun sedang pergi jauh, tapi masih beliin Bunda bunga, beliin kado ulang tahun aku," ujar Raka ceria.

Aku kembali tersenyum, "Nanti kalo Ayah udah pulang, Raka harus banyak berterima kasih sama Ayah yah," gumamku kepada Raka.

Raka mengangguk lucu.

"Tapi Bunda, Ayah sayang 'kan sama Raka?" Tanya Raka tiba-tiba.

Aku mengerutkan dahiku, "Pasti dong sayang. Kok Raka nanya begitu?" Tanyaku sambil menggendong Raka.

Raka kemudian memeluk leherku dan bersandar di pundakku.

"Tapi, Ayah gak pernah pulang. Raka pengen ketemu. Pengen main sama Ayah. Kayak Raka main sama Om Markay," ujar Raka lesu.

Oke. Ini masalahnya.

Raka bahkan pernah menganggap bahwa Markay adalah Ayahnya karena Markay yang terlalu sering berkunjung ke rumah.

Bahkan, Raka pernah memanggil Markay dengan sebutan 'Ayah'.

Bisa kalian bayangkan betapa bingungnya diriku untuk menjelasknnya kepada Raka.

Aku mengelus punggung Raka dengan sayang.

"Ayah sebentar lagi pulang. Raka harus bersabar sebentar ya? Raka juga punya foto sama Ayah 'kan? Ayah sayang banget sama Raka. Bahkan, sayang Ayah lebih besar daripada sayang Om Markay," aku mencoba menjelaskan tanpa harus menyinggung perasaan Raka.

Raka masih kecil. Wajar dia membutuhkan sosok Ayah.

Raka lalu turun dari gendonganku dan berlari ke arah kamar. Setelah itu, dia kembali kepadaku sambil membawa sebuah bingkai foto.

 Setelah itu, dia kembali kepadaku sambil membawa sebuah bingkai foto

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Married by Accident ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang