Start

2.2K 157 34
                                    

Tidurku terusik dengan sebuah lengan yang melingkar sangat erat di tubuhku. Aku menggeliat risih dan membuka mata.

Sebentar..

Aku memandang ke arah atas dan menemukan lampu gantung yang ada di ruang tamu.

Aku tertidur di ruang tamu?

Mataku langsung menatap sekeliling dan melihat bagaimana Daren tidur memelukku dengan erat. Aku dan Daren tidur di atas sofa ruang tamu dengan baju yang... sudah acak-acakan.

Aku bahkan baru menyadari jika aku belum berganti baju, masih memakai kemeja kerja dengan rok yang sudah tersingkap karena pergulatan semalam.

Diriku lalu berusaha untuk bangun dari tidur dan duduk, namun tangan Daren malah semakin erat memelukku.

Aku menghela nafas.

Melihat bagaimana Daren melakukan semua ini demi diriku juga membuatku merasa bahwa Daren begitu menyayangiku. Apakah aku terlalu egois karena menyalahkannya? Namun, siapa yang tidak marah atau kecewa jika ditinggal 6 tahun tanpa ada kabar atau kejelasan apapun?

Andai jika aku tidak memiliki Raka, sudah pasti aku jatuh ke dalam pelukan Markay. Raka yang membuatku bertahan selama ini karena wajah Raka sangat mirip dengan Daren dan aku selalu teringat kepadanya.

Ah! Raka tidur sendirian di kamar!

Diriku lalu melirik ke arah jam dinding. Masih pukul 4 pagi. Raka biasanya terbangun pukul 6.

Tapi, aku tidak tega meninggalkan Raka tidur sendirian. Aku lalu kembali mencoba untuk bangun dan memindahkan tangan Daren yang masih memelukku.

Mungkin karena aku yang tidak sabar untuk pindah tidur ke kamar, Daren malah terbangun karena gerakanku.

"Hng..? Janisa? Mau kemana?" Tanya Daren panik dan langsung terbangun dari tidurnya.

Aku melihat Daren dengan seksama. Menatap wajah bangun tidurnya yang bahkan masih sangat kurindukan. Aku terkadang masih tidak percaya jika Daren sudah kembali kepadaku. Namun, aku juga masih membutuhkan waktu untuk menerimanya kembali.

Setelah puas menatapnya, aku lalu memperbaiki pakaianku seperti mengancing kembali kemejaku dan menurunkan rokku yang tersingkap.

Daren masih menatapku sampai akhirnya tangan Daren meraih daguku. Wajah kami salah bertatapan. Mataku bertemu dengan matanya. Tangan Daren kemudian melingkari tubuhku. Tidak erat, tetapi sangat mengisyaratkanku agar jangan pergi.

"Makasih untuk semalam.." gumamnya dengan suara serak khas bangun tidur.

Hatiku rasanya ingin meledak. Aku sangat merindukannya sampai tidak bisa mengatakan apapun. Aku merindukan Daren sampai aku tidak percaya jika dia sudah berada di depanku.

Namun, tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutku. Aku... masih harus beradaptasi dengan keberadaannya.

Lidahku seperti kelu untuk membalas pernyataannya.

Alhasil, aku hanya mengangguk pelan kemudian melepaskan diriku dari pelukannya.

Namun, Daren malah mengeratkan pelukannya yang membuatku kembali mengurungkan niat untuk beranjak.

Daren lalu mulai mendekatkan bibirnya ke arah leherku. Daren mengecupi leherku dan menjilatnya sedikit sampai aku merasa merinding.

"Rambut kamu masih bau apel.." gumamnya rendah.

Daren kembali mengecupi leherku, tangan Daren sibuk menjalar ke arah gundukan empuk yang daritadi malam sudah habis dia gigit dan juga mengemutnya. Apalagi kalau bukan buah dada.

Married by Accident ✔️Where stories live. Discover now