First

4.1K 223 102
                                    

Aku terbangun dari tidur nyenyakku. Tangan Daren juga masih memeluk perutku.

Aneh. Setiap tidur bersama Daren, entah kenapa tidurku selalu nyenyak tanpa gangguan mimpi buruk, tangisan atau teriakanku yang biasanya sering terjadi.

Secara perlahan, aku memindahkan tangan Daren yang memeluk perutku, kemudian melihatjam dinding. Tepat pukul 6 pagi.

Aku juga mengecek hapeku. Banyak pesan dari Markay, Sandra dan juga Hans.

Hufh.. aku sudah menghiraukan semua telfon dan pesan dari Hans tapi tetap saja dia tidak berhenti menggangguku.

Perhatianku teralihkan saat melihat tanggal.

7 September.

Hari ini, hari ulang tahun pernikahanku dan Daren. Tepat setahun pernikahan.

Ternyata, sudah setahun juga, Ibu pergi meninggalkanku.

Sebenarnya, 2 minggu yang lalu aku juga sempat berziarah ke makam Ibu saat tepat 1 tahun kepergiannya. Melepas rindu hanya dengan melihat nisannya.

2 minggu yang lalu saat aku masih bekerja di kafe dan bercerita dengan Sandra bahwa aku baru saja berziarah.

Kangen Sandra.

Tiba-tiba, aku merasakan gerakan kecil di ranjang. Daren sepertinya terbangun.

Tak lama, tangan Daren kembali menyusup, melingkari perutku. Daren memelukku dari belakang dan mengecup leherku.

"Pagi, Janisa.." ucapnya dengan suara serak.

"Pagi juga, Daren.." balasku lalu melepaskan pelukannya.

"Kamu mau kemana?" Tanyanya bingung karena aku langsung berdiri dari ranjang.

"Mau masak," jawabku.

Entah kenapa, aku tidak pernah bisa menerima perlakuan Daren sehabis memikirkan Ibu.

Seperti tadi.

Aku sedang memikirkan Ibu dan Daren memelukku setelahnya.

Aku merasa salah. Merasa bahwa tidak begitu seharusnya.

Seharusnya, aku membenci Daren. Seharusnya, aku tidak membiarkan Daren untuk menyentuhku karena bagaimana pun, dialah penyebab kematian Ibu.

Tapi...

Hati kecilku menolak.

Hati kecil berbicara bahwa Daren adalah suamiku. Semua yang terjadi adalah takdir. Ibu sudah sakit sejak lama. Mungkin, kematiannya memang menjadi jalan untuknya agar tidak merasakan sakit lagi.

Mungkin, Daren dan keluarganya dikirim untukku, untuk menggantikan Ibu.

Kepalaku pusing jika memikirkan hal itu.

Aku lalu berjalan keluar kamar, meninggalkan Daren yang sepertinya bingung akan sikapku.

Sesampainya di dapur, aku sibuk mengeluarkan bahan-bahan seperti sayur dan daging dari kulkas.

Masak apa ya hari ini?

Ada kentang, daging, sayuran.

Perkedel kentang dengan daging cah brokoli sepertinya ide bagus.

Tanganku lalu dengan cekatan mencuci bersih semua bahan masakan sampai aku kembali merasakan pelukan hangat dari belakang.

Daren kembali memelukku.

"Happy Anniversary..." bisiknya di telingaku.

Jantungku berdegub kencang. Tidak menyangka bahwa Daren mengingat tanggal hari ini.

Married by Accident ✔️Där berättelser lever. Upptäck nu