Weird

2.6K 282 62
                                    

Sejak kejadian itu, aku semakin jarang bertatap muka dengan Daren.

Se-jarang itu.

Bahkan, setiap sarapan pagi, Daren tidak keluar dari kamarnya sama sekali.

Aku berakhir makan sendiri di meja makan yang entah mengapa menjadi begitu menyesakkan.

Seperti pagi ini.

Sudah terhitung seminggu lebih, Daren tidak sarapan bersamaku.

Keheningan dan rasa kesepian ini malah mengingatkanku dengan Ibu.

Mengingatkanku dengan kecelakaan itu dan juga masa laluku.

Kalian bertanya dimana Ayahku?

Ayahku...

Pergi begitu saja saat mengetahui Ibu mengidap kanker. Aku tidak tau dimana dia berada sekarang.

Kabar terakhir yang kudengar tentang Ayah adalah dia sudah menikahi wanita lain di kota seberang.

Semoga dia bahagia.

Keheningan ini, membuatku sadar.

Aku tidak butuh semua kekayaan atau kemewahan yang disediakan oleh Papa dan Mama Daren.

Aku hanya butuh Ibuku untuk kembali hidup bersamaku, di sampingku..

Jika sudah berfikir begini, biasanya aku hanya berdoa agar aku cepat mati agar bisa menyusul Ibu.

Atau yang lebih parah, aku akan berfikir untuk bunuh diri..

Lamunanku kembali terhenti saat aku  tersadar bahwa air mataku turun. Aku menghapus secepat mungkin kemudian melanjutkan makan.

Tak berapa lama, Daren keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah rapi. Sepertinya, dia ada kuliah pagi.

Seminggu ini, Daren menghindariku dengan pulang sangat larut dan pergi dari rumah di waktu yang sangat pagi.

Mungkin pagi ini, dia lelah menghindariku.

"Daren..." panggilku lembut.

Daren menghiraukanku dan tetap memakai sepatunya tanpa menggubris.

Aku berjalan mendekat sambil membawa susu kotak dan apel untuk bekalnya.

"Sarapan dulu yuk? Atau bawa bekal. Ini aku bawain susu kotak sama apel," ujarku lembut.

Daren menatapku dingin.

"Gak usah sok perhatian!" Sentaknya kepadaku.

Aku tidak kaget. Ini bukan kali pertama untuk Daren memperlakukanku seenaknya.

Aku tersenyum menanggapinya, "Iya, terserah kamu mau bilang apa. Tapi, bawa bekalnya ya?" Ujarku lagi.

Sebagai istri, aku hanya ingin memastikan bahwa dia sarapan dengan baik.

Daren merasa kaget dengan jawabanku yang tenang. Dia kemudian mengambil susu kotak dan apel dari tanganku dengan kasar.

Setelah itu, dirinya keluar dari rumah, menjauh dari pandanganku.

Aku menghembuskan nafasku lega. Setidaknya, dia membawa bekalku. Mama Daren pernah berpesan, Daren harus selalu sarapan karena memiliki maag.

Aku hanya menjalankan tugas saja. Hari ini bertemu dengannya di pagi hari, makanya aku membawakan bekal. Aku hanya tidak mau repot merawatnya apabila maagnya sakit.

Aku tidak peduli seminggu kemarin saat dia tidak sarapan denganku. Itu salahnya yang menghindariku dan melewatkan sarapan pentingnya.

Aku kemudiam mengecek prakiraan cuaca di hapeku.

Married by Accident ✔️Where stories live. Discover now