After

2.1K 167 86
                                    

Usia kandunganku sudah berjalan 5 bulan.

Perutku sudah mulai membesar.

Morning sickness seperti muntah-muntah dan mual juga sudah mulai berkurang.

Berat badanku bertambah. Pipiku semakin chubby.

Mungkin, itu perubahan signifikan yang terjadi padaku.

Daren juga berubah.

Sikap dan sifatnya yang berubah.

Sebenarnya, aku juga tidak tau apa yang berubah dengan Daren. Dia seperti berubah, tetapi juga tidak.

Tapi, aku bisa merasakan perubahannya.

Daren seperti memberikan sekat untukku. Tapi terkadang, Daren juga seperti selalu mengabulkan permintaanku. Daren seperti sangat menyayangiku. Tapi, ada beberapa hari juga dia memberikan sekat itu lagi.

Aku menjadi bingung sendiri.

Satu lagi, setelah kejadian itu, kami tidak pernah berhubungan badan lagi.

Pernah suatu hari, libidoku melonjak naik saat bulan ke-3 kehamilanku. Aku tiba-tiba mencium bibir Daren.

Awalnya, Daren juga terbuai. Bahkan, dia sudah melepaskan kancing bajuku.

Namun, setelah itu Daren malah mengusap wajahnya kasar, mencium bibirku sekilas lalu pergi keluar dari kamar.

Meninggalkanku sendiri dengan kehampaan tanpa pelepasan.

Apakah Daren tidak bernafsu lagi denganku karena aku sekarang sudah menggendut?

Itu menyakiti perasaanku.

Daren juga tidak pernah membiarkanku sendiri di rumah walaupun ada Mbak Susi.

Daren sekarang lebih sering bekerja di rumah. Jika ada sesuatu hal yang mendesaknya ke kantor seperti rapat atau mengambil berkas, dia akan mengajakku ikut.

Daren juga memasang cctv dan memperkerjakan 2 satpam untuk menjaga rumah.

Aku juga tidak diizinkan keluar tanpa sepengetahuan dia. Aku berkuliah daring dan selalu keluar bersama Daren.

Daren.. seperti mengurungku.

Sikap dan sifatnya berubah.

Dan itu mengusikku.

Daren sekarang.. lebih labil, lebih kaku.

Aku suka Daren yang dulu...

Lamunanku buyar saat pintu kamarku terbuka.

Terlihat Daren yang membawa teh hangat sedang berjalan ke arahku yang sedang duduk bersandar di ranjang.

Hari minggu pagi, Daren tidak kerjaan dan juga tidak ke kantor. Makanya, biasanya minggu pagi kami pergunakan untuk berduaan.

"Masih mualnya?" Tanyanya padaku.

Aku menyesap teh hangatnya kemudian menggeleng, "Udah enggak kok. Makasih ya, Daren..." ujarku lembut.

Daren tersenyum lalu mulai memijit kakiku.

"Kakinya masih pegel?" Tanya Daren lagi.

Aku kembali menggeleng.

Tiba-tiba, terdengar hapeku berdering.

Ada telfon masuk.

Aku lalu mengambil hapeku yang berada di sampingku dan melihat layarnya.

Telfon dari Markay.

"Siapa?" Tanya Daren.

"Dari Markay. Aku boleh angkat?" Kataku balik bertanya.

Married by Accident ✔️Where stories live. Discover now