Back

1.6K 172 54
                                    

Bilang saja aku sudah gila.

Bilang saja aku ingin sekali bertemu dengan Daren, menampar wajahnya dan berkata bahwa 6 tahun ini adalah tahun-tahun terberat dalam hidupku.

Aku sangat ingin bertemu dengan Daren.

Jadi, apakah aku mengiyakan tawaran Markay untuk menciumnya dan mendapatkan balasan informasi tentang Daren?

Aku belum mengiyakan tetapi semua perdebatanku dengan Markay membawaku masuk ke dalam mobilnya.

Sekarang, aku disini. Di dalam mobil Markay. Tepatnya di dalam pelukannya.

Aku dan Markay duduk di kursi belakang dengan posisi Markay yang memelukku, membuat kepalaku menyender di dadanya. Mengingatkanku kepada Daren yang juga sering melakukan hal ini.

Markay mengelus kepalaku dengan lembut sementara aku tidak tau harus berbuat apa.

"Makasih udah memperbolehkan aku untuk meluk kamu, Janisa.." bisik Markay.

Aku memejamkan mataku erat-erat saat Markay berkata begitu. Entah kenapa, rasanya seperti Daren sedang mengawasiku.

"Aku suka sama kamu udah dari lama. Semakin lama aku dekat sama kamu, rasa itu berubah jadi sayang. Aku kira, aku punya kesempatan untuk menjadikan kamu milik aku setelah Daren pergi. Tapi ternyata, hati kamu cuma buat Daren," ujar Markay lemah.

Aku mengangguk pelan, mengiyakan ucapannya.

Di hatiku memang cuma ada Daren.

Markay lalu merenggangkan pelukannya dan meraih daguku.

Mata kami bertemu.

"Izinkan aku untuk menjadikanmu milikku walaupun cuma sebentar.." gumamnya pelan.

Aku tau apa yang dia inginkan.

Mungkin itu hanya sebuah ciuman. Tapi, hanya sebuah ciuman juga yang akan menuntun ke dalam hal yang lain. Aku tau itu, sangat tau.

Hidungku dan Markay sudah bersentuhan. Markay memiringkan wajahnya dan bersiap untuk menciumku.

Namun, ternyata aku memang tidak sanggup untuk melakukannya.

Aku langsung menunduk saat Markay memajukan wajahnya dan berakhir bibir Markay mencium puncak kepalaku.

"Aku benar-benar gak bisa, Markay.." kataku lirih.

Air mataku kembali merebak.

Lucu sekali. Hanya karena sangat ingin bertemu dengan Daren, aku hampir saja menjatuhkan harga diriku sebagai istri dan membiarkan Markay menciumku.

Aku juga sebenarnya tidak tau mengapa aku membiarkan Markay menuntunku untuk masuk ke dalam mobil. Apakah diriku memang ingin mencari tau tentang informasi Daren atau aku sudah tergoda dengan Markay?

Tapi, satu hal yang pasti. Aku sudah putus asa.

Aku benar-benar lelah dengan semua ini.

Membesarkan Raka sendirian bukan hal yang mudah. Aku berusaha setia kepada Daren yang entah berada dimana sedangkan ada Markay yang selalu ada di sisiku.

Sebenarnya, untuk urusan hatiku sendiri, aku tau pasti siapa yang ada di dalamnya. Sudah jelas orang yang ada di dalam hatiku adalah Daren.

Tapi, bagaimana dengan Raka? Mendengarnya memanggil nama Markay di rumah sakit tadi adalah sebuah jawaban jika dia membutuhkan figur Ayah yang selama ini dia dapatkan dari Markay.

Bayangkan betapa sakitnya hatiku melihat bagaimana Raka memanggil Markay sedangkan aku disini, sebagai Ibunya, masih menunggu kepulangan Ayahnya.

Bisa kudengar, Markay menghela nafasnya panjang.

Married by Accident ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang